“Tumenggung Maresi lima hari cukup untuk menyiapkan lokasi perkemahan dan lokasi pelatihan?” tanya Raden Kamandaka kepada Tumenggung Maresi setelah lokasi yang dikehendaki ditemukan.
“ Siap Raden!” jawab Tumenggung Maresi.
“Hari ke-enam 400 prajurit harus sudah tiba di lokasi,” kata Raden Kamandaka pula
“Siap Raden!” jawab Tumenggung Maresi.
“Jigjayuda, benar daerah ini namanya Baturagung?” tanya Raden Kamandaka yang dibenarkan oleh Jigjayuda dan Tumenggung Maresi.
“Baiklah Aku namakan mandala ini Mandala dan Padepokan Baturagung,” kata Raden Kamandaka.
Setelah dirasa cukup, Raden Kamandaka mengajak rombongan meninggalkan lokasi menuju Kendalisada. Dalam perjalanan ke Kendalisada, rombongan menyempatkan diri mencari lokasi di Sungai Logawa dan Kabunan yang akan dijadikan tempat latihan dasar keprajuritan berbasis sungai. Kembali Raden Kamandaka dan Raden Silihwarna menentukan lokasi yang telah dipilih dan menugaskan Jigjayuda untuk menandainya. Lokasi di Sungai Kabunan yang tidak jauh dari Sungai Logawa itu dekat dengan hutan yang dikenal penduduk dengan hutan Kabunan. Disebut demikian, sebab hutan itu setiap malam tiba langsung berembun sepanjang malam.
“Daerah tebing Sungai Kabunan di bawah hutan Kabunan yang banyak batu-batu besarnya itu cocok untuk berlatih yoga, Dinda Silihwarna dan Dimas Arya Baribin,” kata Raden Kamandaka sambil menunjukkan sebuah tebing di sisi barat Sunga Kabunan.
“Betul sekali kanda. Nanti akan dinda atur sehingga nyaman digunakan untuk berlatih yoga dan ilmu pernapasan prana para prajurit yang berlatih di Baturagung,” kata Raden Silihwarna yang dibenarkan pula oleh Arya Baribin.
“Baik sekali, nanti kanda akan mencobanya barang semalam untuk lebih mempertajam daya kekebalan tubuh. Embun yang turun sepanjang malam yang telah melewati pohon-pohon hutan yang lebat dan rindang itu, mengandung energi positip yang luar biasa kepada tubuh kita,” kata Kamandaka menjelaskan manfaat embun hutan untuk meningkatkan daya kekebalan tubuh.
“Dinda pun ingin mencobanya,” kata Arya Baribin setelah mendengar penjelasan Raden Kamandaka. Dari tepi Sungai Kabunan yang mengalir sejajar dengan Sungai Logawa itu, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kaliwedi.