“Marilah kita bicarakan satu-satu, untuk memudahkan dalam pencariaan keberadaan Raden Banyakcatra yang sedang menghilang itu. Pertama soal inkarnasi. Soal inkarnasi itu memang tidak mudah diketahui. Hanya para dewa yang tahu. Hanya Paman berpendapat inkarnasi itu mestinya terjadi pada lingkungan keluarga terdekat dulu. Pertanyaan Paman, apakah Sri Baginda Raja Siliwangi dikaruniai seorang putri?”
Mendengar pertanyaan seperti itu, tiba-tiba Raden Banyakngampar ingat adik tirinya yang cantik jelita Dyah Ayu Ratna Pamekas.
“Bisa jadi Paman Patih benar, inkarnasi sukma Dyah Pitaloka itu pastilah terjadi di lingkungan keluarga terdekat lebih dahulu,” kata Raden Banyakngampar.
“Ananda punya dua adik tiri dari Ibu Kumudaningrum, istri selir ayahnda yang kemudian menjadi permaisuri menggantikan ibu Ananda. Banyakbelabur adalah putra yang sulung, lalu adiknya, Dyah Ayu Ratna Pamakas.”
Raden Banyakngampar menjawab dengan agak malu-malu dan tersipu-sipu. Sebab diam-diam Raden Banyakngampar mencintai adik tirinya itu.
“Paman menduga, bisa saja salah,” kata Ki Patih,” Adik tiri Ananda itu pastilah cantik jelita. Dia lebih mirip ibu Ananda Banyakcatra dan Raden Banyakngampar, ketimbang ibunya sendiri. Sebab apa? Sebab Dyah Ayu Ratna Pamekas sama dengan ibunda Raden, keduanya adalah inkarnasi Dyah Pitaloka! Tapi itu hanya dugaan Paman saja yang bisa jadi keliru. Karena itu jika bukan kehendak dewa, mestinya Raden Banyakcatra masih berada di sisi barat Cintanduy dan tidak mungkin menyeberang ke timur, sebab makam Dyah Pitaloka itu ada di Galuh Kawali.”
“Masalahnya Kanda Banyakcatra pernah berkata akan mencari gadis idamannya di kadipaten yang ada di sebelah timur Sungai Citanduy yang belum pernah didatanginya,Paman Patih,” kata Raden Banyakngampar menyanggah Ki Patih Reksanata.
“Ya, bisa jadi benar, Raden Banyakcatra telah menyeberangi Sungai Citanduy untuk mencari gadis idamannya, Raden,” kata Ki Patih pada akhirnya.
“Tetapi sebenarnya apa yang dilakukan kakak Raden yang telah menempuh perjalanan yang begitu jauh dan tak kenal lelah itu, tidak lain hanyalah sebuah pelarian saja.Kalau sudah lelah, pada akhirnya akan kembali juga. Namanya saja pelarian untuk menghindari kenyataan.Sekalipun begitu langkah yang sudah ditempuh kakak kandung Raden itu sudah benar. Kakak Raden itu, sedang menghindari cinta yang rumit terhadap adik tiri Raden yang wajahnya mirip Ibunda Raden itu,” kata Ki Patih menarik kesimpulan.
Siang itu udara di ruang tamu Dalem Kepatihan cukup panas, untunglah angin berulang kali bertiup mendatangi beranda ruang tamu. Bahkan seekor kupu-kupu berwarna coklat ikut-ikutan terbang masuk dan hinggap sebentar di dinding ruang tamu.
“Itu namanya kupu dayoh, Raden,” kata Ki Patih saat melihat Raden Banyakngampar memperhatikan kupu-kupu coklat yang kesasar masuk ruang tamu Dalem Kepatihan.