Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dimensi Waktu dalam Pembangunan Kota Banyumas

19 Februari 2016   00:53 Diperbarui: 6 Maret 2016   15:11 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kisah mitologi, kita hanya mengenal empat tokoh hebat yang mampu menciptakan bangunan besar hanya dalam waktu satu malam. Pertama adalah Romus dan Romulus, anak kembar yang lahir di tepi Sungai Tiber dan disusui seekor serigala sehingga menjadi manusia sakti mandraguna. Mereka berdua mampu menciptakan kota Roma yang indah di tepi Sungai Tiber hanya dalam satu malam. Tokoh kedua adalah Bandung Bondowoso yang menciptakan candi  Prambanan, bangunan seribu candi juga hanya dalam satu malam. Dan tokoh legenda ketiga, adalah Sangkuriang yang mampu membendung Sungai Citarum dan menciptakan danau buatan, yakni Danau Bandung juga hanya dalam satu malam.

Kita  pernah mendengar kisah kedigdayaan Jaka Tingkir yang disebut-sebut sebagai turunan buaya. Tetapi kita tak pernah mendengar ada legenda Jaka Tingkir  mencipta kota Pajang hanya dalam satu malam. Demikian pula kita tak pernah mendengar  Jaka Kahiman, menciptakan kota Banyumas hanya dalam satu malam. Padahal Adipati Mrapat pun dikisahkan sebagai sosok yang digdaya karena punya keris sakti Kiyai Gajah Hendra. Tetapi kita tak pernah mendengar legenda Kanjeng Adipati Mrapat dengan kesaktiannya itu, mampu membangun kota Banyumas secara sim salabim, hingga dalam waktu satu malam, kota Banyumas langsung terbentuk.

Kisah yang muncul malah menunjukkan Kanjeng Adipati Wirasaba VII itu harus membabat pohon tembaga lebih dahulu yang berada di tepi hutan Mangli, sampai akhirnya rumah Kadipaten dan Kota Banyumas terbentuk. Sang Adipati Mrapat juga dilukiskan sebagai tokoh yang sangat jujur,santun, bahkan adil. Ketika Sang Adipati Mrapat masih muda menemukan kersi Kiayi Gajah Hendra, dia tidak mau langsung mengklaim sebagai miliknya. Dia malah mengembalikannya kepada yang berhak yakni Kiyai Tolih, karena merasa keris itu bukan haknya. Kiyai Tolih yang terpesona dengan kejujuran Jaka Kahiman, malah menyerahkan keris sakti tersebut.

Demikian pula setelah diangkat jadi Adipati Wirasaba VII menggantikan mertuanya yang wafat dalam tragedi Sabtu Pahing, dia ingat kepada tiga adik iparnya yang lain. Maka dibagilah wilayah Kadipaten Wirasaba menjadi empat atas inisiatipnya sendiri. Hal ini menunjukkan Sang Adipati Mrapat sosok yang jujur,adil, tidak serakah dan jauh dari sikap adigang,adigung dan adiguna.

Sebelum pindah Kanjeng Adipati Mrapat menerima wisik. Wisik dalam psykhologi modern sebenarnya adalah ilham, yang bisa saja datang lewat mimpi. Suatu gejala psykhologi alamiah biasa saja sebenarnya. Tetapi bagi kalangan mistikus, wisik dianggap sebagai bisikan gaib yang datang dari balik alam semesta. Itulah sebabnya para mistikus sering mengabaikan dimensi waktu dan ruang, ketika mereka menciptakan tokoh-tokoh legenda yang telah diubah dari tokoh sejarah. Logika rasional, dianggap sebuah kebodohan, karena dianggap tidak mampu menyingkap misteri ghaib yang diperolehnya dari tempat-tempat keramat.

1.Proses Pembangunan kota Banyumas pada masa pra-mekanisasi.

Menurut penelitian Sugeng Priyadi, pembangunan kota Banyumas diawali oleh sebuah perintah kepada Adipati Mrapat yang termuat dalam sebuah kitab tembang Serat Sejarah Banyumas sbb  

“…sira Angaliha Kaki/sangking bumi Wirasaba/sira anggonana kulon/ing tanah bumi Kejawar/lor kulon prenahira/iku trukahana Kulup/benere kayu Tembaga..”(hal 56).

Kita tidak tahu siapa tokoh yang telah memerintahkan Sang Adipati Marapat itu. Bisa jadi dia tokoh guru spiritual Adipati Mrapat yang cukup berpengaruh. Eyang Kali Bening? Eyang Glagah Amba?  Atau bisa jadi ayah angkatnya sendiri Ki Mranggi Semu Kejawar. Sayang memang kita tidak tahu berapa lama waktu yang diperlukan oleh Adipati Mrapat untuk membangun kota baru Banyumas. Sebab teks itu memang mengabaikan dimensi waktu, sehingga kita tidak pernah tahu, berapa lama pembangunan kota Banyumas.

Demikian pula dalam berbagai tradisi lokal, kita hanya temukan bahwa Sang Adipati Mrapat ingin pindah dari Wirasaba ke Kejawar karena merasa tidak betah. Pada kisah lain karena menerima wisik. Apa pun alasan yang menyebabkan Sang Adipati Mrapat memutuskan untuk pindah dari Wirasaba ke Banyumas, tak pernah disebutkan berapa lama pembangunan infra struktur kota Banyumas dan rumah  Kabupaten.

Diabaikannya dimensi waktu dalam pembangunan kota Banyumas juga tampak pada hasil penelitian Sugeng Priyadi yang menyebutkan bahwa  hari jadi Banyumas adalah tanggal 22 – Februari- 1571.

Dalam naskah Kranji-Kedungwoeloeh yang menjadi andalan Sugeng Priyadi untuk menentukan tahun berdirinya kota Banyumas memang disebutkan bahwa Adipati Mrapat bersama istrinya pindah dari Wirasaba ke kota Banyumas tahun 1571, sebagaimana bunyi teks yang dikutip Sugeng Priyadi sbb:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun