Baru-baru ini toilet gender netral menjadi topik hangat yang menjadi perbincangan publik. Hal ini dipicu oleh adanya temuan toilet ini di salah satu sekolah di Indonesia. Â Akibatnya banyak pendapat pro dan kontra yang bermunculan dan tentunya disertai alasannya masing-masing.
Dalam suatu penelitian menyebutkan bahwa memasukkan toilet gender netral ke sekolah merupakan salah satu strategi untuk mencegah intimidasi dan penyerangan terhadap siswa SGD (sexuality and deverse gender), serta masalah kesehatan fisik dan mental terkait (Francis dkk., 2022).
Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba membahas secara singkat beberapa hal seputar toilet gender netral. Sebelum teman-teman memutuskan untuk setuju atau tidak setuju dengan gagasan ini, kiranya baik untuk mencari informasi terlebih dahulu. Selamat menyimak.
Toilet gender netral atau disebut juga toilet all-gender, toilet gender-inclusive, dan toilet unisex merupakan fasilitas toilet yang dirancang untuk digunakan oleh individu dari berbagai identitas gender, tanpa memandang apakah mereka mengidentifikasi diri sebagai pria, wanita, atau jenis kelamin lainnya. Tujuan utama dari toilet gender netral adalah menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, ramah, dan aman bagi individu dengan identitas gender yang beragam.
Kemunculan gagasan toilet gender netral di sekolah dilatar belakangi oleh adanya intimidasi dan bulliying terhadap individu transgender atau jenis kelamin lainnya ketika menggunakan toilet. Dalam wawancara yang dilakukan Francis dkk. (2022) pada salah satu staf sekolah di Australia yang dalam bahasa Indonesia beliau mengatakan:
"Kami memiliki seorang pria muda yang beralih dari pria ke wanita... ketika dia pergi ke toilet anak laki-laki, dia [diserang secara verbal]. Dan kemudian ketika dia pertama kali masuk ke toilet perempuan sebagai identitas barunya, dia mendapatkan beberapa dari mereka bersikap agak jahat padanya."
Dampak dari hal ini, siswa trans cenderung menghindari toilet umum/sekolah serta membatasi makan dan minum. Menghindari toilet oleh populasi trans selanjutnya dapat menyebabkan dehidrasi, infeksi saluran kemih atau kandung kemih, kebocoran urin, dan konsentrasi yang buruk.
Sampai saat ini, keberadaan toilet gender netral masih menjadi perdebatan sosial, budaya, dan hukum. Ditinjau dari segi agama dan budaya, mencampur adukkan laki-laki dan perempuan dalam satu ruang merupakan hal yang tidak dapat di terima. Oleh karena itu, di Indonesia sendiri toilet ini masih sangat jarang ditemukan, dimana Indonesia merupakan negara beragama dengan enam agama yang diakui.
Berikut dipaparkan beberapa hal terkait toilet gender netral: