[caption caption="LGBT bisa disembuhkan, sumber gambar: thejakartapost.com"][/caption]Ya, perilaku LGBT bisa disembuhkan, seandainya kita mau menyembuhkan dan yang bersangkutan juga mau disembuhkan.
Ketika ada kemauan untuk menyembuhkan dan menjadi sembuh, maka semua orang bisa bersama-sama fokus meneliti mencari penyebab dan koreksinya, bukan terus berdebat yang tidak berujung.
Sebagai catatan, penulis menghormati kaum lgbt (individunya) tetapi bukan perilakunya.
Mengapa perilaku Lgbt harus disembuhkan?
1. Ateisme
Kita hidup di dunia yang beragama. Dan 2 agama mayoritas yaitu Islam dan Kristen dengan jelas melarang perilaku seksual yang menyimpang.
Bahkan Tuhan memberi contoh tegas dalam kasus Sodom dan Gomora.
Jadi dengan menerima perilaku LGBT, secara otomatis kita menyangkal ajaran agama, dan sekali kita menyangkal, maka akan ada kedua ketiga dst =Â pelan tetapi pasti kita akan semakin bingung, semakin dekat dan menerima ateisme.
2. Gaya Hidup yang Menyebar
Kata orientasi artinya arah pemikiran. Pemikiran jelas bisa diubah dan mengubah/mempengaruhi orang lain.
Contoh simple saja komunisme, isis bahkan gafatar yang heboh akhir-akhir ini, mereka menularkan paham dan pemikiran.
Perilaku lgbt menyebar melalui film, lagu, acara tv, internet, buku dll dan bahkan para tokoh/idola remaja yang mengatakan semua ini benar dan tidak apa2.
Hal ini terbukti dari kenalan penulis sendiri yang seorang pembina kaum remaja, dia menemukan 20-40% remaja masa kini mencoba-coba perilaku LGBTÂ karena keingintahuan mereka yang tinggi.
Bisa dibayangkan bila perilaku ini diteruskan dan menjadi kebiasaan? Bukankah orientasi seksual mereka semua akan kacau balau?
3. Freesex
Tanpa perlu teori yang canggih, freesex jelas makin menjadi-jadi karena hubungan sesama jenis tidak menyebabkan kehamilan.
Dan itu terbukti sekarang terjadi, kemana semua suara pendukung perilaku lgbt saat kita membicarakan hiv/aids serta perilaku freesex yang tinggi dalam lingkungan mereka? Bisakah mereka menjelaskan mengapa itu terjadi dan membenarkan?
4. Konsep keluarga hancur
Bisakah kita membayangkan dunia tanpa ibu ayah dan saudara lagi? Itulah yang akan terjadi 100 tahun dari sekarang bila perilaku ini dibenarkan dan dilestarikan.
Tidak jelas lagi mana ayah dan ibu, anak-anak lahir dari bayi tabung menggunakan sperma dan telur entah siapa, tidak jelas lagi siapa saudara kandung kita dan bahkan saat dewasa mungkin saja menikah dengan saudara bersumber sperma sama?
Belum lagi bila ditambah kawin cerai, makin kacau balau.
Konsep keluarga yang diciptakan Tuhan melalui Adam dan Hawa telah hancur, ketika konsep keluarga hancur, maka manusia itu sendiripun akan hancur karena kasih yang paling mendasar itu tidak ada lagi.
Perilaku LGBTÂ pasti bisa disembuhkan
Darimana bisa seyakin itu? Karena penulis percaya manusia pada dasarnya bisa dibentuk, baik pemikiran maupun kondisi fisik/kesehatannya.
Kita diberikan kemampuan oleh Tuhan untuk mengubah, semua hanya tergantung kemauan. Mau mengubah buruk ke baik atau malah sebaliknya. Bahkan sekarang mulai terbukti bahwa perilaku kasar, suka marah, tidak jujur, suka mencuri, dll pun semua sebenarnya komponen otak yang tidak seimbang/error bahasa awamnya.
Hanya memang otak adalah organ terumit yang hingga kini masih sulit kita pahami, tetapi bukan berarti tidak akan pernah kita pahami.Â
Sementara belum dipastikan penyebab medis perilaku lgbt, maka terapi psikologis, spiritual dan hormonal bisa digunakan. Ada banyak kisah yang berhasil mengalami kesembuhan dan perubahan dengan terapi yang berkelanjutan.
Adalah fakta bahwa faktor psikologis berandil besar atas berubahnya orientasi manusia, trauma masa kecil, pola asuh, lingkungan, bullying, pelecehan seksual, depresi, putus cinta, perceraian, dst.
Contoh paling nyata adalah perilaku pedofil/sodomi, sebagian besar dari pelaku sodomi, ternyata dulunya adalah korban sodomi saat mereka masih kecil. Demikian pula perilaku psk, psk zaman sekarang bukan hanya faktor uang, tetapi mereka apati terhadap ikatan perkawinan dan cinta karena trauma masa lalu.
Bila kita kembali ke kata orientasi yang artinya arah atau kecenderungan, maka jelas bahwa arah itu bisa diubah.Â
Selain itu, sumber-sumber pencetus dan pengubah orientasi seksual di poin ke 2 diatas harus dihentikan, bukan malah dilegalkan dan disebarluaskan, dimana akhirnya manusia dipaksa untuk menerima perilaku itu sebagai "normal" dan berhenti mencari solusi kesembuhannya, lebih parahnya malah ikut2an.
Akhir Kata
Poin 1-4 di atas adalah fakta yang sekarang terjadi, kita salah bila berdebat tentang perilakunya saja, tanpa memikirkan EFEKÂ dari perilaku tersebut.
Kaum LGBT dilahirkan dan diciptakan dengan tujuan, mereka spesial, dan kita yakin, tentu bukan poin 1-4 di atas yang menjadi tujuan mereka diciptakan, karena tujuan Tuhan selalu baik adanya.
Individu LGBT tetap kita hormati dan kasihi, hak mendapatkan pendidikan, kesehatan, pekerjaan tetap harus dilindungi.
Pak Nasir sudah benar dengan melarang support group LGBT di kampus-kampus, mereka bebas membuat support group diluar, kenapa harus di kampus? Setelah kampus, lalu akan ke sekolah2?
Kampus dan sekolah adalah tempat pendidikan yang mengarahkan perilaku manusia.
Ingat, bukan kaum lgbt saja yang mempunyai hak asasi manusia, semua yang non lgbt juga mempunyai hak asasi.
Hak untuk tetap mempertahankan keyakinan agama, hak untuk melindungi anak-anak dari atheisme dan freesex, serta mempertahankan konsep keluarga.
Kita yakin, bahwa kaum LGBT pun jauh di dalam hati mereka tidak menginginkan:
Dunia tanpa Tuhan
Dunia freesex dimana konsep cinta semakin kabur artinya
Dunia tanpa keluarga
Mereka merindukannya, sama persis seperti semua orang lainnya, memang itu hakekat manusia, untuk berTuhan, mencintai dan dicintai serta berkeluarga.
Bahkan hak untuk mencintai dicintai dan berkeluarga adalah hal utama yang kaum lgbt perjuangkan..
Hanya saja mereka lupa, bahwa mencintai dicintai dan berkeluarga yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, justru akan merusak konsep cinta dan keluarga itu sendiri di masa depan.
Bila hakekat berTuhan dan berkeluarga itu hilang di masa depan, maka kita semua bukan lagi manusia..
Â
Â
Â
Kebebasan itu baik, tetapi tidak dengan kebablasan..
Kita berusaha dan berdoa bersama, semoga segera ada medical breakthrough yang menyembuhkan perilaku LGBT ini secara medis..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H