Engkau kuberi nama Lutung Kasarung.......
“Ya, kalau itu, diam-diam aku sudah memikirkannya. Selama ini Ayahanda Baginda Prabu Siliwangi dan dulu Kakek Rahyang Dewa Niskala, banyak membangun mandala-mandala dan padepokan pusat seni bela diri. Yang terkenal antara lain Padepokan Ciungwanara di kaki Gunung Galunggung, Padepokan Sangkuriang di lereng Gunung Tangkubanperahu dan Padepokan Megamendung di lereng Gunung Gede. Jika kelak takdirku bisa selamat mempersunting Dinda Dewi, aku akan usulkan kepada Ayahanda Prabu Siliwangi agar di sebelah timur Sungai Citanduy bisa didirikan paling tidak tiga buah mandala padepokan yang besar dan bekualitas”
“Suatu gagasan yang mulia, Raden. Di daerah mana saja kira-kira padepokan ilmu bela diri itu akan didirikan?”
“Ya, pertama daerah Dayeuhluhur, kedua di lereng Gunung Agung, dan yang ketiga, aku tidak mungkin melupakan Desa Kaliwedi. Aku lihat daerah di sebelah timur Gunung Tugel memanjang ke arah timur, ada perbukitan kecil yang sangat cocok dijadikan mandala padepokan untuk pendidikan dan pengembangan ilmu bela diri. Apalagi daerah itu tidak jauh dengan wilayah segitiga pertemuan Sungai Ciserayu dan Sungai Cingcinggoling.”
“Oh, alangkah gembiranya hamba, bila gagasan Raden itu kelak menjadi kenyataan. Hamba dan Nyai Kertisara akan membantu dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan gagasan Raden. Kira-kira bila boleh tahu, apa nama padepokan di daerah hamba itu, Raden?”
“Padepokan di Dayeuhluhur, akan mengajarkan jurus harimau putih. Padepokan di lereng Gunung Agung, akan mengajarkan jurus bangau putih. Padepokan di sebelah timur Gunung Tugel akan mengajarkan jurus monyet putih.”
“ Kalau boleh hamba akan usul, Raden?”
“Usul Apa?”
“Jika kelak benar di desa hamba Kaliwedi akan didirikan padepokan yang akan mengajarkan jurus monyet putih, bagaimana kalau padepokan itu diberi nama padepokan Kendalisada? “
‘’Wah, luar biasa, Kakang Rekajaya. Tahu ya siapa monyet putih dalam kisah Ramayana. Itulah Sang Hanoman, putra Sang Hyang Syiwa dengan Dewi Anjani, pahlawan yang gagah berani dalam perang besar antara Prabu Rama Wijaya melawan Rahwana dari Alengka. Baiklah usul Kakang aku terima,” katanya. Raden Kamandaka sendiri di kalangan pendekar Ksatria Pajajaran mendapat gelar kehormatan sebagai Pendekar Monyet Putih.
“Ayo, selagi masih pagi kita membuat terobosan melewati padang alang-alang lurus menuju timur laut sampai kita mencapai hutan yang lebat itu.,” kata Raden Kamandaka langsung meloncat ketengah padang alang-alang yang segera diikuti Rekajaya, meninggalkan pohon jati yang tumbuh sendirian di tepi jalan itu.