Di awal perjalanan karier, saya selalu tertarik pada kesempatan pelatihan dan pengembangan diri. Bagaimana career path saya di perusahaan ini?
Yang tidak kalah penting, pelajari calon atasan Anda saat wawancara. Bagaimana perasaan Anda terhadapnya? Apakah Anda merasa nyaman jika bekerja dalam tim yang dipimpinnya?
Pada saat sudah menjejakkan kaki di level manajerial, saya juga tertarik mendiskusikan visi, misi, value dan budaya perusahaan. Saya merasa perlu memastikan bahwa nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan selaras dengan nilai-nilai yang saya anut dalam kehidupan saya.
Yang Tabu dilakukan dalam negosiasi gaji saat wawancara kerja
Sekarang, giliran kita membahas hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan dalam negosiasi gaji saat wawancara kerja.
Pertama, jangan bohong
Beberapa kali saya mendapati pelamar yang melebih-lebihkan gaji di perusahaan sebelumnya. Percakapan yang terjadi kurang lebih seperti ini.
Pelamar : Kurang lebih ini yang saya dapat sebulan, Bu.
Saya : Baiklah. Boleh dirinci?
Pelamar : Gaji pokok segini.
Saya : Lalu?
Pelamar : Makan siang disediakan perusahaan. Saya hargai segini. Lalu saya kalikan jumlah hari.
Saya : Lalu?
Pelamar : Asuransi kesehatan, preminya setahun segini. Saya bagi dua belas.
Saya : Lalu?
Pelamar : Saya tambahkan iuran jamsostek dan iuran BPJS Kesehatan.
Saya : Lalu?
Pelamar : THR, bonus tahunan, saya totalkan semua dan saya bagi dua belas.
Saya : Jika diterima, bisa ya, berikan Kartu Peserta Jamsostek ke Bagian HR. Agar kepesertaannya dapat dilanjutkan.
Pelamar : Ah … oh … sebetulnya ….
Saya : (tersenyum maklum) Tentang bonus tahunan, apakah setiap tahun dapat bonus dan besarannya selalu sama?
Pelamar : (tersenyum malu) Tidak sih, Bu … yang tetap itu THR, sebulan gaji. Kalau bonus, tergantung kinerja perusahaan dan kinerja saya sih, Bu … besarannya berubah-ubah …
Nah ....
Kedua, jangan hanya fokus pada kebutuhan pribadi Anda
Pernah ada pelamar yang menguraikan kebutuhan hidupnya sebelum menyebut besaran ekspektasi gaji. Dia menyebutkan antara lain biaya kontrak rumah, biaya makan untuk dirinya dan ibunya yang janda dan sudah tidak bekerja, dan sederetan kebutuhan lain hingga biaya rekreasi.
Posisi yang dilamarnya adalah Staff GA. Angka yang disebutkan membuat saya geleng-geleng kepala.
Sadarlah, perusahaan bukan yayasan sosial. Setiap perusahaan memiliki struktur gaji dan perlu menjaga harmonisasi. Ada banyak orang lain yang bekerja di perusahaan juga, bukan hanya Anda sendiri.
Alih-alih mengharapkan gaji yang sesuai dengan kebutuhan hidup Anda, sesuaikanlah gaya hidup dengan gaji yang sesuai kualifikasi Anda.
Setelah diterima bekerja, berusahalah untuk meningkatkan kualifikasi Anda agar dapat meraih kesempatan naik gaji bahkan naik jabatan.