PK dengan optimis meminang pacarnya dan melangsungkan pernikahan dengan meriah. Janji-janji fantastis dilontarkan setiap kali melihat barang-barang mewah di mall, yang telah menjadi ritual setiap akhir minggu. Gambar rumah mewah di sinetron favorit pun ditempel di rumah kontrakan.Â
Dunia Kerja
PK pun menerima gaji dan tunjangan pertamanya dengan riang gembira, gaji kedua, ketiga, keempat dst hingga akhirnya entah keberapa yang ternyata tetap sama. Jangankan menjadi kaya, untuk naik pangkat saja susahnya setengah mati tanpa relasi dan amplop donasi.
Menyadari Kenyataan
PK yang cerdas dan jago akuntasi itupun berpikir, kalau begini terus, seperti apa masa depanku? Pada saat yang sama, istri dan anak2 mulai terus menerus berteriak menagih "janji kampanyenya".
Karena jago akuntansi, maka diapun berhitung dan berhitung... Ternyata dihitung dengan rumus apapun juga, tetap hasilnya sama...hidup cukup memang bisa, tetapi kaya raya jauh dari impian yang ada.
PK mulai berpikir, apa yang salah dengan hitunganku? Kenapa para atasan banyak yang kaya raya?
Diapun mencari tahu..
Mengikut Arus
Gayungpun bersambut, rekan dan atasan menyukai karakter PK yang supel, merekapun dengan senang hati mengajarkan trik2nya.
Awalnya dia merasa ragu, hati nuraninya merasa ini tidak benar, tetapi karena hampir semua melakukan, apa yang tidak benar itu menjadi benar dengan sendirinya mengikuti arus terbesar.