Kau mungkin tidak pernah tahu kalau aku selalu memperhatikanmu bermain basket. Kau adalah kaptennya, tidak ada yang lebih jago mendribel bola selain kau. Pantas saja sekolah kita selalu menang tiap kali ada pertandingan antar sekolah. Kau juga mungkin tidak akan pernah tahu kalau aku selalu diam-diam mendengarkan bisik-bisik teman-teman perempuanku tentangmu. Mereka bilang kau playboy, tukang gonta ganti pacar. Sudah kuduga, batinku. Laki-laki seperti kau, yang selalu dikelilingi perempuan-perempuan cantik pastilah punya banyak pacar.
Adakalanya aku ingin mencoba untuk tersenyum padamu ketika kita tidak sengaja berpapasan. Namun aku cukup tahu diri untuk tidak melakukan itu. Aku takut kau akan membuang muka lantas diam-diam menertawakan ketololanku. Sungguh, pikiran-pikiran semacam itu membuatku urung. Lebih baik aku membaca buku di perpustakaan daripada harus berharap-harap cemas menanti perhatian darimu.
Kau tahu, aku berdiam diri di perpustakaan bukan semata karena aku suka. Kelasmu bersebelahan dengannya. Dari situ mataku merdeka memperhatikanmu. Melihatmu bercanda bersama teman-temanmu dari balik tirai jendela. Kau mungkin tidak akan mampu menyelami seperti apa perasaanku saat itu. Melihatmu saja sudah cukup membuat aku bahagia dan bisa tersenyum lebar.
Lalu aku mendengar kabar bahwa kau berpacaran dengan Siska. Aku sedih, sangat sedih. Aku bukanlah apa-apa bila dibandingkan dengan Siska yang berasal dari keluarga terpandang. Sudah cantik, pintar pula. Sungguh kalian memang pasangan yang sepadan. Kau tampan, dia menawan.
Namun masa depan adalah misteri. Siapa yang akan menyangka bahwa berpuluh tahun kemudian kita akan menjadi sepasang kekasih. Dan kau ternyata sudah sejak lama menaruh minat terhadapku. Kita saling menaruh minat, tepatnya. Andai waktu dapat diputar ulang serupa piringan hitam sungguh aku ingin kembali ke masa-masa itu. Lantas kita saling memperbaiki kisah, mengukir sejarah. Namun, apabila itu terjadi, akankah aku menjadi orang yang menemanimu di saat-saat terakhirmu menjemput maut? Akankah aku menjadi orang yang membisikkan kalimat-kalimat Tuhan di telingamu?
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H