Hari ini libur. Biasanya kalau liburan kerja seperti ini anak minta jalan-jalan. Entah ke mana yang penting jalan-jalan. Setidaknya bermain di kidszone. Atau wisata kuliner.
Namun kondisi lingkungan sedang tidak mendukung. Virus baru itu bisa menyerang kapan saja saat kita mendatangi kerumunan.
Istri saya uji ajak jalan-jalan. Alhamdulillah menyatakan secara tegas. Tidak mau jalan-jalan. Karena membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Sudah pekan kedua sekolah diliburkan. Libur ditambah sampai tanggal 5 April karena wabah semakin meluas. Jumlah yang positif terjangkit semakin banyak.
Akhirnya anak-anak menjadi tahanan rumah. Alias melakukan apapun cukup dirumah.
Mereka disuruh belajar di rumah. Diimbau tidak kemana-mana. Di rumah saja. Belajar di rumah saja.
Para guru menyampaikan tugas dirumah melalui WA grub wali murid. Suruh menggabar. Kadang ada tugas sholat dhuha lalu di vidio saat anak sholat. Kadang juga disuruh mengahafal surat pendek dan doa-doa.
Perayaan nyepi hari ini seakan-akan banyak yang merayakan. Karena jalan depan rumah sepi. Tidak seperti biasa. Pintu-pintu banyak yang ditutup. Biar anak-anak tidak pergi ke mana-mana.
Ponakan pun yang setiap hari main kerumah juga jarang datang. Padahal setiap malam selalu kesini untuk belajar dan selanjutnya lihat tv sampai larut malam. Karena tidak boleh kemana-mana.
Sudah jauh-jauh hari. Kami sekeluarga rencana akan pergi ke Lamongan. Mengahadiri acara 40 mertua yang meninggal bulan kemarin. Namun keluarga besar memutuskan untuk tidak mengumpulkan banyak orang. Hanya membagikan makanan untuk tetangga sekitar.
Akhirnya kami batalkan untuk ke sana.
Sebanarnya kasian, tapi harus dilakukan. Agar wabah tidak semakin menyebar. Akhirnya merugikan diri sendiri dan warga sekitar.
Ya betul. Ini untuk kebaikan mereka. Dan orang di sekitarnya. Karena pengalaman yang terjadi. Ada seseorang yang positif terjangkit, yang terjadi satu RT diisolasi. Semua dilarang keluar rumah apalagi bekerja. Termasuk keluarga satu rumah.
Tentu itu akan merepotkan para tenaga medis. Yang saat ini tenaganya terbatas. Dan alat pelidung diri saat bertugas juga terbatas. Karena distributor tidak siap dengan keadaan ini. Atau ada penimbunan lalu dijual dengan harga mahal. Atau, dijual keluar negeri.
Namun yang menyedihkan juga. Saat sekolah diliburkan. Para pedagang kecil yang biasa berjualan disekolah. Ke mana lagi mereka mencari nafkah?
Padahal, biasanya mencari nafkah mereka dengan berjualan makanan anak-anak.
Bersambung......
Ditulisan selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H