Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Resiliensi Lansia di Dunia yang Berubah

1 Oktober 2022   10:44 Diperbarui: 1 Oktober 2022   14:07 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resiliensi lansia di dunia yang berubah | sumber foto: apa.org

Hingga kini, dalam usia yang sudah genap 77 tahun, beliau menjadi salah satu anggota yang aktif berbagi. Salah satu yang saya kagumi, beliau cukup rajin berbagi video yang dibuat oleh “Bagansiapiapi Tempo Dulu”, salah satu komunitas pemerhati sejarah dan budaya di kampung halaman saya.

Resiliensi lansia di dunia yang berubah | sumber foto: apa.org
Resiliensi lansia di dunia yang berubah | sumber foto: apa.org

Dengan langkah sederhana itu, beliau telah memperkenalkan sejarah dan budaya Bagansiapiapi kepada generasi muda di WAG keluarga besar kami. Sebuah langkah inspiratif yang pantas dihargai.

Saya juga mulai berusaha menghadiri undangan reuni dari teman-teman lama yang selama ini kurang saya ikuti karena kesibukan kerja. Selain itu, bergabung dengan beberapa komunitas, bagi saya merupakan kebahagiaan tersendiri.

Saya percaya, membangun koneksi yang sehat dengan keluarga besar dan teman-teman memberi kesempatan untuk saling memperhatikan dan saling mendukung dalam kesusahan. Pada akhirnya, hal ini dapat meningkatkan kebahagiaan dan resiliensi.   

Kedua, menerima krisis sebagai bagian dari hidup

Ilustrasi membangun jembatan, mengatasi krisis | sumber foto: Psychiatric Times
Ilustrasi membangun jembatan, mengatasi krisis | sumber foto: Psychiatric Times

Ingat ungkapan “this too shall pass”? Filosofi ini mengingatkan bahwa kesusahan seberat apapun, akan berlalu.

Dari pembicaraan saya dengan beberapa orang lansia, krisis yang paling besar adalah ketika pasangan berpulang. Cukup banyak juga yang mengalami pergumulan dalam masa transisi dari pekerja aktif ke masa pensiun.

Saya sendiri cukup banyak bergumul ketika mendampingi ibu saya yang menderita penyakit serius hingga beliau wafat. Ibu yang selama seperempat abad mendukung saya, sehingga dapat bekerja di kantor dengan tenang, tiba-tiba memerlukan saya untuk mendampingi beliau 24 jam dalam sehari.

Dukungan dari atasan yang mengizinkan saya bekerja dari rumah sakit (waktu itu belum ada pandemi Covid-19 dan WFH maupun WFA belum menjadi tren), dukungan dan perhatian dari keluarga besar, serta dukungan dan doa dari para sahabat membantu saya melalui krisis tersebut.

Hidup mungkin tidak selalu berjalan seperti yang kita harapkan. Sikap menerima krisis sebagai bagian dari hidup dan meyakini bahwa kesusahan seberat apapun, akan berlalu, akan membantu kita melalui krisis tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun