Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Novel: Kisah Cinta Dewi Ciptarasa - Raden Kamandaka(78)

19 April 2015   08:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:55 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14291554691677208720

“Dinda Silihwarna setuju usul Kanda Kamandaka, Ayunda Dewi” kata Raden Silihwarna.

“Baiklah, usul panglima tertinggi, harus dihormati,” kata Sang Dewi menyetujui usul Raden Kamandaka.

“Apalagi didukung komandan sektor utara. Jadi sudah lengkap ada tiga pemimpin pasukan yang akan membantu panglima tertinggi, Kanda Kamandaka,” kata Sang Dewi. Dia mulai membicarakan jumlah pasukan yang diperlukan.

“Jadi ada 3 pemimpin pasukan perang yang dikendalikan Kanda Kamandaka selaku Panglima Perang Tertinggi. Dinda Wirapati,  komandan sektor barat, merangkap wakil panglima perang. Dinda Silihwarna, komandan sektor utara. Dan Dimas Arya Baribin komandan sektor timur. Masing-masing komandan paling tidak harus punya 400 prajurit yang terlatih dengan baik. Kadipaten Dayeuhluhur bisa memasok 200 pasukan. Jadi sektor barat kurang 200 lagi.  Dinda Silihwarna punya 200 pasukan ditambah 400 pasukan yang biasa dipegang Tumenggung Maresi. Total sektor utara punya 600 pasukan. Yang 200 pindahkan ke sektor timur. Jadi sektor timur kurang 200 pasukan. Kanda Kamandaka harus mencari tambahan 400 lagi calon prajurit untuk menutup sektor barat dan sektor timur.”

“Ya, bisa dicari. Kanda sudah ada gambaran kalau hanya untuk menambah 400 pasukan lagi. Kanda akan mohon bantuan 200 pasukan dari Kadipaten Galuh untuk sektor barat. Untuk sektor timur, Kanda punya para penyadap yang berbadan kekar dan sehat, karena setiap pagi dan siang selalu melatih otot-ototnya dengan memanjat pohon kelapa. Kanda sering menjuluki mereka pasukan sabit. Nanti kanda bisa minta tolong mereka memperkuat prajurit yang sudah ada. Tinggal memberi pelatihan kepada mereka,” kata Raden Kamandaka memberikan pemecahan kekurangan pasukan di sektor barat dan timur.

“Kalau begitu perhitungan jumlah prajurit yang siap perang menghadapi Nusakambangan sudah selesai,” kata Sang Dewi. “Sekarang memasuki tahap operasional memenangkan perang. Mungkin Kanda Kamandaka atau Dinda Silihwarna ada gagasan?”

“Silahkan dari Dinda Dewi dulu yang sudah merancang medan. Nanti para panglima sektor tinggal menindaklanjuti di lapangan,” kata Raden Kamandaka.

Dalam hati Raden Kamandaka   berdecak kagum kepada Sang Dewi. Gadis yang nampak sering tidak suka berbasa-basi apabila bicara itu, ternyata menguasai seni berperang, sekalipun baru tahap teori.

“Baiklah ini pembahasan yang terakhir, yaitu pelaksanaan di hari pertama saat perang mulai digelar,” kata Sang Dewi mulai menjelaskan operasi untuk memenangkan perang.

“Dimulai ketika pasukan sudah saling berhadap-hadan di simpang empat. Pasukan Nusakambangan yang ada di sektor selatan, harus bisa dilumpuhkan oleh tiga pasukan gabungan  Pasirluhur-Dayeuhluhur.

“Pembukaan perang dimulai  oleh Kanda Kamandaka yang menyamar sebagai Uwak Lengser yang mengawal tandu calon mempelai putri. Mempelai putri ada dalam tandu yang tertutup kelambu kuning. Di dalam tandu calon mempelai wanita ditemani si Lutung Kasarung,” kata Sang Dewi, kemudian diam sejenak untuk mengambil nafas sambil memberi kesempatan para pendengarnya mengendapkan  keterangan yang baru saja disampaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun