Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Permata Hati, Anugerah dan Amanah dari Sang Pencipta (1)

18 Juli 2020   21:12 Diperbarui: 18 Juli 2020   21:10 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Courtesy of: Yoanna Yudith (dok pri)

Aku menikah dengan Dhika pada bulan Juni 2006. Bagi kami, prioritas utama ketika menikah adalah membentuk keluarga bahagia. Pada awal pernikahan, memiliki momongan bukanlah prioritas utama kami.  Prinsip kami, anak adalah amanah dari Tuhan yang harus benar-benar kami garansi kehidupannya. Dua tahun pertama pernikahan kami isi dengan membangun kemapanan berkeluarga versi kami: punya karier yang bagus, punya rumah dan kendaraan sendiri.

Awal tahun 2008, ketika sudah memiliki rumah dan kendaraan sendiri serta merasa cukup mapan, kami sepakat untuk menjalani program kehamilan. Karena pada saat itu pekerjaan menuntut suamiku untuk sering berada di luar kota selama dua minggu hingga satu bulan, aku baru positif hamil setelah hampir dua tahun berusaha.

Setelah membuang test pack ke tempat sampah dan mencuci tangan, segera aku melangkah keluar dari kamar mandi menuju ruang kerja. Pada saat itu, aku masih bekerja sebagai konsultan HR di sebuah perusahaan minyak. Pekerjaanku tidak mengharuskan aku setiap hari ke kantor, namun terkadang ada pekerjaan yang harus kukerjakan dari rumah. Karena itu, saat kami merencanakan pembangunan rumah, Dhika merancang sebuah ruang kerja untukku, semacam kantor kecil, di rumah.

Aku menyampaikan kabar gembira kehamilan kepada belahan jiwaku melalui aplikasi Skype. Ekspresi wajahnya yang penuh kebahagiaan saat mengucap "Alhamdulillah" yang kusaksikan melalui layar monitor komputer, masih terbayang sampai sekarang. Pagi itu, kami sepakat agar aku berkonsultasi dengan dokter obgyn yang bertugas di fasilitas kesehatan yang disediakan oleh perusahaan tempat kerjaku.

Courtesy of: Yoanna Yudith (dokpri)
Courtesy of: Yoanna Yudith (dokpri)

Awan Kelabu Menghapus Keceriaanku

Dokter obgyn yang aku kunjungi memintaku menjalani pemeriksaan TORCH di salah satu laboratorium rekanan perusahaan. Ini adalah pemeriksaan yang umum dijalani ibu hamil dan bertujuan untuk mendeteksi adanya Toksoplasmosis, infeksi lain/Other infection, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus (disingkat TORCH).

Hasil pemeriksaan laboratorium bagaikan awan kelabu yang tiba-tiba muncul menghapus keceriaan yang aku rasakan di awal September itu. Masih terpampang jelas di benakku, tulisan yang tertera pada lembaran hasil laboratorium, yang saat itu aku baca dengan mata nanar: IgG Rubella (+), IgM Rubella (+).

IgG Rubella positif menunjukkan bahwa aku memang sudah mendapat vaksinasi yang cukup lengkap untuk Rubella sesuai dengan standar CDC (Centers for Disease Control and Prevention), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat. Namun, IgM Rubella positif menunjukkan bahwa pada saat pemeriksaan, aku sedang mengidap Rubella.

"Saya sarankan mbak Amel segera menggugurkan janin dalam kandungan ini," vonis dokter terdengar bagaikan petir di siang bolong. "Penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang terinfeksi Rubella di trimester pertama kehamilannya, mempunyai 90% kemungkinan melahirkan anak dengan cacat bawaan yang disebut Congenital Rubella Syndrome (CRS)."

"Dok, tetapi saya sudah punya vaksinasi Rubella yang lengkap sesuai standar CDC. Apakah tidak ada opsi untuk mempertahankan janin dalam kandungan saya? Hampir dua tahun saya menantikan kehadirannya!" nada suaraku terdengar sengit ketika melancarkan protes.

Seakan tidak mendengar protes yang aku sampaikan, dokter melanjutkan, "Mbak Amel tahu, apa itu CRS? CRS atau Bahasa Indonesianya 'Sindrom Rubella Kongenital' adalah kondisi yang sangat serius pada ibu hamil yang mengidap Rubella, terutama pada trimester pertama kehamilannya seperti mbak Amel. Kondisi ini bisa mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau cacat bawaan yang parah pada bayi seperti katarak, penyakit jantung bawaan, gangguan pendengaran, dan gangguan pertumbuhan termasuk keterbelakangan mental."(1)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun