Penanaman IUD di dalam Rahim
Dokter BJ menjelaskan bahwa "hiperplasia endometrium" dapat berulang. Beliau menyarankan agar saya menggunakan sejenis alat KB IUD yang terbuat dari plastik dan di dalamnya terdapat salah satu bentukan hormon progestin.
IUD ini ditanam di dalam rahim. Ketika hormon estrogen saya terlalu tinggi, IUD ini akan menyemprotkan hormon progestin untuk menetralkannya. Alat ini bertahan selama lima tahun.
Awal Juli 2008, saya menjalani kuretase pertama. Sungguh bersyukur bahwa hasil biopsi tidak memperlihatkan tanda-tanda kelainan sehingga saya tidak perlu menjalani operasi pengangkatan rahim. Tidak lama setelah kuretase, saya menjalani penanaman IUD pertama.
Dikuret untuk kedua kalinya
Awal Juli 2013, saya menjalani pelepasan IUD. Saat itu saya belum menopause. Namun, saya memutuskan untuk tidak langsung memasang IUD pengganti. Niat saya, ingin membiarkan tubuh berproses.
Dua bulan kemudian, gejala "hiperplasia endometrium" muncul lagi. Darah menstruasi jauh lebih banyak dari yang biasa dialami.Â
Menstruasi berlangsung lebih dari sepuluh hari. Jarak antara haid pertama bulan ini dengan haid pertama di bulan berikutnya kurang dari 21 hari.
Saat itu anak kedua saya sedang kuliah di Malaysia. Atas saran seorang tante, saya memutuskan untuk konsultasi dengan dokter obgyn langganannya di Malaka.
Dokter mengonfirmasi bahwa dinding rahim saya memang sudah kembali menebal dan menyarankan agar segera dikuret. Beliau juga menyarankan agar sebagian jaringan yang dikuret diambil untuk biopsi.Â
Syukur kepada Allah, hasil biopsi tidak menunjukkan tanda-tanda keganasan. Namun, pada kontrol berikutnya sepuluh hari kemudian, tampak lagi tanda-tanda penebalan dinding rahim.