Karena kata PAUD diulangi dua kali, pendukung Jokowi langsung besorak. Mungkin mereka menilai, solusi Jokowi dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila lebih unggul dibanding solusi yang ditawarkan  Prabowo. Sebab Jokowi ingin memasukkan kurikulum pendidikan Pancasila kepada anak-anak sejak PAUD, sedangkan  Prabowo baru sejak TK. Akibatnya moderator  mengingatkan pendukung Jokowi.
Sebagai  ganti istilah edukasi yang digunakan Prabowo, Jokowi memilih penggunaan kosa kata pendidikan kekinian. Yaitu dengan metode memberi tahu. Perlu diketahui, bahwa pendidikan nilai-nilai Pancasia sudah masuk kurikulum pendidikan formal pada era Suharto. Di tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah dikenal dengan mata pelajaran PMP(Pendidikan Moral Pancasila). Sedang di tingkat Perguruan Tinggi, dikenal dengan mata kuliah Pancasila.
"Anak-anak harus diberitahu, bagaimana bertoleransi karena kita ini memiliki 714 suku. Anak-anak juga harus diberitahu bagaimana berkawan dengan saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air yang  memiliki lebih dari 1100 bahasa daerah yang berbeda-beda. Anak-anak juga harus diberi tahu bagaimana bertoleransi, karena kita ini berbeda-beda agama.  Dalam kehidupan sehar-hari seperti itulah sebetulnya ingin terus kita lakukan pendidikan-pendidikan. Dan kita telah membentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Tetapi ini harus kekinian. Tidak indoktrinasi lagi. Harus kekinian. Bisa dilakukan lewat visual-visual baik yang ada di facebook, baik yang ada di instagram, baik yang ada di tweeter dengan cara sehingga relevansi antara Pancasila dengan anak-anak muda dengan mudah tersambung...," kata Jokowi menjawab pertanyaan panelis. Dalam solusi yang ditawarkan Jokowi sama sekali tidak disinggung pentingnya unsur memberi contoh dalam proses internalisasi nilai-nilai Pancasila.
Tampak jelas, bahwa solusi yang ditawarkan Jokowi dalam proses internalisasi nilai-nilai Pancasila, justru lebih mengedepankan pendekatan pengajaran, insruksional, pelatihan, dan indoktrinasi yang ingin dihindarinya. Semboyannya Jokowi yang sangat populer, "Saya Jokowi, Saya Pancasila...," merupakan model pendekatan indoktrinasi yang ditawarkan Jokowi. Â Kita juga bisa mendengar, kosa kata yang berbau indoktrinasi, seperti anak-anak harus diberi tahu, dicapkan berulang kali oleh Jokowi sampai tiga kali.
Padahal pendekatan internalisasi nilai-nilai Pancasia yang paling baik, efektif, dan sudah terbukti di lapangan, bukan hanya pendekatan memberi tahu, tetapi dilanjutkan dengan  diskusi, dan pemberian keteladanan. Di dunia pendidikan dikenal dengan metode Tut Wuri Handayani, (metode menunjukkan informasi dengan mendorong agar anak aktif mencari sendiri sumber-sumber informasi), Ing Madya Mangun Karsa, (mendiskusikan dan mendialogkan informasi yang telah diperoleh), dan Ing Ngarso Sung Tulodo (mengamalkan nilai-nilai yang telah dipelajari dan didiskusikan, dengan contoh dan keteladanan dari para guru, orang tua, dan birokrasi pemerintahan).
Sebagai seorang prajurit, Prabowo tentu tidak asing dengan  gagasan  Sistem Among dan Trilogi Kepemimpinan sebagai solusi internalisasi nilai-nilai moral, budipakerti, dan ahlakul karimah yang efisien dan efektip, yang pernah diajarkan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara dan Panglima Besar Jendral Sudirman. [01/04/2019]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H