Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kabut Asap Buah Karma Jokowi?

28 Oktober 2015   13:07 Diperbarui: 28 Oktober 2015   13:20 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Hukum Karma, sumber gambar : febriaann.blogspot.com"][/caption]

Menarik mendengar komentar Permadi (peramal, bekas anggota dpr kmp) mengenai kabut asap, beliau mengatakan ini bencana ini adalah buah karma Jokowi.

Huahahahaha...

Kenapa penulis terbahak? jelas ngawur, tega benar Tuhan menghukum Jokowi dengan membuat sesak nafas jutaan orang? Ngapain ga Jokowi saja sendirian yang dibuat sesak nafas? hahaha...

Logikanya dimana, masa kita yang salah, tetangga kita yang sakit? hahaha...

Kalo menurut pak Permadi, bencana ini adalah hukuman untuk Jokowi supaya dia jatuh, so what gitu lho? Emang kalo jatuh kenapa? Tinggal pulang saja ke Solo balik jadi pengusaha mebel lagi...

Nothing to lose bro... Jokowi berbeda dengan kebanyakan presiden dan politikus, yang dari kecil sudah bercita-cita jadi presiden, ambisius dan mengejar posisi presiden bahkan iklan sana sini puluhan tahun.

Ngapain jadi presiden kerja pk 8-21 senin-minggu tanpa libur dan dibully habis2an 24 jam sehari? untungnya bagi Pak Jokowi dan keluarga apa?

Apalagi bela2in partai pendukung/pengusaha yang kenal saja juga baru.. memang dia anak Megawati? bukannya hanya "petugas partai"? hahaha..

Lha trus, dimana karmanya donk kalo jatuhpun masih rapopo? hehe... 

Definisi karma adalah hukuman bagi orang yang berbuat salah. Artinya yang berbuat salah yang kena hukuman/sengsara.

Nah kalo definisinya seperti itu, sekarang yang sengsara siapa? jutaan rakyat yang sesak bukan? nah loh.. jadi kebalik, mari bercermin, kita salah apa sampai kena hukuman dari Tuhan seperti ini?

Siapa tahu ini adalah hukuman karena sudah 1 tahun terus membully presidennya? hahaha... patut distudy lebih lanjut tuh, apakah provinsi yang kena kabut asap adalah wilayah/ basis tinggalnya para haters... hehehe...

Just kidding..

Kabut asap ini bukan salah para haters, bukan salah Jokowi, bukan salah pengusaha, bukan salah rakyat setempat, tapi salah gabungan, salah kita semuaaaaa!

Lho kok salah kita semua?

1. Budaya EGP alias emang gue pikirin?

Kabut asap ini sudah berulang selama 18 tahun, tetapi tetap saja tidak ada solusi, artinya apa? artinya rakyat setempat, pemerintah setempat dan pusat selama ini diam saja tidak peduli, menunggu hujan memadamkan setiap tahun. Dan selama ini hoki besar, karena tidak ada elnino separah tahun ini.

2. 18 tahun kanal blocking tidak dibangun

Kenapa selama 18 tahun tidak ada ide dan usaha untuk membangun canal blocking? dan sekarang semua menjerit supaya Jokowi menyelesaikan dalam hitungan hari/bulan? Memangnya Jokowi punya pasukan jin yang bisa bangun candi dalam semalam? hahaha..

3. Pengusaha dan Rakyat Setempat berlomba membakar hutan

Fakta mencengangkan, bahwa membakar hutan adalah budaya masyarakat setempat karena tingkat keekomisannya tinggi, bukan pengusaha saja, dan bahkan bisa mencapai 30-40% sendiri dari total kebakaran hutan ini. So jangan maling teriak maling deh, sesama maling jangan saling mendahului donk... mari sama2 ngaku dan bertobat...

Rakyat yang tinggal di kota mungkin tidak memahami dan langsung memarahi pemerintah, karena itu marilah turun tangan ke desa untuk melihat kondisi, membantu memadamkan dan cari solusi bersama.

sumber : http://news.detik.com/berita/3054849/cerita-prajurit-kostrad-dan-fakta-mencengangkan-di-tengah-kebakaran-hutan

4. Parahnya lagi UU ternyata membolehkan membakar hutan

Nah ini lebih parah, sudah membuka lahan sejuta gambut untuk proyek sawit, masih membuat UU yang memperbolehkan rakyat membakar 2 hektar. Sekarang sudah kejadian seperti ini, semua sibuk lempar tangan dan bikin pansus.. pansus untuk menutupi kesalahan masing2? Sssstttt...

5. Obral Izin Konsesi oleh pusat maupun daerah

Cari duit sebanyak-banyaknya, baik untuk negara (lahan sejuta gambut), perekonomian daerah, maupun kantong sendiri. duit duit duit...

6. Sudah kejadian, semua saling menghujat, sedikit yang turun tangan

Kita sendiri yang bakar atau melakukan pembiaran selama bertahun2, ee sekarang sama Tuhan dikirim elnino masih ga sadar2 juga, malah saling menyalahkan sambil tetap diam di rumah nonton tv, berharap orang lain yang jadi relawan untuk memadamkan.

Betul2 indonesia bangetttt deh... Hahaha

Dampak asap juga begitu, heran di tv-tv banyak sekali yang tetap ga mau pake master? ini harus diklarifikasi, ga ada masker atau ga mau pake? kalau ga mau pake, lalu sakit - meninggal dan jerit2 ke media? aduh speechless da...

*(sebagian besar, bukan semua)

Ditambah anggota dprd, dpd daerah dst yang terus merongrong menyalahkan pemerintahan pusat, padahal mereka sudah tidur selama 18 tahun...

Dari 6 poin keatas kesimpulannya adalah : apa yang kita tabur = apa yang kita tuai... 

Kita sudah kehilangan kepedulian akan alam ini ! Semua individualistik, pokoknya lahan saya terbuka, pokoknya tidak ada asap di kota saya, di rumah saya, dst..

Kalau Pak permadi mengatakan belum pernah Indonesia mendapatkan bencana kabut asap seperti ini, namun ini terjadi justru ketika presidennya orang (lulusan) kehutanan...

Maka penulispun berkata... belum pernah Indonesia mendapatkan teguran dan hikmah sekeras ini dari Tuhan, dan ini tanda bahwa bencana 18 tahun kabut asap akan berhenti di tangan presiden lulusan kehutanan !

bukan kebetulan Tuhan mengizinkan seorang lulusan kehutanan untuk menjadi presiden di Indonesia...

 

Sumber :

http://www.teropongsenayan.com/19477-pageblug-karma-jokowi-karena-bohongi-tuhan-dan-rakyat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun