Saat akan melamar pekerjaan, saat kita bekerjapun kita berpakaian rapi, terlihat rajin di mata bos, dst..
Semua melakukan pencitraan !
Salah/benar tergantung dari konsistensi pencitraan itu sendiri.. bila sebuah pencitraan dilakukan secara berulang dan konsisten berikut bukti tindakan sesuai yang dicitrakan bukankah itu hal yang baik?
Contoh : seorang calon suami yang meski tadinya berkarakter kurang baik, saat pacaran dia berusaha "terlihat" baik dan saat jadi suamipun dia "tetap" berusaha konsisten bersikap baik, nah dimana letak kesalahan dia?
Seorang yang ingin terlihat kaya atau pinter, bisa saja dia mengelabui banyak orang dengan penampilannya untuk saat ini, tetapi apabila dia konsisten ingin mempertahankan gaya tersebut, bukankah dia harus kerja keras dan akhirnya berefek menjadi kaya/pinter beneran?
Jadi intinya adalah pencitraan itu perlu ! Karena pencitraan membuat subjek berusaha membuktikan apa yang dia citrakan..
Atau bahasa simplenya merupakan janji atau afirmasi pada diri sendiri maupun publik.., dimana bila tidak konsisten dan tidak ada bukti, maka dia akan malu luar biasa.. karena dia secara tidak langsung justru membuka kedok diri sendiri dengan inkonsistensi dan tanpa bukti tindakan..
Oleh karena konsekuensi malu yang besar inilah maka yang berhasil melakukannya hanyalah orang-orang yang besar.. yang benar2 memiliki komitmen untuk mewujudkan apa yang dia citrakan..
Dan orang2 yang "kecil", hanya bisa melongo sambil berteriak2 menuduh orang lain pencitraan pada saat diri dia sendiri tetap berjalan di tempat, tidak menjadi siapa2..
Penulis menjadi berpikir, banyak dari kita atau khususnya politikus yang sekarang ini sebenarnya sedang iri dengan Pak Jokowi dan berpikir dalam hati : "waduh, kenapa kok ga dari dulu2 ya gue pencitraan, tahu gitu sudah jadi .... sekarang"
Kenapa mereka dulu tidak melakukannya? Antara sibuk diri sendiri/kelompok sendiri, tidak mengerti ilmu pencitraan sampai memang tidak mau melakukan !