Bercermin dari pengalaman Erin dan Luna, seperti kata Ted Beck, diperlukan keterbukaan dan kejujuran ketika membicarakan uang dengan pasangan.
Ketika sepasang kekasih menikah, “aku” dan “kamu” menjadi “kita”. Penting bagi pasangan suami-isteri untuk bersikap terbuka dan jujur mengenai penghasilan, harta dan utang masing-masing. Karena, meskipun tidak ada salahnya harta dipertahankan atas nama masing-masing, namun bagi pasangan suami isteri, tidak ada lagi hartaku dan hartamu. Hartaku dan hartamu telah melebur menjadi harta kita sejak hari pertama sepasang kekasih meresmikan hubungan mereka menjadi pasangan suami isteri.
Pada masa sekarang, Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Wajib Pajak Orang Pribadi sangat membantu. Jika diisi dengan tertib dan jujur, SPT akan memperlihatkan apa dan berapa nilai harta dan utang masing-masing orang.
Setelah menikah, seorang isteri boleh memilih untuk melepas Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang sebelumnya sudah dia miliki dan melaporkan seluruh harta dan utangnya dalam SPT suami. Namun, isteri juga boleh memilih tetap mempertahankan NPWP serta melakukan kewajiban perpajakannya sendiri. Alternatif mana yang akan dipilih, tentunya perlu disesuaikan dengan kondisi dan kenyamanan Anda.
Setelah saling memperlihatkan daftar harta dan utang, mulailah dengan diskusi mengenai tempat tinggal. Apakah saat ini Anda tinggal di rumah sendiri, di rumah kontrakan, atau di rumah mertua? Apakah Anda sudah nyaman dengan tempat tinggal Anda saat ini? Adakah rencana membeli rumah?
Bagaimana dengan orangtua dan mertua? Apakah Anda berniat untuk memberikan kontribusi keuangan bulanan kepada mereka? Bagaimana dengan pengeluaran rumah tangga Anda sendiri?
Buatlah Anggaran
Sekarang, buatlah anggaran pengeluaran bulanan keluarga Anda. Mulai dari belanja bahan makanan, minuman dan kebutuhan rumah tangga lainnya; belanja pakaian termasuk aksesoris, tas, sepatu dan perawatan wajah/rambut/tubuh; listrik; air; telepon; olahraga; pemeliharaan kesehatan; rekreasi; kontribusi bulanan untuk orangtua dan mertua; dan biaya bulanan lainnya.
Setelah diketahui dengan jelas besaran kebutuhan bulanan, sepakati bersama pasangan mengenai berapa besar kontribusi dari suami dan isteri terhadap pengeluaran tersebut. Kesepakatan ini perlu dibuat berdasarkan kenyamanan Anda berdua dan tak perlu dipengaruhi oleh pandangan orang lain, karena hanya Anda berdualah yang mengetahui kondisi yang Anda hadapi dan apa yang paling nyaman bagi Anda.
Dianjurkan agar masing-masing suami dan isteri menyetor bagian kontribusinya ke dalam suatu rekening rumah tangga. Rekening ini bisa berupa rekening bersama (join account), bisa juga atas nama salah satu pihak, tergantung kenyamanan Anda.