Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berapa Gaji yang Pantas untuk Seorang Ibu Rumah Tangga?

27 Februari 2021   05:30 Diperbarui: 9 Juni 2022   15:15 4805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu rumah tangga yang sibuk (desain oleh: macrovector/freepik)

Baru-baru ini, Pengadilan Distrik Fangshan di Beijing menghukum seorang pria untuk memberi kompensasi sebesar 50,000 Yuan kepada mantan isteri yang diceraikannya. Jumlah tersebut setara dengan USD7,700.00 atau Rp.107,80 juta jika dikonversi dengan kurs Rp.14.000/USD.

Kompensasi tersebut merupakan imbalan atas pekerjaan rumah tangga yang dilakukan oleh sang mantan isteri selama lima tahun pernikahan mereka. Keputusan ini memicu perdebatan sengit di media sosial.

Tagar terkait kasus ini di Weibo telah dilihat lebih dari 570 juta kali. Kompensasi tersebut dinilai terlalu kecil. “Bahkan gaji seorang asisten rumah tangga di Beijing sudah lebih dari 50,000 Yuan setahun!” komentar seorang warganet.

Beberapa warganet menyerukan kepada para wanita untuk terus mengejar karier mereka setelah menikah. “Para gadis, ingatlah untuk selalu mandiri. Jangan berhenti berkarier setelah menikah.” tulis salah satu pengguna media sosial.

Warganet lain menulis, “Inilah sebabnya anak-anak muda tidak mau menikah dan punya anak. Pengorbanannya tidak seimbang!”

Ibu rumah tangga, profesi mulia yang sering dipandang sebelah mata

“Isteri saya tidak bekerja. Dia ibu rumah tangga.”

Pernah mendengar jawaban ini dari seorang pria yang sudah beristeri? Terbayang seperti apa perasaan isterinya jika mendengar pernyataan ini?

Ya, dewasa ini banyak suami yang menyetujui pilihan isteri mereka untuk menjadi ibu rumah tangga purna waktu (full time housewife) dan menghargai pilihan tersebut. Namun, tidak sedikit suami yang masih menganggap isteri yang di rumah sepanjang waktu ‘tidak bekerja’.

Mari kita sigi uraian pekerjaan seorang ibu rumah tangga purna waktu. Mari kita selidiki dengan teliti, apa saja aktivitasnya sepanjang hari.

Pertama, jam kerjanya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan tanpa hak cuti.

Kedua, dia menyusun menu dan menyiapkan makanan untuk seluruh keluarga. Dia memastikan kesehatan seluruh anggota keluarga terjaga dan kebutuhan gizi mereka terpenuhi.

Ketiga, dia menjaga kebersihan rumah, mulai dari mencuci dan menyetrika pakaian, membersihkan dan menyedot debu, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan masak dan peralatan makan, hingga merapikan kembali letak barang-barang di rumah setelah digunakan.

Keempat, dia mengurus anak-anak, mulai dari memberi makan, menjaga kebersihan badan, memastikan kecukupan istirahat, hingga menemani belajar dan memberikan pendidikan rohani.

Kelima, jika dia memiliki asisten rumah tangga, maka dia berperan sebagai manajer sumber daya manusia. Dia harus mampu menyelesaikan permasalahan yang timbul jika sewaktu-waktu asisten tersebut berulah.

Keenam, dia perlu mengikuti perkembangan harga bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga, memastikan kegiatan perbelanjaan dilakukan dengan optimal.

Ketujuh, dia harus mengelola uang belanja yang diterima dari suaminya dengan bijaksana, mencukupkan untuk kebutuhan rumah tangga saat ini serta menyisihkan untuk tabungan masa depan maupun dana darurat.

Kedelapan, dia diharapkan untuk memiliki waktu berkualitas dengan suaminya agar relasi mereka tetap terjaga.

Kesembilan, dia juga diharapkan untuk tetap bersosialisasi dengan teman dan kerabat keluarga. Dalam hal ini, dia dituntut untuk tetap TERSENYUM, sekalipun ada di antara kerabat tersebut yang tidak disukainya.

Kesepuluh, terakhir namun tidak kalah penting, tidak ada kata pensiun untuk seorang ibu rumah tangga.

Ilustrasi pekerjaan rumah tangga (desain oleh: pch.vector/freepik)
Ilustrasi pekerjaan rumah tangga (desain oleh: pch.vector/freepik)
Sekarang, setelah memahami uraian pekerjaan seorang ibu rumah tangga purna waktu yang demikian panjang, mari kita kupas remunerasinya. 
  1. Dia tidak pernah digaji.
  2. Dia tidak mendapat penghargaan dan penilaian kinerja. Jika dia menyelesaikan tugasnya dengan baik, orang menganggap hal itu sudah biasa.
  3. Dia akan dicela jika tidak dapat mengelola rumah tangga dengan baik.
  4. Dia mungkin akan menerima komentar seperti ini:  “Enak ya, kerjanya cuma di rumah saja. Nggak usah capek ngantor.” Atau seperti ini: “Hm, ibu rumah tangga? Enaknya! Punya banyak waktu untuk merawat diri.”

Kenyataannya, seorang ibu rumah tangga purna waktu sering kali lebih capek dari para wanita karier. Mereka sering kali tidak punya waktu untuk diri sendiri.

Memahami pengorbanan seorang ibu rumah tangga purna waktu

Banyak wanita meninggalkan karier yang bagus dan dengan ikhlas memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga purna waktu. Keputusan ini tentu tak semudah membalikkan telapak tangan.

Ketika seorang ipar saya memutuskan untuk melepas karier sebagai direktur keuangan di sebuah perusahaan multinasional agar dapat fokus mengurus anaknya yang akan memasuki usia sekolah dasar, dia menerima komentar nyinyir dari lingkungan. 

“Aduh, sekolah tinggi-tinggi kok berakhir di dapur?”

“Sayang banget! Perusahaan besar, jabatan bergengsi, gaji tinggi … kok semua ditinggal hanya untuk tinggal di rumah saja?”

Meskipun dia hanya tersenyum menerima nyinyiran itu, adakah mereka yang nyinyir itu melihat apa yang berkecamuk di hatinya?

Dunia kerja adalah ‘dunia lain’ bagi para wanita karier. Dunia kerja adalah dunia di mana para wanita karier dapat berinteraksi dan mendapatkan dukungan sosial dari rekan-rekan kerja.

Ini adalah hal lain yang harus dikorbankan oleh seorang wanita yang meninggalkan karier untuk menjadi ibu rumah tangga purna waktu.  Profesi ibu rumah tangga menuntutnya hampir 24 jam terfokus pada rumah, anak dan suami saja.

Ilustrasi keluarga bahagia (desain oleh: brgfx/freepik)
Ilustrasi keluarga bahagia (desain oleh: brgfx/freepik)

Jadi, berapa gaji yang pantas untuk seorang ibu rumah tangga purna waktu?

Menilik uraian pekerjaan di atas, jika kita analogikan sebuah rumah tangga adalah sebuah perusahaan, maka seorang ibu rumah tangga purna waktu melakoni hampir semua fungsi yang ada.

Dia adalah manajer keuangan. Dia adalah manajer pembelian. Dia adalah manajer produksi. Dia adalah manajer sumber daya manusia. Dia adalah manajer umum. Dia adalah manajer humas. Tidak heran jika Salary.com menyebut rata-rata gaji tahunan yang pantas untuk seorang ibu rumah tangga purna waktu diperkirakan sebesar USD178,201 pada tahun 2019.

Dari pengalaman saya dengan beberapa kerabat dan rekan kerja yang memutuskan untuk meninggalkan karier mereka dan menjadi ibu rumah tangga purna waktu, saya memahami bahwa keputusan ini sungguh tidak mudah.

Pada umumnya, para suami mereka mendukung keputusan mereka. Dukungan dari suami yang menghargai pengorbanan mereka dan bangga akan pilihan mereka, membuat para kerabat dan mantan rekan kerja saya menjalani peran baru mereka dengan lebih bahagia.

Menurut saya, setiap pilihan memiliki aspek positif dan negatifnya. Semua pilihan adalah benar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Pilihan menjadi wanita karier atau menjadi ibu rumah tangga purna waktu, sama istimewa dan sama berharganya.

Pada akhirnya, apa pun pilihan kita, semua akan menjadi bermakna jika dijalani dengan penuh syukur. Bagaimana menurut Anda?

Jakarta, 27 Februari 2021  

Siska Dewi

Referensi: satu, dua, tiga, empat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun