Mohon tunggu...
Anjas Wijanarko
Anjas Wijanarko Mohon Tunggu... -

Karyawan tetap sebuah perusahaan swasta, kalau sudah mapan ingin budidaya jamur dan ternak lele.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mbah Roso Tidak Perlu Dimengerti

12 Agustus 2010   11:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:06 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada suatu malam yang gelap, akhirnya pensiunan itu datang lagi. Orang-orang tidak ada yang tahu karena mereka terlanjur lelah akan persiapan penyambutan. Pensiunan itu langsung menuju ke rumah Mbah Roso yang masih terang oleh lampu minyak remang-remang. Bintang mencoba mengendap dan mencuri dengar apa pembicaraan itu. Beruntung keduanya sudah sedikit budeg hingga memerlukan suara keras agar saling bisa mengerti.

“Kenapa kamu tadi tidak tampak? Aku kesini untuk mencarimu, Roso.”, tanya pensiunan itu. Mbah Roso menjawab sambil tertawa, “Mana mungkin aku berada di situ. Mana pantas aku menyambut jendral sepertimu?”. Pensiunan itu kembali menjawab, “Hahaha, siapa bilang begitu? Beraninya mereka bilang begitu. Apa mereka tidak tahu siapa kamu?”. Mbah Roso kembali tertawa, “Untuk apa mereka tahu. Jaman sudah berlalu. Saatnya menempuh hidup sendiri-sendiri bukan?”

Terdengar suara batuk-batuk khas orang tua. “Kamu masih saja tidak berubah. Tapi aku masih tetap memandangmu sebagai orang yang sangat berani, bahkan paling berani. Ketika semua kawan-kawan mabuk kemerdekaan, mabuk kemenangan dan sibuk mengurus kedudukan dalam negara kamu malah menghilang dan pergi haji. Ketika akhirnya kawan-kawan mampu menduduki jabatan dan bahagia karena mereka menjadi orang yang sukses, kamu malah diam di kampung ini. Kamu memang orang yang aneh.”

“Dan tentu saja kami tak bisa melupakanmu ketika kamu seorang diri mampu menjebol markas KNIL. Dan kamupun selalu paling terdepan ketika menyerbu pasukan Jepang mencoba merampas hak milik kita. Dan kamu tidak pernah terluka karena keberanianmu itu.”

Kali ini terdengar suara Mbah Roso, “Hahaha…. sudahlah…sudahlah jangan cerita itu. Aku lebih suka seperti ini. Biarlah aku kembali menjalaniku sama seperti sebelum revolusi fisik dulu. Biarkanlah…”

Pensiunan Jendral itu tertawa. “Baiklah. Baiklah. Aku mengerti tentang kau. Oh ya, sudah aku perintahkan anak buahku pulang. Biarkan aku tidur disini dalam semalam. Tempat ini tidak berubah sejak jaman perjuangan.”. Mbah Roso menjawab, “Silakan saja, rumahku selalu terbuka untuk siapapun. Aku akan memasak sayur rebung, sama seperti dulu.”

Bintang tersentak. Ada banyak hal yang tidak diketahui tentang orangtua itu kecuali hanya seorang yang keras kepala dan lusuh hidupnya.

Banyuanyar, 09 Agustus 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun