Mohon tunggu...
Anik Kosimatul Hidayah
Anik Kosimatul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis bukan merupakan passion yang saya sengaja, namun akhirnya saya menemukan hal menarik di dalamnya. sebagai seorang saintis saya menyukai topik ilmiah, terutama bidang eksakta. Saya berharap tulisan saya kelak bisa membawa manfaat bagi yang lain. Happy writing, write happily.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulik Seputar Toilet Gender Netral

10 Agustus 2023   22:15 Diperbarui: 10 Agustus 2023   22:27 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini toilet gender netral menjadi topik hangat yang menjadi perbincangan publik. Hal ini dipicu oleh adanya temuan toilet ini di salah satu sekolah di Indonesia.  Akibatnya banyak pendapat pro dan kontra yang bermunculan dan tentunya disertai alasannya masing-masing.

Dalam suatu penelitian menyebutkan bahwa memasukkan toilet gender netral ke sekolah merupakan salah satu strategi untuk mencegah intimidasi dan penyerangan terhadap siswa SGD (sexuality and deverse gender), serta masalah kesehatan fisik dan mental terkait (Francis dkk., 2022).

Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba membahas secara singkat beberapa hal seputar toilet gender netral. Sebelum teman-teman memutuskan untuk setuju atau tidak setuju dengan gagasan ini, kiranya baik untuk mencari informasi terlebih dahulu. Selamat menyimak.

Toilet gender netral atau disebut juga toilet all-gender, toilet gender-inclusive, dan toilet unisex  merupakan fasilitas toilet yang dirancang untuk digunakan oleh individu dari berbagai identitas gender, tanpa memandang apakah mereka mengidentifikasi diri sebagai pria, wanita, atau jenis kelamin lainnya. Tujuan utama dari toilet gender netral adalah menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, ramah, dan aman bagi individu dengan identitas gender yang beragam.

Kemunculan gagasan toilet gender netral di sekolah dilatar belakangi oleh adanya intimidasi dan bulliying terhadap individu transgender atau jenis kelamin lainnya ketika menggunakan toilet. Dalam wawancara yang dilakukan Francis dkk. (2022) pada salah satu staf sekolah di Australia yang dalam bahasa Indonesia beliau mengatakan:

"Kami memiliki seorang pria muda yang beralih dari pria ke wanita... ketika dia pergi ke toilet anak laki-laki, dia [diserang secara verbal]. Dan kemudian ketika dia pertama kali masuk ke toilet perempuan sebagai identitas barunya, dia mendapatkan beberapa dari mereka bersikap agak jahat padanya."

Dampak dari hal ini, siswa trans cenderung menghindari toilet umum/sekolah serta membatasi makan dan minum. Menghindari toilet oleh populasi trans selanjutnya dapat menyebabkan dehidrasi, infeksi saluran kemih atau kandung kemih, kebocoran urin, dan konsentrasi yang buruk.

Sampai saat ini, keberadaan toilet gender netral masih menjadi perdebatan sosial, budaya, dan hukum. Ditinjau dari segi agama dan budaya, mencampur adukkan laki-laki dan perempuan dalam satu ruang merupakan hal yang tidak dapat di terima. Oleh karena itu, di Indonesia sendiri toilet ini masih sangat jarang ditemukan, dimana Indonesia merupakan negara beragama dengan enam agama yang diakui.

Berikut dipaparkan beberapa hal terkait toilet gender netral:

1. Lambang toilet gender netral

Gambar: Lambang toilet gender netral ({Pinterest/significon.com)
Gambar: Lambang toilet gender netral ({Pinterest/significon.com)

2. Aksesibilitas

Sumber: Pinterest/washingtonpost.com
Sumber: Pinterest/washingtonpost.com

Toilet gender netral seringkali dirancang dengan memerhatikan aksesibilitas bagi individu dengan kebutuhan khusus seperti pada toilet umum lainnya.

3. Manfaat

Sejumlah pihak yang mendukung gagasan ini menyatakan manfaat dari adanya toilet ini, diantaranya:

  • Inklusivitas, yakni membantu menciptakan lingkungan yang merangkul semua individu, terlepas dari identitas gender mereka.
  • Menghindari diskriminasi, yakni membantu mencegah diskriminasi atau ketidaknyamanan bagi individu transgender, non-biner, dan berbagai identitas gender lainnya yang mungkin merasa terbatas dalam penggunaan fasilitas toilet biner.
  • Kenyamanan individu dengan anak, yakni membantu orang tua yang merawat anak laki-laki dan perempuan agar dapat mengawasi mereka bersama-sama dalam satu fasilitas.

4. Hambatan

Di sejumlah negara, rencana memasukkan toilet gender netral ke sekolah atau lokasi lain mengalami berbagai hambatan. Diantara hambatan tersebut adalah:

  • Biaya keuangan
  • Kurangnya ruang
  • Kendala kepatuhan kode bangunan
  • Perlawanan dari orang tua siswa
  • Resistensi dari mahasiswa
  • Masalah privasi dan kerahasiaan
  • Kesesuaian budaya

5. Masalah keamanan

Toilet gender netral berpotensi menjadi alibi bagi individu dengan gangguan seksual untuk menyamar menjadi lawan jenis dan melakukan pelanggaran seksual (Barnett dkk., 2018). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan para orang tua memberikan perlawanan terhadap pembangunan toilet gender netral di sekolah. 


Demikian hal-hal seputar toilet gender netral telah dipaparkan diatas. Terlepas dari adanya sekelompok orang yang pro maupun kontra dengan isu ini, semoga paparan diatas dapat menjadi tambahan wawasan bagi kita semua.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Sumber:

Barnett, B., Nesbit, A., & Sorrentino, R. (2018). The Transgender Bathroom Debate at the Intersection of Politics, Law, Ethics, and Science. The journal of the American Academy of Psychiatry and the Law, 46, 232--241. https://doi.org/10.29158/JAAPL.003761-18

Bovens, L., & Marcoci, A. (2023). The gender-neutral bathroom: A new frame and some nudges. Behavioural Public Policy, 7(1), 1--24. https://doi.org/10.1017/bpp.2020.23

Francis, J., Sachan, P., Waters, Z., Trapp, G., Pearce, N., Burns, S., Lin, A., & Cross, D. (2022). Gender-Neutral Toilets: A Qualitative Exploration of Inclusive School Environments for Sexuality and Gender Diverse Youth in Western Australia. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(16), 10089. https://doi.org/10.3390/ijerph191610089

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun