Mohon tunggu...
Anjik Setiawan
Anjik Setiawan Mohon Tunggu... Relawan - Seorang relawan sosial

Menulis cerita dan gagasan dengan sudut pandang yang yang membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menolak Bantuan Kuota Untuk Belajar Daring

29 Agustus 2020   12:09 Diperbarui: 29 Agustus 2020   12:41 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi keluarga yang kurang mampu. kebutuhanya tidak hanya kuota, tapi juga perangkat hp untuk kegiatan belajar.
Mungkin ini menjadi penyataan dini bagi saya yang bukan pengamat pendidikan, bukan guru dan bukan pelaksana harian disekolah. Seenaknya sendiri menyatakan menolak bantuan ini.
Tapi saya adalah seorang wali murid, juga seorang relawan. Beberapa kali bertemu dengan adik-adik yatim, mengeluh dengan pembelajarang secara online.

Karena kondisi lapangan, banyak kejadian orang tua rela mencuri demi anaknya bisa belajar daring. Disisi lain, bagi keluarga yang masih mampu. Mereka masih bisa bermain tik tok maupun game online saat dirumah. Akses kuota masih berlebih.

Kabar berita di MetroTV satu bulan yang lalu. Seorang bapak di Bandar Lampung harus berurusan dengan polisi, karena nekat mencuri laptop untuk kegiatan belajar online anaknya.

lalu seorang siswa SD di Yogyakarta harus meminjam hp tetangganya untuk belajar secara daring. Dia yang sehari-hari membantu ibunya jualan camilan. Belum bisa membeli hp.

Lagian, bagi mereka yang mampu dan tinggal diperkotaan. Sebagian besar ramai-ramai memasang jaringan wifi yang kuotanya tak terbatas.

Beberapa warung kopi di Sidaorjo, membuka akses internet gratis bagi siswa yang tidak mempu, bahkan memberikan minuman gratis buat mereka.

Sehingga diharapkan pemerintah mengkaji kembali tetang kebijakan anggaran yang mencapai 9 triliun rupiah. Mangkaji dampak sosial program ini.

Jangan seperti bantuan tunai saat awal pandemi kemarin, yang habis mendapatkan bantuan tunai malah ramai-ramai kepasar untuk beli asesoris, baju dan lain sebaginya. Karena kebutuhan pangan mereka sudah tercukupi.

Nurul Hayat
Nurul Hayat
Diharapkan subsidi ini bukan untuk semua siswa dan guru, serta mahasiswa dan dosen. Bantuan itu bisa lebih diefektifkannya untuk mereka yang kurang mampu. 

Sehingga tidak hanya kuota, bisa juga bantuan untuk pembelian hp atau biasiswa untuk mereka yang sampai saat ini sedang menunggak SPP sekolah, karena orang tuanya terkena PHK atau jualannya yang lagi sepi. Bukan malah membantu mereka yang sudah mampu beli. Tidak perlu ditambah kuota data internet untuk kegiatan belajar daring mereka.

Kita sudah mengetahui, bahwa pertumbuhan ekonomi bangsa ini berjalan kurang baik. Penerimaan pajak dan pendapatan negara menurun. Beberapa perusahaan BUMN mengalami kerugian puluhan triliun rupiah.

Sehingga seharusnya pemerintah bisa benar-benar mengefektifkan anggaran bantuan yang akan dikeluarkan, tidak sekedar rakyat senang. Karena menyenangkan semua rakyat adalah hal yang mustahil.

Pertanyaannya lagi, apakah kuota yang diberikan ini adalah kuota utama atau hanya untuk batasan aplikasi tertentu?


Jangan sampai terjadi, bantuan kuota ini membuat mereka berfoya-foya dengan melimpahnya kuota. Untuk bermain game atau akses halaman negatif.

Pengawasan tersebut sangat sulit dilakukan jika yang diberikan adalah kuota utama. Karena walaupun tidak dapat bantuan kuota, sebagian besar dari anak-anak yang terbiasa main game online, tetap bisa bermain hari ini.

aplikasi-belajar-online-5f49e151d541df7c2f2b6422.jpg
aplikasi-belajar-online-5f49e151d541df7c2f2b6422.jpg
Sebagian sudah menjalankan Pembelajaran Tatap Muka (PTM)

Sebagian daerah sudah menerapkan sekolah tatap muka. Anak-anak belajar dengan protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah setempat.

Senin (24/8) Gubenur Jatim Khofifah indar Parawangsa mengunjungi tiga sekolah di Nganjuk untuk uji coba kegiatan (PTM).

Walau tetap ahrus ada evaluasi selama tiga minggu kegiatan ini. Namun, ini menjadi optimisme ditengah pandemi, untuk manjalankan kegiatan PTM. Agar ikhtiar mencerdaskan anak bangsa dapat berjalan lebih baik. Bukankah pembelajaran secara tatap muka saat ini masih lebih baik?

Lagian, kalau anak-anak berjalan daring. Yang mengerjakan bukan para siswa. Tetapi orang tua atau guru lesnya. Lalu anggaran bisa dialihkan ke bantuan yang lebih produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun