Namun, beberapa orang di lingkungan terdekat saya sudah terlanjur takut. Isu bahwa vaksin tersebut dapat menyebabkan kekentalan darah hingga kematian, terpatri erat di pikiran mereka.
Saya mencoba meyakinkan mereka dengan kesaksian dari seorang kolega saya. James, nama kolega saya itu, baru menerima vaksin tersebut pada tanggal 27 Mei 2021.
Usia James setahun lebih muda dari saya. Berbeda dengan saya yang sudah sembuh total dari penyakit asma sejak usia 12 tahun, penyakit asma James terkadang masih kambuh hingga saat ini.
Sehari setelah menerima vaksin, James sudah bekerja seperti biasa. Dia bercerita bahwa dia tidak mengalami efek samping yang berarti.
James hanya merasa sedikit mengantuk pada hari menerima vaksin. Tidur selama 30 menit adalah cara James memulihkan kondisinya.
Atasan saya bercerita bahwa menantunya juga telah menerima vaksin tersebut dan tidak mengalami efek samping sama sekali. Anak perempuannya sempat demam sekitar 1-2 hari dan sembuh setelah minum parasetamol serta istirahat.
Tanggal 1 Juni 2021, dalam acara kumpul keluarga, saya berjumpa tiga orang keponakan yang baru divaksin beberapa hari sebelumnya. Mereka sempat demam sekitar 1-3 hari dan merasa sedikit kelelahan.
“Memang banyak misinformasi, tetapi semua kembali kepada sistem imun masing-masing orang,” kata keponakan saya. “Menurut aku, vaksin itu untuk membentengi diri dari bahaya Covid-19. Jika kita melihat gambar besar ini, efek samping itu menjadi tidak ada artinya.”
Maka, saya pun mendaftarkan diri untuk menerima vaksin di sebuah mal yang terletak tidak jauh dari rumah. Siang itu, saya langsung menerima konfirmasi untuk ikut menerima vaksin keesokan harinya.
Persiapkan diri dengan baik
Atas saran suami, saya sudah tiba di mal satu setengah jam sebelum jadwal yang ditentukan. Tujuannya, menghindari kerumunan. Ternyata, sudah ada beberapa orang yang tiba sebelum saya.