Apakah karena ingin melanjutkan studi? Apakah karena ingin menjadi ibu rumah tangga purnawaktu? Apakah karena diminta mengurus bisnis keluarga? Apakah karena dia ingin mencicipi kebebasan menjadi pekerja lepas (freelancer)? Ataukah karena dia mendapat tawaran yang lebih menarik dari perusahaan lain?
Selain itu, seorang mantan karyawan yang ingin kembali bekerja di perusahaan lama tetap perlu mengikuti tahapan tes kompetensi, psikotes, wawancara dan tes kesehatan layaknya kandidat yang lain. Alasan mengapa dulu mereka resign, akan kami elaborasi lebih lanjut pada tahap wawancara.
Resign karena ingin melanjutkan studi
Jika dulu dia resign karena ingin melanjutkan studi, dan kini tes kompetensi serta psikotes memperlihatkan kecocokan dengan posisi baru yang akan diisi, maka dia merupakan kandidat yang sangat direkomendasi.Â
Kandidat ini dapat langsung diterima jika terjadi kesepakatan mengenai paket remunerasi pada tahap wawancara dan hasil tes kesehatannya baik.
Menerima kembali kandidat ini dapat diibaratkan sebagai proses "pasang dan mainkan" (plug and play). Dia sudah mengenal visi, misi, nilai inti (core value), dan budaya perusahaan.Â
Dia juga mungkin sudah mengenal sebagian besar kolega yang akan bekerja satu tim dengannya. Besar kemungkinan dia tidak memerlukan waktu lama untuk tancap gas memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan.
Resign karena ingin menjadi ibu rumah tangga purnawaktu
Saya mengenal cukup banyak perempuan yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga purnawaktu pada periode emas tumbuh kembang anak. Mereka memutuskan untuk kembali bekerja setelah anaknya menginjak usia dua tahun dan dapat ditinggal.
Untuk kandidat seperti ini, saya akan bertanya apakah sudah ada orang yang dapat dia percaya untuk menjaga anaknya selama dia bekerja di kantor.Â
Apakah pasangannya setuju dia kembali bekerja di kantor? Apakah dia sudah siap untuk fokus pada pekerjaan sepanjang jam kantor?