Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Patih R. Arya Wiryaatmaja(1879 - 1907 M), Bapak Bank Rakyat

15 Desember 2015   22:26 Diperbarui: 16 Desember 2015   07:45 1545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan demikian gagasan Patih Wirjaatmadja menggunakan dana talangan uang pribadi dan kas masjid untuk dipinjamkan dengan angsuran bunga ringan tersebut, pelan-pelan berkembang menjadi aktivitas semacam kegiatan perbankan. Yakni aktivitas membantu pembiayaan bagi rakyat pribumi yang memerlukannya. Secara tidak sadar, Sang Patih telah mengawali dan merintis kegiatan awal "Bank Perkreditan Rakyat"Hindia Belanda.

Atasan Sang Patih yang khawatir penggunaan uang kas masjid akan menimbulkan protes dari para ulama dan pemuka agama daerah Banyumas, misalnya dengan alasan uang kas masjid hanya boleh digunakan untuk kepentingan masjid, dengan cekatan segera turun tangan. Dikeluarkan Surat Perintah tanggal 21 April 1894 agar Sang Patih secepatnya mengembalikan uang kas masjid tersebut.

Namun atasan Sang Patih, seorang Belanda yang memiliki pandangan maju yang telah terpengaruh gagasan dan ide-ide pencerahan. Dia dapat memahami maksud dan tujuan baik Sang Patih, kecakapan dan juga kejujurannya, sehingga dia segera turun tangan untuk menyelamatkan proyek rintisan Sang Patih. Akhirnya setelah konsultasi dengan Tuan Residen, dia menyebarkan surat edaran untuk mengumpulkan "dana penolong" guna menyelamatkan proyek Sang Patih. Ternyata surat edaran itu mendapat sambutan luar biasa. Bukan hanya kaum birokrat pribumi saja yang berpartisipasi. Orang Eropa yang duduk dalam Pemerintahan Hindia Belanda, banyak juga yang ikut berpartisipasi. Akhirnya dalam waktu singkat dapat terkumpullah dana lebih dari 4000 gulden.

Dana itu segera digunakan untuk mengembalikan kas masjid. Kemudian sisa dana yang terkumpul dari masyarakat Purwokerto itu, termasuk sumbangan orang-orang Eropa, dimanfaatkan untuk meneruskan "kegiatan bank" yang telah dirintis oleh Patih Wirjaatmadja. Dengan modal dana itu, ditambah uang hasil angsuran para peminjam uang kas masjid, maka pada tanggal 16 Desember 1895, didirikanlah secara resmi bank perkreditan rakyat pertama di Hindia Belanda dengan nama :

" HULP EN SPAARBANK DER INLANDSCHE BESTUURS AMBTENAREN " (Bank Bantuan dan Simpinan Milik Pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi).

Bank tersebut kemudian berkembang manjadi cikal bakal Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan tanggal 16 Desember 1895 dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Atas jasa-jasanya tersebut di atas, maka Patih Wirjaatmadja dikenal sebagai "Bapak Perkreditan Rakyat". Tanggal 16 Desember 2015 ini, genap BRI berusia 120 tahun. Dirgayahu 120 tahun BRI, yang dilahirkan hasil kreatifitas Wong Banyumas tempo doeloe, Raden Arya Wiryaatmaja, Patih Kabupaten Purwokerto.

Demikianlah Patih Raden Arya Wiryaatmaja, dikenang dengan manis setiap tanggal 16 Desember, sebagai perintis dan pionir bank perkreditan rakyat. Patih Wirjaatmadja memasuki masa pensiun setelah selama lebih dari 50 tahun menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada pemerintah secara patuh dan jujur. Pada usia enam puluh tahun dia dianugrahi sebutan "Rangga" dan kemudian "Raden Arya".

Sedangkan di kalangan masyarakat luas ia dikenal dengan sebutan "Kyai Patih". Dalam perkembangan selanjutnya, berkat jasa-jasa Patih Wirjaatdadja di bidang perkoperasian, pada tahun 1989 Patih Raden Arya Wiryaatmaja mendapat penghargaan "HATTA NUGRAHA" dari DEKOPIN besama-sama dengan tokoh koperasi lainnya yaitu Margono Djojohadikoesoemo.

Namun sebenarnya, ada bakat dan sumbangan Patih Raden Arya Wiryaatmaja yang mulai dilupakan orang Banyumas, yakni Patih Raden Arya Wiryaatmaja sebagai perintis penyusun kitab Babad Banyumas, yang kemudian menjadi dasar bagi penyusunan kitab Babad Banyumas yang lain.

Bagaimana sih ceriteranya, sehingga patih yang menaruh perhatian besar kepada soal-soal ekonomi, keuangan dan kesejahteraan rakyat itu, tiba-tiba bisa terlibat dalam proses kepujanggaan?

Banyak orang menduga, penulisan Babad Banyumas yang dilakukan Wiryaatmaja hanyalah suatu peristiwa insidental saja. Atau peristiwa tidak sengaja. Tetapi kalau dilihat dari jalur leluhurnya, ternyata pada diri Patih Raden Arya Wiryaatmaja mengalir juga darah penggemar dan peminat sastra babad dan sastra Jawa. Istri Wiryaatmaja berasal dari lingkungan Kraton Surakarta, suatu lingkungan yang tidak pernah asing dengan sastra babad dan fungsi sastra babad sebagai pelestari sekaligus pencipta mitos pada kerajaan-kerajaan Jawa dengan sistem kekuasaan tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun