Pertanyaannya lagi, apakah kuota yang diberikan ini adalah kuota utama atau hanya untuk batasan aplikasi tertentu?
Jangan sampai terjadi, bantuan kuota ini membuat mereka berfoya-foya dengan melimpahnya kuota. Untuk bermain game atau akses halaman negatif.
Pengawasan tersebut sangat sulit dilakukan jika yang diberikan adalah kuota utama. Karena walaupun tidak dapat bantuan kuota, sebagian besar dari anak-anak yang terbiasa main game online, tetap bisa bermain hari ini.
Sebagian daerah sudah menerapkan sekolah tatap muka. Anak-anak belajar dengan protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah setempat.
Senin (24/8) Gubenur Jatim Khofifah indar Parawangsa mengunjungi tiga sekolah di Nganjuk untuk uji coba kegiatan (PTM).
Walau tetap ahrus ada evaluasi selama tiga minggu kegiatan ini. Namun, ini menjadi optimisme ditengah pandemi, untuk manjalankan kegiatan PTM. Agar ikhtiar mencerdaskan anak bangsa dapat berjalan lebih baik. Bukankah pembelajaran secara tatap muka saat ini masih lebih baik?
Lagian, kalau anak-anak berjalan daring. Yang mengerjakan bukan para siswa. Tetapi orang tua atau guru lesnya. Lalu anggaran bisa dialihkan ke bantuan yang lebih produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H