Mohon tunggu...
Ankiq Taofiqurohman
Ankiq Taofiqurohman Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Orang gunung penyuka laut dan penganut teori konspirasi. Mencoba menulis untuk terapi kegamangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tato, Antara Seni dan Gengsi

17 Maret 2019   10:47 Diperbarui: 19 Maret 2019   10:12 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harus diakui jika bentuk tatonya bagus dan digoreskan pada kulit yang cocok, maka akan menimbulkan kesan seni dan bahkan kesan mistis, contoh pada suku-suku yang hidup di kawasan Oceania (sekitar Samudera Pasifik). 

Di sana tato dikesankan sebagai baju zirah mereka, sehingga perajahan tubuh mengikuti pola yang khas namun berbeda antarindividunya yang disesuaikan dengan karakter masing-masing. Penempatan tatonya pun memiliki arti dan makna mengenai si pemakainya.

Nilai tato adalah relatif, seseorang yang berpikiran terbuka akan menangkap kesan tato adalah suatu seni atau sebagai bentuk ekspresi masing-masing. Namun bagi sebagian masyarakat kesan tato tidak lebih dari penandaan perilaku yang liar. 

Tentu tidak bisa disamaratakan pemilik tato dengan nilai tertentu. Perilaku seseorang tidak bisa dilihat dari penampilannya saja, walau memang penampilan lah yang paling pertama dinilai oleh nalar manusia.

Agama Islam melarang perajahan tubuh, selain oleh karena melukai diri, tinta tato dapat menahan air wudhu sehingga tentu sholat jadi tidak sah. Tetapi jika sudah terlanjur bertato tetaplah melaksanakan rukun Islam, karena Alloh Maha Pengampun.

Bagi yang akan merajah tubuhnya, lebih baik untuk dipikirkan matang-matang. Tato akan menggores pada tubuh  seumur hidup, dan membutuhkan biaya kembali untuk merawatnya. 

Saat dihapus, biayanya lebih tinggi daripada saat menggambarnya. Selain itu perajahan tato tidak bisa seenaknya, harus benar-benar oleh seniman yang terampil dan mengerti akan kebersihan jarum tato. 

Penggunaan jarum tato yang tidak steril bisa menjadi penghantar virus sumber penyakit, termasuk AIDS. Pun tinta tato, apalagi yang berwarna, jika tidak memenuhi standar kesehatan dapat menyebabkan kanker kulit. 

Tidak bisa dipungkiri tato merupakan bagian dari warisan budaya nusantara dan harus dihargai sebagai identitas sebuah suku. Perbedaan persepsi akan nilai tato tidak perlu diperdebatkan lagi karena seseorang tidak dinilai dari rajahan tubuhnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun