Selesai makan, saya telepon suster di tempat praktek dokter Harry. “Sore ini dokter mulai praktek jam lima. Tapi pasien sudah penuh.”
“Sus, tolonglah, selipkan satu lagi saja, ini emergency. Saya sudah merasakan kontraksi dari pagi.”
“Baiklah, Ibu langsung datang saja ya.”
Jalanan agak macet ketika kami berangkat ke tempat praktek dokter Harry. Saat kami tiba, sedang ada pasien lain yang diperiksa. Setelah pasien tersebut keluar dari ruang praktek dokter, suster meminta saya dan para pasien yang lain untuk menunggu, “Dokter mau istirahat makan malam. Tunggu dokter selesai makan ya.”
“Sus, bolehkah minta tolong dokter periksa saya sebentar saja?”
Suster tersebut masuk ke ruang praktek dokter. Tak lama kemudian, dia keluar lagi dan mempersilakan kami masuk.
Dokter Harry menyambut kami dengan ramah. Setelah mendengar penuturan saya, beliau melakukan pemeriksaan USG. “Kamu dengar detak jantung anakmu?” beliau menatap saya sambil tersenyum. Tatapan dan senyumnya yang kebapaan sangat menenangkan hati saya. Sambil menunjuk layar monitor, beliau berkata, “Lihat, ini kepalanya, ini tangannya, ini kakinya … perkembangannya sempurna … kehamilan kamu sudah memasuki minggu ke-40 ya … ini sudah 39 minggu dan 4 hari … anakmu sehat … dan kamu tidak salah, sudah saatnya dia dilahirkan.”
Suami saya menggenggam erat tangan saya dan kami saling berpandangan. Saya dapat melihat ekspresi kelegaan dan harapan yang terpancar di wajahnya. O Yesus, Maria! Terima kasih Bunda Maria yang telah setia mendampingi dan mendoakan kami pada Putramu. Terima kasih Yesus yang memampukan aku melalui perjalanan sepanjang hari ini.
Terima kasih Allah Bapa yang telah menyediakan semua yang kami perlukan dan menuntun kami langkah demi langkah. Terima kasih Allah Roh Kudus yang telah mengobarkan keberanian dalam hatiku dan keteguhan untuk terus berjuang. Terima kasih … terima kasih seribu … saya sungguh merasa amat sangat lega … saya sungguh merasa ada selaksa beban terangkat dari hati dan pikiran saya.