Mohon tunggu...
Ana Purwitasari
Ana Purwitasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

In der heutigen Zeit studiere an einer Uni in der Deutschabteilung in Bandung. Denn später möchte Übersetzerin werden. Wenn Freizeit hab', schreibe gern eine Novelle. Wie meine Dozentin hat gesagt, "Das Lesen ist die Brücke, die bunte Welt zu sehen." Einverstanden!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Heidi, Si Kecil Sang Pemberi Inspirasi

7 Januari 2014   19:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:03 2288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Saya yakin sebagian dari Anda telah menonton atau bahkan membaca karya berjudul Heidi. Novel yang ditulis oleh Johanna Spyri pada tahun 1879 ini merupakan karya terbaik yang pernah ditulis Spyri. Bahkan novelnya pun diterjemahkan kedalam beberapa bahasa. (source: wikipedia.de)

Awalnya saya membaca sinopsis novel ini hanya untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Deutsche Literatur II beberapa minggu yang lalu. Ketika pertama saya mulai membaca sinopsisnya dalam bahasa Jerman, saya langsung tertarik untuk membaca novel utuhnya. Tapi sayang, ebook yang tersedia untuk diunduh kebanyakan ditulis dalam bahasa Inggris. Alhasil, saya pun harus ditemani kamus mini Oxford untuk mengartikan beberapa kata yang membuat saya rada kebingungan. Dan, hasilnya didapat satu teks berupa interpretasi novel populer itu.

Well, mungkin saat ini tak banyak anak-anak yang memiliki sifat seperti Heidi. Gadis mungil yang sejak lahir diasuh oleh bibinya yang bernama Tante Dete itu tak pernah sekalipun terlihat murung. Dia selalu ingin membantu orang-orang yang tengah berada dalam kesusahan, termasuk Klara. Siapakah sosok Klara?

Awal cerita, Heidi kecil yang baru berusia lima tahun dititipkan oleh Tante Dete kepada kakeknya yang tinggal di Pegunungan Alm, Swiss. Pada awalnya, tetangga kakek Heidi merasa ragu bahwa gadis kecil itu akan kerasan tinggal bersama kakeknya yang berwatak keras. Namun, Heidi membantah opini para tetangganya itu dan tinggal dengan damai dan rukun bersama kakek.

Sifat Heidi yang periang dan ramah membuat Peter tertarik untuk menjadikannya sebagai teman. Peter yang seorang penggembala kambing sering mengajak Heidi jalan-jalan mengitari pegunungan dan bermain-main di atas rumput sambil menggembalakan sekawanan kambing peliharaannya. Sama halnya seperti Heidi, Peter juga hanya tinggal bersama neneknya yang semakin menua. Heidi secara rutin mengunjungi nenek Peter dan membawakannya makanan lunak.

Suatu hari, Tante Dete yang bekerja pada seorang pria kaya raya di Heidelberg, datang mengunjungi Heidi. Secara terang-terangan, dia meminta Heidi untuk ikut bersamanya ke kota dan bekerja di rumah majikannya. Dengan bujuk rayu dan sedikit paksaan, akhirnya Heidi mengiyakan ajakan Tante Dete. Singkat cerita, pergilah Heidi bersama dengan Tante Dete ke kota. Ada sedikit kesedihan dalam hati Heidi saat dia harus meninggalkan kakek, Peter, dan nenek.

Tibalah Heidi di rumah pria kaya itu. Di sana, dia bertugas mendampingi dan merawat Klara, putri pria kaya itu. Betapa terkejutnya Heidi saat dia melihat kondisi Klara yang hanya bisa duduk di atas kursi roda. Seketika hati Heidi terenyuh dan muncul keinginan untuk menolong gadis itu.

Setiap hari, Heidi selalu mendampingi Klara di manapun dan dalam kondisi apapun. Keadaan Klara berangsur membaik. Keceriaan dan kebahagiaan selalu terpancar dari paras jelitanya.

Suatu hari, Heidi merasa rindu akan kampung halamannya. Dia merindukan kakek, Peter, nenek, dan juga kambing-kambing itu. Dia juga merindukan sejuknya angin Alm yang selalu membisikkan ketenangan padanya. Lalu dia mengutarakan keinginannya untuk pulang kampung. Akan tetapi, Tante Dete menolaknya. Dia lalu membujuk Heidi agar tetap tinggal. Dengan demikian, dia bisa mengumpulkan lebih banyak roti yang bisa dia berikan pada nenek Peter. Heidi pun menurut.

Hari berganti hari. Klara sedikit demi sedikit bisa menggerakkan kakinya. Atas bantuan Heidi, dia bisa berdiri dan selangkah demi selangkah berjalan menjauhi kursi rodanya. Heidi pun kian giat menyimpan roti-roti yang hendak dia berikan saat pulang nanti. Kedua gadis kecil itu tampaknya telah mendapatkan apa yang mereka impikan selama ini.

Singkat cerita, Heidi berpamitan untuk kembali ke kampung halamannya. Setelah sekian lama dia memendam kerinduan, akhirnya kini dia bisa kembali menghirup segarnya angin Pegunungan Alm.

Beberapa waktu setelah kepulangan Heidi ke kampung halamannya, Klara datang mengunjungi Heidi. Tak ada lagi kursi roda yang semula menjadi kawan karibnya. Senyumnya terpancar. Dua gadis itu tak henti bermain-main di atas rumput. Sesekali tawa mereka terbawa hembusan angin.

Kisah ini memberikan banyak sekali pesan pada kita. Melalui novel inspiratif ini, Spyri berusaha mengajak pembaca untuk tetap bersyukur atas apa yang telah diraih dan berbagi pada sesama. Jika Heidi yang tidak punya apa-apa saja, bahkan tak punya orang tua, mau menolong dan berbagi dengan orang-orang di sekitarnya, kenapa Anda yang diberi anugerah lebih oleh Tuhan, tidak bisa melakukannya?

Saya pun mengambil beberapa pelajaran dari kisah gadis mungil ini. Pada hakikatnya, semua orang adalah orang kaya dan seorang pekerja keras. Seorang yang tidak hidup bergelimang kemewahan tetaplah disebut orang kaya secara materi jika dia mau berbagi senyuman dan wejangannya dengan orang lain. Seorang yang tidak terlalu pandai tetaplah disebut orang kaya secara keilmuan jika dia mau berbagi pengalamannya dengan orang lain. So, jika Anda merasa tidak punya apa-apa dan menjadi orang termiskin di dunia (mengutip lirik lagu sedikit), Anda salah besar. Just share what you can share! Sharing is a happiness. Ich danke dir, Heidi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun