Kembali Kanjeng Ayu Adipati diam tak menjawab. Tetapi tangisnya malah meledak.
“Sudahlah Kanjeng Ibu, sabar saja,” kata Sang Dewi sambil memeluk dengan segenap kasih sayang pada ibundanya yang amat dicintainya itu.
“Mudah-mudahan kelak Ananda Kamandaka tidak seperti Kanjeng Ramamu,”
“Dewi sudah meminta Kanda Kamandaka untuk bersumpah disaksikan Yang Maha Menguasai Jagad ini, bahwa Kanda Kamandaka akan menjadikan Dewi sebagai satu-satunya istri sampai maut memisahkan kami berdua. Kewajiban Dewi hanyalah menjaga agar Kanda Kamandaka selalu memegang teguh sumpah yang pernah diucapkannya itu,” kata Sang Dewi menghibur Ibundanya.
“Bagi seorang suami,” kata Sang Dewi lagi, “Istri itu sering disebutnya sebagai garwa, yang berarti belahan jiwa. Sebagai belahan jiwa, seorang istri itu harus tahu kemana saja suami pergi. Bila perlu istri selalu mendampingi suami kemana saja. Bahkan seandainya suami pergi ke lubang semut istri pun harus ikut. Perlunya agar supaya istri tahu kesulitan apa yang dihadapi suami dan ikut membantu suami memecahkan masalah yang timbul,” kata Sang Dewi pula.
“Kesalahan Kanjeng Ibu barang kali, Kanjeng Ibu membiarkan Kanjeng Rama kemana saja pergi, tanpa Kanjeng Ibu mengetahuinya. Seharusnya Kanjeng Ibu bisa mengendalikan Kanjeng Rama. Jangan biarkan Kanjeng Rama berjalan sendiri. Kalau perlu dampingi Kanjeng Rama, sekalipun Kanjeng Rama mau pegi ke istri-istri Kanjeng Rama yang lain. Seharusnya Kanjeng Ibu yang memegang kunci kandang kuda. Coba Dewi tanya sekarang di kandang kuda ada berapa ekor? Kanjeng Ibu pasti tidak tahu kuda-kuda Kanjeng Rama. Seharusnya Kanjeng Rama tidak bisa pergi menggunakan kuda tanpa ijin Kanjeng Ibu. Kanjeng Ibu tahu berapa ekor kuda Kanjeng Rama?” tanya Sang Dewi.
“Tiga ekor,” jawab Kanjeng Ayu Adipati.
“Baik, Kanjeng Rama pagi ini pergi memakai kuda. Menurut Ibu ada berapa ekor kuda Kanjeng Rama di kandang?”
“ Dua ekor,” jawab Kanjeng Ayu Adipati.
“Kanjeng Ibu kurang teliti. Seharusnya pagi ini di kandang ada empat ekor kuda, karena Kanda Kamandaka dan Dinda Silihwarna menitipkan dua kudanya di kandang Kanjeng Rama. Tetapi kalau Kanjeng Ibu lihat di kandang kuda, hanya ada tiga ekor kuda. Satu milik Kanjeng Rama, dua lagi milik Kanda Kamandaka dan Dinda Silihwarna. Tadi Kanjeng Ibu bilang kuda Kanjeng Rama ada tiga. Ditambah dua kuda titipan, harusnya ada lima ekor kuda. Dipakai satu oleh Kanjeng Rama. Seharusnya pagi ini di kandang kuda ada empat ekor kuda. Kenyataannya hanya ada tiga ekor kuda. Menurut Ibu kemana satu ekor kuda Kanjeng Rama?”
“Satu kuda telah hilang,” jawab Kanjeng Ayu Adipati.