Apa yang menarik dari PMI ?
Pertama, reputasi pengasuhnya. Mantan Ketua Ormas Islam Modern. Tokoh ICMI. Ketua MUI. Sekaligus tokoh perdamaian Dunia. Jadi label Internasional tidak hanya sekedar branding.
Tentunya tantangan bagi DS yang sudah berusia 61 tahun. Melakukan kaderisasi. Agar lembaga tetap berkemajuan.
Kedua, model kepemimpinan. Meskipun menjadi public figur. DS mengasuh PMI secara totalitas. Terbukti banyak tokoh memberikan dukungan pembangunan kampus PMI.
Sementara urusan internal memang di delegasikan pada Dea. Tapi DS intens memberikan sentuhan secara egaliter. Dia dipanggil 'Ayahanda' oleh santrinya. Sedangkan memperlakukan pendidiknya sebagai 'adik'.
Ketiga, berani merancang kurikulum sendiri. Baik struktur kurikulum maupun konten. Beberapa mapelnya : aqidah, fiqh, akhlaq, sejarah, dan sains. Hanya secara legal formal mengikuti kurikulum kemendikbud.
Semua pelajaran di kelas 7 SMP masih menggunakan bahasa Indonesia. Ibadah lebih difokuskan pada praktik dan penghayatan. Baru di jenjang berikutnya, santri sudah siap berbahasa Arab dan Inggris. Modulnya juga. PMI bisa melakukan inovasi kurikulum itu sangat ditunjang oleh kualifikasi pendidiknya. Serta kelengkapan fasilitas.
Bagaimana konsep pendidikan PMI ?
Pertama, sesuai dengan misi holistik pendidikan dan mencetak ilmuwan muslim. Yakni melakukan integrasi sains dengan Quran. Tapi tidak berbasis 'ayatisasi'.
Kedua, mengembangkan pola asuh berbasis kasih sayang. Pendidik dan santri seperti anak dan orang tua.
Ketiga, memadukan pembelajaran berbasis tarbiyah, ta'lim dan ta'dib. Hal ini untuk menjaga keseimbangan sekaligus penguatan nilai karakter.