Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menghijaukan Citarum dengan Tarum, Kenapa Tidak?

19 September 2018   06:00 Diperbarui: 19 September 2018   11:17 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarum| herbalplants.com

Sebelum Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-5 Masehi, di sepanjang Sungai Citarum sudah ada komunitas orang Sunda yang hidup dengan mengembangkan budaya agraris berbasis sungai. 

Hanya saja mereka hidup terpisah-pisah dalam satu clan yang diketuai kepala suku. Masing-masing klan itu hidup mandiri, dan otonom. Mereka itulah yang menjadi pelopor budidaya tarum di sepanjang Sungai Citarum. 

Tetapi akhirnya muncul klan terkuat yang berhasil menyatukan klan-klan yang lebih lemah di sepanjang Sungai Citarum dan klan terkuat itu berhasil mendirikan organisasi politik yang disebut negara dalam bentuk kerajaan. 

Mereka mengorganisasi negara setelah belajar dari para Brahmana India yang datang ke Jawa Barat untuk mengajarkan agama Hindu Wisnu atau Waisnawa. Itulah Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Hindu  Wisnu tertua di Jawa. 

Adanya orang-orang Hindu dari India Selatan yang berdatangan ke muara Sungai Citarum, menunjukkan bahwa sebelum Kerajaan Tarumanegara berdiri, sudah ada hubungan perdagangan yang ramai antara  orang-orang Sunda dengan orang-orang India Selatan. 

Hubungan perdagangan antara Jawa-India-Laut Merah, dengan menggunakan perahu layar sudah dikenal pada masa Dinasti Ptolomeus di Mesir dan Kekaisaran Romawi yang menggantikan Dinasti Ptolomeus. 

Catatan sejarah di Mesir menunjukkan perahu-perahu dagang Romawi yang menguasai Selat Merah sudah berlayar sampai Kepulauan Nusantara. (Lihat Van de Meulen, Indonesia di Ambang Prasejarah, Penerbit Kanisius).

Para pedagang dari India Selatan itu datang ke muara Sungai Citarum, mendahului kedatangan para pendeta agama Hindu. Dengan kata lain, para Brahmana dari India selatan datang ke Jawa Barat mengikuti para pedagang dari India dengan misi menyebarkan agama Hindu Waisnawa kepada penduduk. 

Pada zaman prasejarah  itu, muara Sungai Citarum dapat dipastikan sudah menjadi kota pelabuhan dengan penduduk cukup padat. 

Para brahmana pendatang itu, bukan hanya mengajari ritual dan doktrin agama Hindu saja. Mereka juga mengajari cara membaca, menulis dan mengajarkan sistem kemasyarakatan berdasarkan kasta, yakni kasta Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.

Kerajaan Tarumanegara berhasil membawa perubahan dalam sistem kepercayaan dan sosial kemasyarakatan orang Sunda. Tapi dalam bisnis, para penjual tetap mendominasi kegiatan perdagangan. Hanya  saja dalam sistem kasta, para pedagang itu dikelompokkan ke dalam kasta ketiga, yakni kasta Waisya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun