Penulis tidak yakin ada kekerasan pada LGBT, darimana bisa ada kekerasan, wong dari luar gejala LGB tidak terlihat? Hanya banci saja yang terlihat dari luar gejalanya, dan itupun jamak diterima dimana-mana, bahkan sekarang sudah banyak yang bisa sembuh dengan operasi medis.
Jadi jelas kaum LGBT hanya membesar-besarkan masalah, dan jelas tujuannya ingin melegalkan pernikahan dan cinta sesama jenis. Hal ini dengan tegas harus ditolak, karena bersamaan dengan itu aliran atheisme, penyebaran hiv dan freesex akan tumbuh subur secara otomatis (itu fakta yang terjadi di komunitas mereka sekarang dan tak terbantahkan).
Secara tidak langsung, kita telah menyangkal kebenaran ajaran agama dan menjadi permulaan menjadi atheis bila kita membela perilaku yang jelas diazab Tuhan.
Bila ada yang bertanya, kenapa perilaku LGBT diciptakan bila tidak boleh, anda jawab dulu pedofil juga ciptaan Tuhan, lalu apakah kita harus melestarikan bahkan melegalkan perkawinan dewasa-anak?
Akhir kata, polemik antar psikiater ini jelas memberikan 1 hikmah, apa itu?
Para LGBT dan keluarga, pergilah ke psikiater dan psikolog yang setuju bahwa LGBT bisa diperingan/disembuhkan. Penulis lebih setuju ke psikolog sebenarnya, karena mereka terapis kejiwaan yang bisa menggali trauma2 masa lalu dengan konseling berjam-jam, beda dengan psikiater yang biasanya jarang mempunyai waktu untuk konseling, dan lebih fokus ke pemberian obat (sebaiknya perhimpunan Dokter memperjelas hal ini, kemana keluarga harus pergi dan daftar dokter yang mau membantu LGBT).
Tanyakan apa pemikiran para Dokter tersebut di awal sesi konseling. Jangan pergi ke psikiater/psikolog yang malah membenarkan perilaku LGBT Anda, karena Anda/keluarga Anda akan semakin parah.
Tidak heran bukan kenapa para LGBT tidak sembuh2 dikonseling? lha yang melakukan konseling malah mendukung perilaku tersebut. Sama saja dengan bila kita konseling pernikahan, bila yang konseling mempunyai pemikiran cerai itu ok ok saja, dijamin hasil akhirnya kita cerai beneran.
Â
Salam Kompasiana
Sumber Data :