Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik

PK juga Manusia.. (Andaikan Kita PK)

30 September 2015   11:43 Diperbarui: 30 September 2015   12:59 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bayi Bermata Bulat, sumber gambar : gambardanfoto.com"][/caption]

 

Andaikan kita PK dan berikut jalan cerita kehidupannya...

Masa Kecil

oe...oe... tangis keras PK saat bayi, bermata bulat dan menggemaskan, kata sanak saudara..

PK kecil bersekolah dan bercita-cita, menjadi dokter, pilot, polisi, bahkan presiden seperti anak2 pada umumnya. 

Iklan TV dan sinetron penuh kemewahan mengiringi pertumbuhannya, ah gemerlapnya dunia ini. PK pun mulai bermimpi, seandainya aku menjadi kaya...

Beranjak Dewasa

Cita-cita itupun semakin terarah, yaitu menjadi profesi yang paling didamba di Indonesia, PNS ! Tidak bisa dipecat, tunjangan terjamin hingga hari tua, bahkan konon, menurut kata para tetangga, banyak yang menjadi kaya raya.

Dengan kegigihan dan kecerdasan yang ada, akhirnya PK diterima menjadi PNS. Aah senangnya, cita-cita itu akhirnya tercapai. PK dengan semangat giat bekerja, cita2 meniti karir hingga posisi dirjen sempat terlintas dalam pikirannya.

Menikah

PK dengan optimis meminang pacarnya dan melangsungkan pernikahan dengan meriah. Janji-janji fantastis dilontarkan setiap kali melihat barang-barang mewah di mall, yang telah menjadi ritual setiap akhir minggu. Gambar rumah mewah di sinetron favorit pun ditempel di rumah kontrakan. 

Dunia Kerja

PK pun menerima gaji dan tunjangan pertamanya dengan riang gembira, gaji kedua, ketiga, keempat dst hingga akhirnya entah keberapa yang ternyata tetap sama. Jangankan menjadi kaya, untuk naik pangkat saja susahnya setengah mati tanpa relasi dan amplop donasi.

Menyadari Kenyataan

PK yang cerdas dan jago akuntasi itupun berpikir, kalau begini terus, seperti apa masa depanku? Pada saat yang sama, istri dan anak2 mulai terus menerus berteriak menagih "janji kampanyenya".

Karena jago akuntansi, maka diapun berhitung dan berhitung... Ternyata dihitung dengan rumus apapun juga, tetap hasilnya sama...hidup cukup memang bisa, tetapi kaya raya jauh dari impian yang ada.

PK mulai berpikir, apa yang salah dengan hitunganku? Kenapa para atasan banyak yang kaya raya?

Diapun mencari tahu..

Mengikut Arus

Gayungpun bersambut, rekan dan atasan menyukai karakter PK yang supel, merekapun dengan senang hati mengajarkan trik2nya.

Awalnya dia merasa ragu, hati nuraninya merasa ini tidak benar, tetapi karena hampir semua melakukan, apa yang tidak benar itu menjadi benar dengan sendirinya mengikuti arus terbesar.

Dasarnya sudah cerdas, makin lama PK makin terasah kemampuannya, dan trik2 tingkat tinggi yang melibatkan banyak pejabat dan jenderalpun dikuasainya, para atasan semakin percaya padanya...

Aaah, akhirnya... kaya juga diriku..

Tersandung Kasus

Tiba-tiba ada seorang jenderal mabok menyebut nama PK, bahwa dia terlibat kasus korupsi tingkat tinggi..

Dunia nyatapun tersentak, bagaimana pegawai level biasa memiliki dana puluhan ratusan milyar di rekeningnya..

Pengadilan demi pengadilan dijalani, yang dulu teman sekarang melarikan diri..

Meninggalkan dia sendiri, menghadapi vonis 30 tahun penjara yang menanti..

Dimana keadilan? Kenapa aku yang dikorbankan, selagi para atasan bebas di jalanan?, tanya PK dalam hati..

Di Balik Jeruji Besi

PK pun termenung dan merenung, aku harus bangkit, katanya di dalam hati..

Dengan kelihaiannya, sistem penjara dia kuasai dengan cepat dan mudah, gadget dan koneksi internetpun di dapat..

PK mencari-cari dunia baru, dan akhirnya hatinya tertambat di sebuah komunikas blog terkemuka..

Dunia Maya

Aaah indahnya dunia maya, semua orang dapat terlahir kembali dengan mudah..

PKpun berekspresi dan bersosialisasi sebebas-bebasnya, dan ribuan fans pun mengerumuninya..

Terlena

Tahun demi tahun di dunia maya terlewatkan dengan meriah..

Keinginan kopdarpun mendera..

Teralis besi bukan halangan, uang di tangan memuluskan..

Jepret klik sana sini, tertawa ria merayakan kehidupan barunya..

Kejamnya Dunia Maya

Tanpa sadar foto itupun beredar

Dan PK pun harus berlibur ke gunung nan indah...

Sebagian fans dan sahabat mayanya berbalik dan mengecam dirinya..

PK pun tersadar, bahwa dunia maya... sama kejamnya dengan nyata..

Renungan bagi kita semua..

Salah siapakah seorang bayi menggemaskan bermata bulat dewasanya menjadi koruptor kelas kakap?

Kita bisa berdebat panjang untuk ini. Tetapi yang menarik dari gambaran perjalanan hidup di atas, bahwa masyarakat adalah filter utama pencegahan korupsi itu sejak dini. Bila filter berlapis (ortu, guru, kurikulum, media, teman, dst) itu gagal, maka filter yang terakhir adalah sistem di pemerintahan.

Selama celah untuk korupsi itu ada, sebaik apapun karakter seseorang, godaannya terlalu besar. Semua bergantung pada sistem, bila sistem tidak memungkinkan adanya celah, mau seburuk apapun karakter orang, dia akan sulit menembusnya.

PK juga manusia, saat celah dan lubang ada di depan mata, maka mengintip dan terjatuhlah dia.

Andaikan kita PK, yakinkah kita tidak jatuh di lubang yang sama? Jangan2 kita tidak korupsi atau bahkan anti-korupsi karena celah itu belum ada didepan kita? hahaha..

So mari kita semua berfokus untuk menutup celah dan lubang yang ada, agar kesempatan itu tidak datang kepada siapa saja, yaitu dengan memperbaiki sistem dan pencegahan, begitu banyak yang bisa dilakukan dengan konkret, salah satunya dengan pembatasan transaksi tunai.

Karena mengejar PK dan PKPK lainnya tiada guna, mereka akan tetap terlahir kembali di mana-mana.. dan membiarkan celah serta lubang menganga, sama saja mengundang mangsa bahkan menciptakannya..

Catatan Penutup 

Tentang PK di cerita ini, aaah sayang sekali orang secerdas itu hanya di balik jeruji besi, harusnya bisa direcruit untuk membuka celah2 korupsi ... hehe...

mudah-mudahan saja pertobatan itu terjadi dan dunia koruptor yang nanti digoncang untuk sasaran eksistensi..

PK telah membuka mata kita 2x, sarang penyamun yang menggerogoti sumber pendapatan negara dan bobroknya hukum di Indonesia, dimana pengadilan hanya sandiwara, dan penjara hanya tempat peristirahatan nan mewah..

Bola telah dilempar dan ada di tangan kita, apa respon kita?

Kita hanya bersilat lidah dan terpana... sarang penyamun tetap ada dan hukum di negeri inipun tetap sama.. 

So salah siapa kira-kira? Mmm...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun