Sementara hasil penelitian Merrill Lynch dan Age Wave menemukan bahwa para pensiunan merasa lebih bahagia “membantu orang yang membutuhkan” ketimbang “menghabiskan uang untuk diri sendiri”.
Dengan menyumbangkan uang atau menjadi sukarelawan, mereka merasa hidup lebih bermakna serta lebih sehat dan bahagia.
Sebagian besar teman saya setuju bahwa masa pensiun perlu diisi dengan kegiatan bermakna. Kegiatan mereka mencakup mulai dari menjadi guru sekolah bina iman, mendampingi komunitas anak muda, hingga melayani sesama lansia.
Keempat, Jangan Berhenti Belajar
Para ahli percaya bahwa mempelajari hal-hal baru dapat membantu Anda untuk tetap aktif secara mental. Melatih otak dapat mencegah penurunan kognitif dan mengurangi risiko demensia.
Menurut Healthbeat newsletter dari Harvard Medical School, menantang otak dengan latihan mental diyakini dapat mengaktifkan proses yang membantu menjaga sel-sel otak individu dan merangsang komunikasi di antara mereka. [6]
Kini, ada cukup banyak komunitas pensiunan yang memfasilitasi para anggotanya untuk mempelajari hal-hal baru sesuai bidang minat masing-masing. Sebagai contoh, Komunitas Fifty Plus. Para anggota, yang sebagian besar sudah pensiun, belajar menulis, fotografi, berkebun, berlatih meditasi hingga berinvestasi.
Dengan belajar bersama teman-teman komunitas, Anda juga dapat memperluas jejaring sosial dan melakukan kegiatan yang lebih bermakna.
Kelima, Senantiasa Bersyukur
7]
Dalam penelitian psikologi positif, rasa syukur sangat erat kaitannya dengan kebahagiaan. Rasa syukur membantu orang merasakan emosi yang lebih positif, menikmati pengalaman yang baik, meningkatkan kesehatan, mengatasi kesulitan, dan membangun hubungan yang kuat. [Dua orang psikolog, Dr. Robert A. Emmons dari University of California, dan Dr. Michael E. McCullough dari University of Miami, telah melakukan banyak penelitian tentang rasa syukur. Dalam salah satu penelitian, mereka membagi responden menjadi 3 kelompok.
Kelompok pertama menulis tentang hal-hal yang mereka syukuri yang terjadi selama seminggu. Kelompok kedua menulis tentang kejengkelan sehari-hari atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Kelompok ketiga menulis tentang peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi mereka, tanpa penekanan pada hal-hal positif atau negatif.
Setelah 10 minggu, mereka yang menulis tentang rasa syukur menjadi lebih optimis dan merasa lebih baik tentang kehidupan mereka. Anehnya, mereka juga lebih banyak berolahraga dan lebih jarang sakit dibandingkan kelompok yang berfokus pada sumber kejengkelan.