Mohon tunggu...
Anjel Hutasoit
Anjel Hutasoit Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi perikanan

suka membaca dan menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penghujung Dua Satu

14 November 2024   22:51 Diperbarui: 15 November 2024   18:31 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sudut kamar, aku merenung

Mengayuh langkah menuju dua dua

Teman sebaya melaju, aku tertinggal dalam pilu

Hilang warna pada mimpi yang dulu menggairahkan jiwa

Hari-hari berlalu, aku semakin bersembunyi

Menutup diri dari dunia yang penuh hiruk-pikuk

Kehilangan minat pada hal-hal yang dulu kucintai

Terperangkap dalam sunyi, tak ada yang tahu luka ini mengiris

Dalam hati, aku merindukan damai dan sukacita

Kenangan indah yang terasa semakin jauh

Tak layak, kata mereka, untuk si kepala dua

Namun, hatiku tetap berdegup rindu, mencari pelipur lara

Mereka menilai kekanakan, diskriminasi menusuk hati

Aku tak menggubris, meski rasa tetap mengiris

Aku, hanya ingin didengar tanpa balasan

Mengisahkan keluh kesah, dalam bait-bait sederhana penuh harapan

Biarkan puisi ini menjadi pelarian

Menemukan kedamaian di tengah kesepian

Di penghujung dua satu, kutemukan kekuatan baru

Melangkah dengan hati yang tegar, mengejar sinar janjiNya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun