Pada tahun 1945 Bertrand Russell, seorang filsuf dan ahli logika Inggris, menerbitkan buku besar yang menakjubkan dan mengesankan : A History of Western Philosophy. Buku ini mencakup seluruh periode pra-Socrates hingga waktu Russell sendiri, berurusan dengan semua filsuf penting dalam tiga volume, yang mencakup lebih dari 750 halaman.Â
Tujuan Russell menulis buku ini adalah untuk menjelaskan bagaimana seluruh sejarah filsafat Barat adalah salah satu pertempuran berulang antara "[filsuf] yang ingin mempererat ikatan sosial dan mereka yang ingin melonggarkannya" (hal. 9).Â
Ini telah menjadi perjuangan antara orang-orang yang mencari penindasan masyarakat dan akibatnya berkembangnya 'pahlawan' dan/atau 'bangsawan' dan orang-orang yang berusaha membebaskan masyarakat dan membiarkan individu manusia berkembang. Menurut Russell, sejarah filsafat adalah medan perang antara dogmatis dan libertarian.
Russell tidak memihak dalam konflik. Perlu mengutip pandangannya panjang lebar, karena ini adalah pembelaan liberalisme (filosofis, sekaligus politis) yang paling ringkas dan paling kuat menurut saya.
Dia mengakui:
"Jelas bahwa masing-masing pihak dalam perselisihan ini - seperti semua yang bertahan selama periode waktu yang lama - sebagian benar dan sebagian salah.Â
Kohesi sosial adalah kebutuhan, dan umat manusia belum pernah berhasil menegakkan kohesi hanya dengan argumen rasional.Â
Setiap komunitas dihadapkan pada dua bahaya yang berlawanan, pengerasan melalui terlalu banyak disiplin dan penghormatan terhadap tradisi, di satu sisi; di sisi lain, pembubaran, atau tunduk pada penaklukan asing, melalui pertumbuhan individualisme dan kemandirian pribadi yang membuat kerjasama secara umum, peradaban-peradaban penting dimulai dengan sistem yang kaku dan takhayul, berangsur-angsur santai, dan pada tahap tertentu mengarah ke periode kejeniusan yang cemerlang, sementara kebaikan tradisi lama tetap ada dan kejahatan yang melekat pada pembubarannya belum terjadi. Tetapi ketika kejahatan terungkap, itu mengarah pada anarki, dari sana, tak terhindarkan, ke tirani baru, menghasilkan sintesis baru yang dijamin oleh sistem dogma baru.Â
Doktrin kebebasan alisme adalah upaya untuk melarikan diri dari osilasi tanpa akhir ini. Esensi liberalisme adalah upaya untuk mengamankan tatanan sosial yang tidak didasarkan pada dogma irasional, dan menjamin stabilitas tanpa melibatkan lebih banyak pengekangan daripada yang diperlukan untuk pelestarian komunitas. Apakah upaya ini dapat berhasil, hanya masa depan yang dapat menentukan." (hlm. 9-10)
Buku itu sendiri dibagi menjadi tiga volume/buku. Dalam Volume 1, Russell membahas filsafat Yunani, hingga dan termasuk zaman Kekaisaran Romawi.Â
Dia menjelaskan bagaimana dengan Plato, filsafat Yunani bergeser dari pencarian untuk memahami dan mengatur Alam (karenanya kata Cosmos, yang berarti Keteraturan) menjadi berubah menjadi diri sendiri untuk mencoba merenungkan Ide-ide abadi. Dengan Plato, dogmatisme memasuki filsafat dan tidak meninggalkannya sejak itu.Â