Bila warna pink dikonotasikan dengan cinta. Bagaimana dengan sebuah pantai berwarna pink? Tak berlebihan bila kita juga menyebutnya pantai cinta. Karena warna pasir yang merah jambu itu memang tak lazim. Sehingga siapapun akan mudah jatuh hati pada keindahannya. Inilah keistimewaan dari Pantai Pink yang berlokasi di ujung tenggara Kabupaten Lombok Timur.
Ada dua cara untuk menjangkau Pantai Pink, melalui jalur darat atau jalur laut. Namun pilihan kedua nampaknya yang lebih masuk akal. Karena jalanan menuju ke sana masih belum beraspal. Dari Tanjung Luar, Kami bertolak ke Pantai Pink dengan menggunakan perahu. Selain menjadi gerbang utama menuju Pantai Pink melalui jalur laut, Tanjung Luar juga dikenal dengan produksi cumi-cuminya. Adalah para nelayan yang menawarkan jasa antar-jemput wisatawan untuk berkunjung ke sana. Dengan harga sewa per perahu sebesar Rp500.000,00, kami berhak menggunakan perahu seharian penuh.
Petualangan sudah terasa sejak meninggalkan Tanjung Luar. Â Satu perahu nelayan menampung kami berlima ditambah satu nahkoda. Â Dalam kecepatan tinggi, perahu kami memotong gelombang laut yang datang silih berganti. Cukup besar. Akibatnya, badan bergoncang, dan sesekali air laut memercik ke dalam perahu dari segala penjuru. Mau tak mau, kami harus berbasah-basahan sebelum berenang di Pantai Pink.
Hampir satu jam berperahu, akhirnya kami tiba di Pantai Pink. Bening air laut cantik berpadu dengan pasir merah jambu. Amboy indahnya! Kami jadi tak sabar untuk segera berenang. Namun, ada hajat lain yang tak boleh ditunda, yaitu makan siang. Mie instan pake telor ceplok kami pesan. Sedangkan, minumnya berupa es kelapa muda. Bukan mau berhemat. Tetapi hanya itu saja yang tersedia di beberapa warung sederhana yang dikelola oleh penduduk setempat.
Untuk mendapatkan panorama terindah Pantai Pink, kami harus mendaki sebuah bukit yang terletak di sebelah kiri pantai. Dari atas bukit ini, nampak bibir pantai Pink yang melengkung dibelai ombak yang datang silih berganti. Pepohonan permai mengisi setiap jengkal tanah, membatasi hamparan pasir merah jambu. Melihat ke arah laut lepas, kami disuguhi dengan pemandangan bebatuan karang yang tercerai berai karena gelombang besar yang mengikisnya sedikit demi sedikit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H