Di awal merebaknya pandemi COVID-19 di Indonesia, ketika headline media massa dipenuhi berita tentang pendapatan para driver ojek online (OJOL) yang menurun tajam, sekelompok teman saya dari suatu komunitas menggagas ide untuk memberi bantuan kepada para driver OJOL. Mereka mengumpulkan sumbangan dari para dermawan. Jumlah yang terkumpul digunakan untuk menolong 800 orang driver. Setiap hari, 5 orang teman bertugas memesan sembako melalui fitur belanja di salah satu aplikasi pembayaran digital dan memberikannya kepada 4 orang driver.
Setelah ada driver OJOL yang menerima pesanan, teman yang bertugas akan mengirim pesan kepada si driver yang bunyinya, “Kami dari komunitas XYZ sedang menjalankan program berbagi kasih. Sembako ini untuk Bapak dan keluarga. Silakan menuju tempat antar dan buat laporan terkirim. Saya sudah membayar melalui aplikasi ini. Semoga tanda kasih ini bermanfaat untuk Bapak dan keluarga.”
Para driver OJOL mengaku kaget dan berterima kasih. Ada yang membalas dengan pesan haru seperti, “Alhamdulillah, terima kasih Ibu. Susu yang Ibu berikan sangat berguna untuk anak saya yang masih balita. Semoga berkah ya, Bu!”
Apa yang dilakukan oleh teman-teman saya hanya salah satu contoh langkah ikut berkontribusi membantu pemerintah mengatasi dampak negatif dari pandemi COVID-19 dengan memanfaatkan produk keuangan demi membuat makroprudensial aman terjaga.
Kita pun dapat seperti mereka. Ada banyak produk keuangan yang dapat kita manfaatkan untuk ikut serta membantu makroprudensial Indonesia aman terjaga. Beberapa langkah kecil memanfaatkan produk-produk keuangan yang diuraikan di bawah ini dapat dimulai dari keluarga kita.
Mengajak Anak Menabung Sejak Dini
Ketika masih kanak-kanak, saya memiliki sebuah celengan berbentuk babi yang lucu. Saya rajin menyisihkan uang jajan untuk ditabung dalam celengan itu. Sekian dekade berlalu, kegiatan menabung pun berubah. Saat anak-anak saya mulai mengerti uang, banyak bank yang menawarkan produk tabungan junior untuk anak-anak. Saya membuka rekening tabungan junior untuk masing-masing anak dan mereka rajin menyisihkan uang jajan untuk ditabung.
Setelah anak berusia 17 tahun, kami membuka rekening tabungan orang dewasa. Kami menyetor uang bulanan ke rekening miliknya. Saya himbau anak untuk mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran agar dapat melakukan evaluasi dan perencanaan ke depan. Dengan berjalannya waktu, anak-anak pun belajar mengelola keuangan sendiri.
Dengan kebiasaan menabung, nasabah dan bank sama-sama mendapat untung. Nasabah mendapat bunga dari tabungan, bank mendapat dana untuk disalurkan kepada nasabah lain yang membutuhkan kredit. Dengan menyalurkan dana dari nasabah tabungan kepada nasabah yang memerlukan kredit, bank menjalankan fungsi intermediasi perbankan, tentunya dengan tetap memperhatikan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) agar makroprudensial tetap aman terjaga.
Memperkenalkan Anak Pada Produk Asuransi
1. Asuransi Pendidikan
Hadiah yang saya berikan kepada setiap anak pada ulang tahun pertama adalah asuransi beasiswa. Saya memilih produk asuransi dengan masa pembayaran premi tahunan selama 5 (lima) tahun.
Pertimbangan saya sederhana saja. Saya tidak tahu kapan saya meninggal, namun saya ingin, jika hal itu terjadi, dana pendidikan anak-anak tetap terjaga. Karena itu, saya memilih produk asuransi beasiswa yang memberi proteksi berupa manfaat bebas bayar premi jika saya meninggal sebelum masa pembayaran premi berakhir.
Pada tahun 1998, ketika terjadi krisis moneter dan nilai Rupiah merosot dari Rp 2.380 per USD pada Juni 1997 menjadi Rp 14.150 per USD pada Juli 1998, saya dan suami dihadapkan pada dilema apakah asuransi akan dicairkan atau diteruskan. Pada saat itu, polis asuransi untuk kedua anak kami sudah berjalan 4 tahun dan 3 tahun. Masih ada satu kali pembayaran premi untuk polis si sulung dan dua kali pembayaran untuk polis adiknya. Dan saya sedang hamil anak ketiga.
Namun, kami bersyukur bahwa kami tidak mengalami pemutusan hubungan kerja. Ibarat perahu yang sedang berlayar di tengah badai, para pemimpin di perusahaan-perusahaan tempat kami bekerja mampu mendayung dengan baik dan menjaga perahu tetap bertahan dan bergerak maju meskipun perlahan.
Belajar dari para atasan kami, saya dan suami mendiskusikan cara agar bahtera rumah tangga kami pun mampu bertahan menghadapi badai. Kami menginventarisasi seluruh tabungan dan menyisihkan sebagian untuk biaya kelahiran anak ketiga. Untuk biaya hidup sehari-hari, kami berusaha menekan anggaran agar dapat dipenuhi dari penghasilan rutin.
Pembayaran premi asuransi si sulung dan adiknya kami tempatkan pada prioritas ketiga. Godaan untuk menghentikannya segera kami singkirkan mengingat asuransi adalah perencanaan keuangan jangka panjang yang kami siapkan secara matang untuk biaya pendidikan anak di masa depan. Kami memutuskan untuk tetap membayar premi asuransi dengan menggunakan sisa tabungan yang ada.
Karena sebagian besar dana tabungan sudah digunakan untuk membiayai kelahiran anak ketiga dan membayar premi asuransi, kami berusaha menekan pengeluaran rutin. Hal-hal yang bersifat optional kami coret dari rencana pengeluaran. Fokus kami adalah menabung lagi untuk premi asuransi anak kedua yang masih harus kami bayar di tahun berikutnya.
Syukur kepada Allah, saya dan suami diberkati dengan kesehatan dan pekerjaan sehingga kami dapat menyelesaikan kewajiban pembayaran premi asuransi dan menerima hasilnya pada saat jatuh tempo polis. Ketika si sulung dan adiknya mencapai usia 24 tahun, kami memberikan seluruh hasil pencairan asuransi untuk mereka kelola sendiri.
2. Asuransi Kesehatan dan BPJS Kesehatan
Perusahaan tempat saya bekerja menyediakan asuransi rawat inap untuk pegawai, pasangan dan 2 orang anak yang belum berusia 21 tahun. Untuk pegawai yang memiliki anak lebih dari 2 orang, perusahaan memberi fleksibilitas mengikutsertakan anak yang preminya tidak ditanggung oleh perusahaan, dengan biaya sendiri. Saya merasakan manfaat dari asuransi kesehatan ketika salah seorang dirawat di rumah sakit untuk operasi usus buntu, juga ketika suami dirawat di rumah sakit karena masalah jantung.
Selain asuransi rawat inap, kami juga didaftarkan sebagai peserta BPJS Kesehatan. Perusahaan patuh membayar iuran, mendukung BPJS Kesehatan menjaga kesinambungan finansial program jaminan kesehatan. Mengingat mulianya visi BPJS Kesehatan dan dampaknya terhadap keamanan makroprudensial Indonesia, ketika anak sudah berusia 21 tahun dan mulai merintis usaha sendiri, saya dan suami menghimbau mereka untuk menjadi peserta mandiri BPJS Kesehatan.
Saham, Obligasi atau Reksadana?
Jika Anda mempunyai tabungan yang berlebih dan ingin memiliki investasi yang memberi hasil yang lebih tinggi dari deposito, tiga alternatif ini dapat menjadi pilihan.
1. Saham
Saham adalah hak kepemilikan atas suatu perusahaan. Keuntungan investasi saham adalah deviden dan capital gain. Deviden adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Sedangkan capital gain adalah keuntungan yang kita peroleh ketika kita menjual saham yang kita miliki dengan harga yang lebih tinggi daripada harga saat kita membelinya.
Namun demikian, kita perlu hati-hati menganalisis kesehatan suatu perusahaan sebelum memutuskan untuk membeli sahamnya. Bagaimanapun, istilah high return high risk berlaku di sini. Ketika kita menginginkan hasil yang tinggi, kita juga harus siap menghadapi risiko yang tinggi pula.
2. Obligasi
Dilihat dari penerbitnya, obligasi terbagi atas obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.
Dengan menerbitkan obligasi, pemerintah memperoleh pembiayaan untuk investasi jangka panjang dengan sumber dana yang diperoleh dari masyarakat. Contoh obligasi pemerintah adalah Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI) dan Savings Bond Ritel (SBR). ORI dan SBR adalah Surat Utang Negara (SUN). Selain SUN, pemerintah juga menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) berupa Sukuk Ritel (SR) dan Sukuk Tabungan (ST).
Beberapa korporasi (perusahaan besar dan BUMN) juga menerbitkan obligasi untuk menghimpun dana dari masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai investasi mereka. Dengan membeli obligasi, kita memberi pinjaman kepada pemerintah dan atau korporasi, dan mendapatkan kupon sebagai imbal hasil.
Obligasi dapat dijual di pasar sekunder jika sewaktu-waktu kita membutuhkan dana. Jika harga jual di atas harga beli, kita akan mendapatkan keuntungan. Namun, juga ada risiko kerugian jika nilai obligasi tersebut turun di bawah harga beli.
3. Reksadana
Reksadana dapat dijadikan alternatif investasi oleh pemodal yang tidak memiliki cukup waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Dana dari para pemodal ini dikumpulkan kemudian dikelola oleh manajer investasi untuk diinvestasikan dalam instrumen yang tepat. Ada 4 jenis reksadana: Reksadana saham (memberi hasil yang paling tinggi dibandingkan reksadana yang lain namun risikonya juga paling tinggi akibat fluktuasi harga saham). Reksadana campuran (bertujuan memperoleh keuntungan jangka panjang dengan investasi pada saham, obligasi dan pasar uang. Hasil dan risikonya lebih rendah dari reksadana saham). Reksadana pendapatan tetap (menekankan pada stabilitas modal dan menginvestasikan dananya pada obligasi. Risikonya lebih rendah daripada reksadana campuran). Reksadana pasar uang (paling aman di antara jenis-jenis reksadana yang ada. 100% dananya diinvestasikan pada pasar uang).
Cerdas Memanfaatkan Produk Keuangan, Makroprudensial Aman Terjaga
Dikutip dari laman Bank Indonesia, kebijakan makroprudensial memiliki tiga tujuan utama: Pertama, mencegah dan mengurangi risiko sistemik yang merupakan potensi instabilitas akibat terjadinya gangguan yang menular pada sebagian atau seluruh sistem keuangan.
Kedua, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas. Hal ini terlihat dari terciptanya penyaluran kredit yang optimal untuk pembiayaan perekonomian. Ketiga, meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan.
Sebagai nasabah tabungan/investor, kita dapat berperilaku cerdas dengan menabung ketika memiliki dana lebih dan tidak panik lalu buru-buru mencairkan tabungan/investasi ketika krisis melanda. Perilaku cerdas lainnya adalah memilih jenis investasi yang tepat sesuai profil risiko kita.
Sebagai nasabah debitur, kita dapat berperilaku cerdas dengan mengambil kredit sesuai kebutuhan dan kemampuan. Penting untuk mengukur kemampuan kita membayar bunga dan mengembalikan pinjaman sesuai jangka waktu yang ditentukan sebelum memutuskan untuk mengambil pinjaman. Sekali kita memutuskan untuk mengambil pinjaman, kita perlu berperilaku cerdas dengan tertib membayar bunga dan angsuran pokok.
Dengan berperilaku cerdas memanfaatkan produk keuangan baik sebagai investor maupun sebagai debitur, semoga kita dapat ikut berkontribusi menjaga stabilitas sistem keuangan negara kita tercinta dan mengambil andil agar makroprudensial negara kita aman terjaga.
Jakarta, 04 Juli 2020
Siska Dewi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H