Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, sedang berada di persimpangan jalan dalam hal ketahanan energi. Terlebih lagi, ketergantungan pada energi fosil batu bara, minyak bumi, dan gas alam menjadi masalah yang harus diatasi dengan serius. Ketahanan energi tidak hanya menjadi isu terkait kestabilan ekonomi, tetapi juga menyangkut keberlanjutan lingkungan dan keamanan nasional.
Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR), saya merasa penting untuk menyoroti isu ini, karena dampaknya langsung terasa di berbagai sektor kehidupan, mulai dari industri, transportasi, hingga keberlanjutan ekosistem.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batu bara terbesar di dunia, dan meskipun memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan, kenyataannya negara ini masih sangat bergantung pada energi fosil. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sekitar 60% kebutuhan energi nasional dipenuhi dari batu bara. Sumber energi fosil lainnya, seperti minyak bumi dan gas alam, juga masih mendominasi pasokan energi untuk sektor transportasi dan industri.
Namun, ketergantungan ini tidak tanpa risiko. Fluktuasi harga energi global dan ketidakstabilan politik internasional berpotensi mengguncang kestabilan ekonomi Indonesia. Belum lagi, dampak lingkungan dari pembakaran batu bara dan bahan bakar fosil lainnya yang turut berkontribusi pada perubahan iklim menyebabkan ketahanan pangan, air, dan ekosistem menjadi semakin rentan.
Ketergantungan pada energi fosil membawa Indonesia pada sebuah dilema besar: bagaimana mengurangi ketergantungan tersebut, sambil menjaga keberlanjutan ekonomi yang tidak merusak lingkungan?
Potensi energi terbarukan di Indonesia sebenarnya sangat besar. Mulai dari tenaga surya, tenaga angin, hingga bioenergi dan pembangkit listrik tenaga air semuanya memiliki kapasitas untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan energi nasional. Berdasarkan laporan dari International Renewable Energy Agency (IRENA), Indonesia berpotensi memenuhi sekitar 40% kebutuhan energi nasional dengan sumber energi terbarukan pada tahun 2050, asalkan pengembangan sektor ini dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Namun, meski memiliki potensi besar, tantangan yang dihadapi dalam transisi ke energi terbarukan cukup berat. Infrastruktur energi terbarukan yang masih terbatas, serta ketidakmerataan distribusi energi, menjadi penghalang utama untuk mewujudkan potensi tersebut. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan investasi yang cukup besar, baik dari sektor publik maupun swasta, untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan.
Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah ketahanan energi. Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menargetkan 23% kontribusi energi terbarukan pada 2025. Selain itu, Indonesia juga berkomitmen dalam Perjanjian Paris untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 29% pada 2030, dengan dukungan internasional.
Namun, banyak yang berpendapat bahwa upaya pemerintah dalam merealisasikan target-target tersebut belum cukup optimal. Kebijakan yang tidak konsisten, kurangnya insentif untuk sektor energi terbarukan, dan birokrasi yang lambat menjadi tantangan yang harus segera diselesaikan. Dalam hal ini, peran serta masyarakat termasuk mahasiswa dalam mengawal kebijakan energi menjadi sangat penting.
Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, kita memiliki potensi untuk memberikan kontribusi nyata dalam menyelesaikan masalah ketahanan energi. Kampus UNAIR, dengan berbagai fakultas yang menawarkan disiplin ilmu terkait lingkungan, teknologi, dan ekonomi, bisa menjadi pusat pengembangan inovasi energi terbarukan.
Sebagai generasi muda yang terdidik, kita tidak hanya diharapkan untuk belajar, tetapi juga untuk berperan aktif dalam mendorong perubahan sosial. Mahasiswa dapat menginisiasi riset tentang solusi energi terbarukan yang lebih efisien, atau melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemanfaatan energi bersih. Dalam hal ini, advokasi kebijakan di tingkat lokal maupun nasional bisa menjadi langkah konkret yang dapat dilakukan untuk mendukung keberlanjutan energi.
Transisi menuju energi terbarukan tidak hanya melibatkan pembangunan infrastruktur yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga sebuah transformasi sosial dan ekonomi yang perlu dilakukan secara paralel. Pembangunan sektor energi terbarukan berpotensi menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi ketimpangan antar daerah, dan meningkatkan kemandirian energi Indonesia. Namun, proses ini memerlukan waktu dan harus disertai dengan kesadaran akan dampak sosial terutama bagi pekerja di sektor energi fosil yang perlu diberi pelatihan keterampilan baru untuk beralih ke sektor energi terbarukan.
Ketahanan energi Indonesia adalah salah satu isu penting yang harus mendapat perhatian serius. Negara ini menghadapi tantangan besar dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil, sambil memastikan keberlanjutan ekonomi dan keberlangsungan ekosistem. Oleh karena itu, kebijakan yang konsisten, investasi pada energi terbarukan, dan peran aktif masyarakat termasuk mahasiswa merupakan kunci utama untuk mencapai tujuan ketahanan energi yang berkelanjutan.
Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, kita memiliki tanggung jawab besar untuk mendalami isu ini lebih dalam dan berperan aktif dalam mendorong kebijakan serta inovasi yang lebih baik di sektor energi. Jika Indonesia serius dalam mengembangkan energi terbarukan, negara ini bisa menjadi contoh bagi dunia dalam mewujudkan masa depan yang lebih hijau, mandiri, dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H