70thn bukanlah usia muda bagi sebuah negara, terbukti dari Jepang, Korea, Singapore yang jauh lebih terpuruk dari Indonesia di tahun 1945, sekarang mereka sudah melesat menjadi negara maju..Â
Apa yang salah dengan Indonesia? Kenapa kita yang kaya sumber daya alam justru seperti bergerak di tempat sejak merdeka? Bahkan korupsi makin merajalela, para politikus masih seperti anak TK, kemiskinan masih banyak dst.Â
Jawabannya jelas.. karena kutukan sumber daya alam!Â
Ketika sebuah negara kaya akan sumber daya alam, maka negara tersebut akan terus menjadi rebutan banyak kepentingan eksternal maupun internal. Â
Mereka menghalalkan segala cara dengan memecah belah bangsa melalui kelompok2 politik yang ada, mereka dengan sengaja dan sistematis mengabaikan pendidikan, Â sehingga rakyatnya tetap mayoritas bodoh, dan membagi2kan subsidi supaya rakyat senang dan terdiam.Â
Kita berbangga menjadi negara demokrasi terbesar ke 2 bla bla bla, tanpa sadar bahwa demokrasi tanpa pendidikan adalah demokrasi uang !Â
Ya uang yang berkuasa menentukan semua hal, bahkan Prabowo pernah mengatakan, mudah untuk menguasai Indonesia, tinggal beli parpolnya ! Glek.. itukah demokrasi yang kita bangga2kan?Â
Â
Semua persoalan bangsa ini sebenernya hanya bermuara ke satu hal saja : Pendidikan..Â
Tanpa pendidikan, sampai kapanpun kita akan "dijajah" secara ekonomi oleh negara lain, dijajah oleh segelintir orang2 pintar di negara sendiri yang menyebut dirinya politikus dan pemerintah.Â
Tanpa rakyat yang pintar dan kritis, tidak akan pernah ada perubahan, semua perubahan hanya berdasarkan "wani piro", karena semuanya dipelintir dan rakyat hanya menerima saja semua berita dan kebijakan tanpa bisa berpikir..Â
Sedangkan kenyataan sekarang, 70 thn merdeka, rata2 rakyat kita hanya sekolah 7thn! Hiks.. keterlaluan.. smp saja blm lulus..Â
Karena itu sudah saatnya sekarang kita move on, tidak ada waktu lagi untuk menunda, mendikbud saat ini sudah sangat tepat dan dari kalangan akademisi yang cemerlang bapak Anis Baswedan. Beliau sudah mencetuskan ide untuk menggunakan gadget/sabak sebagai lompatan pendidikan yang tinggi dan merata yang pernah penulis ulas disini http://www.kompasiana.com/annamelody/mimpi-sejuta-tablet-sabak-revolusi-pendidikan-ala-anis-baswedan_554b01872d7a61df038b4567Â
Sayangnya belum ada kejelasan roadmap yang sekarang sedang berlangsung untuk mewujudkan hal tersebut dan rakyat masih harus menanti entah sampai kapan.. Program sejuta sabak sebenarnya bisa dibiayain sendiri secara gotong royong melalui masyarakat, csr perusahaan, sebagian dana kip dst.. asalkan ada niat, tanpa apbnpun sangat memungkinkan. Karena harga sebuah sabak 7inch sekarang sekitar 600rb/pcs (belum harga grosir) x 20juta keluarga saja = 12 Trilyun = ups yang dihambur2kan oleh dki jakarta !Â
Dengan adanya sabak, semua materi pelajaran dapat gratis hingga universitas terbuka, pendidikan karakter, kesehatan, keuangan, umkm dllpun bisa didistribusikan secara merata dan gratis, bahkan bisa dipantau apakah dimanfaatkan atau tidak melalui catatan penggunaan..Â
Hanya itu satu2nya cara terinstant untuk mengupgrade sdm indonesia langsung menjadi s1 semua, dengan sekolah fisik tetap berperan sebagai pembina, evaluasi/ujian, praktek, diskusi, sosialisasi dll, bukan seperti sekarang yang ke sekolah hanya untuk membaca buku dan menghafal..Â
Dan hanya itu satu2nya cara untuk mengupgrade kesehatan masyarakat, petani, nelayan, umkm dll..Â
Melalui INFORMASI !
Tanpa teknologi, sampai kapanpun indonesia akan bergerak pelan sekali dan tetap ketinggalan, negara lain sudah s2 s3, kita masih sma itupun kualitasnya ga karuan dan tidak terstandar..Â
Sedangkan serangan globalisasi tak terhindarkan, akhirnya kita hanya akan menjadi penonton dan ayam yang mati di lumbung padi..Â
Kami nantikan perbedaan pada dan terobosan dari Pak Jokowi dan Pak Anis Baswedan.. tanpa niat untuk melakukan terobosan di bidang pendidikan, maka pemerintah siapapun juga orangnya, sama saja dengan "penjajah dalam selimut.."Â
Sumber :http://m.merdeka.com/foto/peristiwa/anies-baswedan-gandeng-menkominfo-dan-telkom-bangun-e-sabak.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H