Anjasmara1, Nursalam2, Ira Puspita Dewi3
1 Program Studi Ilmu Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Lambung Mangkurat
Corresponding author. Email : 2010716210009@mhs.ulm.ac.id/anjasmara.ulm@gmail.com
Abstrak
- Kabupaten Kotawaringin Timur tepatnya di pesisir Teluk Sampit memiliki luasan wilayah hutan mangrove berkisar 600 hektar menurut Akhmadi (2022). Hutan mangrove di Muara Teluk Sampit memerlukan dukungan dan pencapaian data lingkungan hidup sebagai bentuk upaya terhadap penanganan pemanasan global di dunia. Keadaan hutan mangrove ini juga belum diketahui dan memerlukan kajian lebih mendalam untuk melengkapi data penyerapan karbon belum diketahui dengan pasti sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui seberapa besar kandungan karbon terutama pada batang dan daya serap terhadap karbondioksida untuk mengantisipasi pemanasan global serta peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), baik dari aktivitas perusahaan yang ada maupun aktivitas lainnya. Simpanan karbon yang ada di Muara Teluk Sampit memiliki nilai sebesar 24,99 ton C/ha dengan total simpanan karbon sebesar 14.994 ton.C dari luas mangrove 600 Ha. Total serapan CO2 oleh kawasan mangrove di Muara Teluk Sampit sebesar 55.027,98 ton dari luas wilayah mangrove 600 Ha. Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang stok karbon dan estimasi serapannya terhadap karbondioksida pada kawasan mangrove Muara Teluk Sampit Provinsi Kalimantan Tengah.
Kata Kunci: Karbon, Mangrove, Pemanasan Global, Emisi, Sampit, Kalimantan Tengah.
Abstract
East Kotawaringin Regency, precisely on the coast of Sampit Bay, has a mangrove forest area of around 600 hectares according to Akhmadi (2022). Mangrove forests in Muara Teluk Sampit need support and attainment of environmental data as a form of effort to deal with global warming in the world. The condition of this mangrove forest is also unknown and requires a more in-depth study to complete the carbon absorption data which is not yet known with certainty so a study is needed to find out how much carbon content, especially in the stems and the absorption capacity of carbon dioxide, to anticipate global warming and increased Green House Gas (GHG) emissions, both from existing company activities and other activities. The carbon stores in Muara Teluk Sampit have a value of 24.99 tonnes C/ha with a total carbon deposit of 14,994 tonnes C from a mangrove area of 600 Ha. The total CO2 absorption by the mangrove area in Muara Teluk Sampit is 55,027.98 tonnes from a mangrove area of 600 Ha. This research provides important insights into carbon stocks and estimates of carbon dioxide uptake in the Muara Teluk Sampit mangrove area, Central Kalimantan Province.
Keywords: Carbon, Mangrove, Global Warming, Emision, Sampit, Central Kalimantan.
PENDAHULUAN
Pemanasan global yang diikuti oleh perubahan iklim diantaranya disebabkan oleh energi bermuatan besar yang dapat meningkatkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terutama gas CO2 (karbondioksida) serta jenis gas lainnya. Jumlah penduduk yang padat membuat CO2 di atmosfer semakin bertambah dikarenakan aktivitas yang dihasilkan manusia semakin meningkat setiap harinya. Apabila populasi tanaman yang berperan sebagai penyerap CO2 mengalami penurunan maka CO2 di atmosfer akan berlimpah dan akan menyebabkan pemanasan global (Rustam dkk, 2015).
- Dokumen NDC (2021) mengatakan Pemerintah berupaya pada sektor energi, penggunaan lahan serta kehutanan dapat berkontribusi lebih banyak terhadap target kestabilan emisi. Upaya ini merupakan kebijakan dalam pencapaian permasalahan yang terjadi. Penerbitkan Perpres No. 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon upaya Pencapaian Target Kontribusi yang ditetapkan secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dalam Pembangunan Nasional (Perpres NEK). Dalam Pasal 47 mengatakan bahwa penyelenggaraan NEK diantaranya dilakukan melalui operasional Perdagangan Karbon, yakni upaya berbasis paemasaran guna mengurangi emisi GRK melalui kegiatan jual beli dalam bentuk karbon.
- Ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang serta rawa payau merupakan ekosistem penting yang berfungsi untuk penyerapan dan pengikat karbon. Keseluruhan ekosistem tersebut mampu mengikat 235 - 450 juta ton C/tahun atau setara dengan 50% dari emisi karbon yang ada di dunia (Ghufran, 2012).
- Kabupaten Kotawaringin Timur tepatnya di pesisir Teluk Sampit memiliki luasan wilaya (Akhmadi, 2022). Keadaan hutan mangrove ini juga memerlukan kajian lebih mendalam untuk melengkapi data potensi lingkungan hidup yang ada di Muara Teluk Sampit serta diharapkan dapat menjadi sumber informasi data ilmiah kepada pemerintah daerah Kabupaten Kotawaringin Timur dalam mendukung perencanaan serta pelaksanaan upaya pemanfaatan serta pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan terhadap potensi alam pada khususnya karbon dan daya serapnya terhadap karbondioksida.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2024 di bagian Barat Muara Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Analisis kandungan karbon dilakukan di Laboratorium Biologi Laut Ilmu Kelautan dan Laboratorium Dasar FMIPA ULM Banjarbaru.
Penelitian ini terdiri dari 5 stasiun yang dimana setiap stasiun terdiri dari 3 plot pengamatan dengan total luasan 300 m2 atau setara dengan 0,03 ha. Kawasan penelitian ini termasuk kedalam wilayah 4 desa yang ada disepanjang muara meliputi Desa Ujung Pandaran, Desa Lampuyang, Desa Kuin Permai dan Desa Regei Lestari.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat untuk penelitian di lapangan dan laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Alat yang digunakan
No
Nama alat
Kegunaan
1
Pita ukur
Mengukur diameter sampel
2
Timbangan
Menimbang sampel
3
Plastik
Wadah sampel
4
Golok/Gergaji
Memotong sampel batang
5
Kalkulator
Menghitung data
6
Roll meter
Mengukur luasan sampel 10 x 10 m
7
Oven
Pengeringan sampel
Bahan Penelitian
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah sampel mangrove yang telah diambil pada bagian batang.
Metode Penelitian
Metode pada penelitian ini menggunakan metode survei lapangan dengan eksploratif. Metode eksploratif ialah metode yang dikaji lebih dalam dan menggali suatu fenomena dari lapangan dalam suatu bentuk pendekatan yang membantu dalam proses membenahi model serta menarik suatu kesimpulan (Messerschmindt, 1995 dalam Cahyaningrum dkk, 2014).
Penentuan Lokasi
Lokasi penelitian berada pada kawasan mangrove di sebelah barat Muara Teluk Sampit yang memiliki luasan sebesar 600 ha (Akhmadi, 2022). Penelitian ini terdiri dari 5 stasiun dan terdapat 3 plot pada masing-masing stasiunnya dengan pengamatan total luasan 300 m2 atau setara dengan 0,03 ha. Kawasan penelitian ini termasuk kedalam wilayah 4 desa yang ada disepanjang muara meliputi Desa Ujung Pandaran, Desa Lampuyang, Desa Kuin Permai dan Desa Regei Lestari. Data koordinat penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Data Koordinat Stasiun
ST
Desa
Latitude
Longitude
1
-3.158218
113.007786
Ujung Pandaran
2
-3.141869
112.956488
Ujung Pandaran
3
-3.082243
112.958596
Lampuyang
4
-3.040703
112.999071
Kuin Permai
5
-2.973500
113.031611
Regei Lestari
Sumber : Data Primer yang diolah (2024)
Prosedur Pengukuran
Metode yang digunakan pada sampel dan pengumpulan data ialah purposive sampling dimana pemilihan pada sampel didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu. Stasiun penelitan pada 5 lokasi di Muara Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah dengan ukuran setiap plot adalah 10 x 10 m. Prosedur pengambilan data yang terstruktur pada vegetasi mangrove serta adanya pengukuran Diameter Breast High (DBH) berdasarkan (Rustam dkk, 2015).
Prosedur Pengambilan Data
Pengambilan sampel kayu dilakukan untuk mengetahui massa jenis kayu. Menurut Hairiah dkk, (2011), pengambilan pada sampel kayu dengan metode harvest sampling, dengan memotong salah satu bagian dari cabang pohon. Sampel kayu diambil berdasarkan masing-masing pada jenis tegakan pohon. Pengambilan sampel kayu dilakukan 3 kali pengulangan dari masing-masing jenis tegakan pohon.
Analisis Data
Kerapatan Jenis Mangrove
Di = ni/A
keterangan:
Di = Kerapatan jenis mangrove i (m2)
= Jumlah total tegakan i
A = Luas total area sampel (m2)
Setelah data kerapatan jenis mangrove didapat, kemudian dibandingkan dengan penentuan kondisi mangrove yang mengacu pada KEPMEN LH Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove.
Volume Pohon
Analisis ini melakukan perhitungan biomassa berdasarkan volume pohon tanpa menghitung tajuk (cabang ranting, daun, bunga, dan buah) dengan menggunakan persamaan (Heriyanto dkk, (2012) sebagai berikut:
V = 1/4. .d2. t. f
keterangan:
V = Volume pohon (cm3)
= 3,14 atau 22/7
d2 = Diameter tegakan setinggi dada (cm)
t = Tinggi keseluruhan (cm)
f = Angka nilai pohon (0,6)
Massa Jenis
Menurut Hairiah dkk, (2011) pengukuran massa jenis kayu dilakukan dengan cara menimbang berat basah sampel kayu yang diambil. Kemudian di keringkan dengan oven dengan suhu 100°C kurang lebih 48 jam. Sampel yang sudah di oven kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat kering dengan rumus sebagai berikut:
Massa jenis (g/cm3) = Berat kering (gram)/V
keterangan:
V = Volume air (ml)
Biomassa
Jumlah biomassa diproleh dari hasil pengukuran volume pohon dan pengukuran massa jenis kayu. Menurut Bismark dkk, (2008) rumus yang digunakan untuk menghitung biomassa adalah sebagai berikut:
B = V x Massa jenis
keterangan:
B = Biomassa (kg)
V = Volume pohon (m3)
Karbon Stok
Perhitungan biomassa karbon berdasarkan SNI 7724:2011, nilai presentase kandungan karbon adalah 47%. Sehingga rumus perhitungannya berikut ini:
Cb = B x %Karbon organik
keterangan:
Cb = Kandungan Karbon (C) dari biomassa (ton)
B = Nilai keseluruhan biomassa (ton)
%Karbon organik = Nilai presentase kandungan karbon (C) yaitu 47%
Serapan Karbondioksida
Perhitungan serapan karbondioksida dilakukan dengan menggunakan rumus (Murdiyarso dkk, 1999):
WCO2 = Karbon (C) x FKCO2
keterangan:
WCO2 = Jumlah gas CO2 yang diserap (ton/ha)
Karbon = C
FKCO2 = Faktor konversi CO2 = 3,67
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi mangrove di Muara Teluk Sampit, diamati berdasarkan kerapatan jenis mangrove. Kerapatan jenis mangrove ialah jumlah individu pada spesies tumbuhan dalam suatu luasan tertentu. Jenis mangrove yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah Rhizophora mucronata (bakau), Sonneratia caseolaris (rambai bintang/pedada), Sonneratia alba (rambai bulat/prapat) dan Avicennia alba (api-api). Kondisi kerapatan dan jenis mangrove dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut.
Tabel.3.Kondisi Kerapatan Jenis Mangrove di Muara Teluk Sampit
No.
Jenis
Jumlah Individu
Ind/m2
Ind/ha
Kriteria
1
Rhizophora mucronata
27
0,09
900
Jumlah
27
0,09
900
Jarang
2
Rhizophora mucronata
27
0,09
933,33
Jumlah
28
0,09
933,33
Jarang
3
Rhizophora mucronata
14
0,003
33,33
Sonneratia caseolaris
9
0,03
300,00
Sonneratia alba
1
0,02
200,00
Avicennia alba
6
0,05
466,67
Jumlah
30
0,10
1.000,00
Sedang
4
Sonneratia caseolaris
28
0,09
933.33
Jumlah
28
0,09
933,33
Jarang
5
Sonneratia caseolaris
24
0,08
800,00
Jumlah
24
0,08
800,00
Jarang
Rata-rata
0,09
913,33
Jarang
Sumber : Data Primer yang diolah (2014)
Jika dilihat dari perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kriteria baku dan kerusakan hutan mangrove yang tumbuh di Muara Teluk Sampit dari keseluruhan stasiun dikategorikan jarang dengan total rata-rata 913,33 individu/ha.
Volume dan Massa Jenis Kayu
Dari hasil perhitungan di atas, dapat diketahui nilai volume kayu yang terdapat pada Stasiun 1 jenis mangrove Rhizophora mucronata sebesar 10,67 m3/ha, Stasiun 2 jenis mangrove Rhizophora mucronata sebesar 13 m3/ha, Stasiun 3 dijumpai jenis Rhizopora mucronata, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba serta Avicennia alba sebesar 20,67 m3/ha, pada Stasiun 4 dan Stasiun 5 jenis mangrove Sonneratia caseolaris memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 16,67 m3/ha. Jadi, diketahui total dari keseluruhan nilai volume pohon sebesar 77,67 m3/ha.
Diketahui hasil perhitungan bahwa massa jenis kayu yang terdapat pada 5 stasiun penelitian yang ada di Muara Teluk Sampit mempunyai nilai yang beragam. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, diketahui massa jenis kayu pada jenis Rhizophora mucronata bernilai 602,99 kg/m3, Sonneratia caseolaris bernilai 572,98 kg/m3, Sonneratia alba bernilai 569,67 kg/m3 dan Avicennia alba bernilai 546,15 kg/m3.
Estimasi Biomassa dan Simpanan Karbon
Berdasarkan analisis di atas, diketahui nilai biomassa mangrove yang berada di Muara Teluk Sampit pada Stasiun 1 jenis Rhizophora mucronata memiliki nilai sebesar 6,43 ton/ha, Stasiun 2 jenis Rhizophora mucronata sebesar 7,84 ton/ha, Stasiun 3 jenis Rhizophora mucronata, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba dan Avicennia alba sebesar 19,81 ton/ha, dan pada Stasiun 4 dan Stasiun 5 memiliki nilai biomassa yang sama dengan jenis Sonneratia caseolaris sebesar 9,55 ton/ha. Jadi, hasil dari perhitungan keseluruhan nilai total biomassa sebesar 53.180,10 kg/ha atau setara dengan 53,18 ton/ha.
Berdasarkan hasil perhitungan, kandungan karbon yang terdapat di Muara Teluk Sampit bervariasi dari masing-masing stasiun dan jenis mangrove yang berbeda pula. Pada Stasiun 1 jenis Rhizophora mucronata dengan nilai 3,02 ton. C/ha, Stasiun 2 jenis Rhizophora mucronata sebesar 3,68 ton.C/ha, Stasiun 3 jenis Rhizophora mucronata, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba dan Avicennia alba sebesar 9,31 ton C/ha, dan pada Stasiun 4 dan Stasiun 5 memiliki nilai biomassa yang sama dengan jenis Sonneratia caseolaris sebesar 4,49 ton C/ha. Dapat disimpulkan total dari perhitungan keseluruhan simpanan karbon memiliki nilai sebesar 24,99 ton C/ha.
Estimasi Total Simpanan Karbon dan Serapan Karbondioksida
Luas
Simpanan Karbon (ton C/ha)
Stok Karbon ton C
Serapan CO2
600/ha
24,99
14.994
55.027,98
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, total serapan karbondiokdisa di Muara Teluk Sampit memiliki total serapan karbondioksida sebesar 55.027,98 ton dari total simpanan karbon sebesar 14.994 ton C.
KESIMPULAN
Simpanan karbon yang ada di Muara Teluk Sampit memiliki nilai sebesar 24,99 ton.C/ha dengan total simpanan karbon sebesar 14.994 ton.C dari luas mangrove 600 Ha. Total serapan CO2 oleh kawasan mangrove di Muara Teluk Sampit sebesar 55.027,98 ton dari luas wilayah mangrove 600 Ha.
Penelitian tentang estimasi serapan CO2 merupakan penelitian yang jarang dilakukan di wilayah Teluk Sampit Kalimantan Tengah. Peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya agar dapat melakukan estimasi mengenai serapan CO2 yang erat kaitannya pada simpanan karbon dan emisi dari gas CO2 agar bisa menjadi referensi terkait pada ekosistem mangrove yang ada di Teluk Sampit Kalimantan Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, 2022. Keanekaragaman dan Spesies Indikator Pada Hutan Mangrove di Teluk Sampit, Kotawaringin Timur. Biological Sciences : Vol. 4 No. 1.
Arief, A. 2005. Hutan dan Kehutanan. Kanisius : Jogjakarta.
Bengen, DEA., Yonvitner dan Rahman. 2022. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Bengen, D.G. 1999. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian dan Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian dan Sumberdaya Pesisir dan Laut IPB. Bogor: 56-58 hlm.
Bengen, D. G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor. Pusat Sumber Daya Pesisir dan Laut. IPB. 61 hal.
Bismark, M., Heriyanto, N.M., Subiandono, E. 2008. Keragaman dan Potensi Jenis Serta Kandungan Karbon Hutan Mangrove di Sungai Subelen Siberut, Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 5 (3): 297 – 306.
Cahyaningrum, S. T., A. Hartoko dan Suryanti. 2014. Biomassa Karbon Mangrove pada Kawasan Mangrove Pulau Kemujan Taman Nasional Karimunjawa. Diponegoro Journal of Maquares 3 (2): 34-42.
Fourqurean, J., B. Johnson., J. B. Kauffman., H. Kennedy., C. Lovelock., J. P. Megonigal., A. F. Rahman., N. Saintilan dan M., Simard. 2014. Coastal Blue Carbon, Methods for Assessing Carbon Stock and Emissions Factors in Mangroves, Tidal Salt Marshes and Seagrass Meadows. Conservation International, Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO. Arlington. USA. 184 hal.
Ghufran, H. K. 2012. Ekosistem Mangrove : Potensi, Fungsi dan Rineka Cipta. Jakarta. Pengelolaan.
Gunarto, 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian. 23 (1): 15 – 21.
Hairiah, K., S. M. Sitompul., M. van Noordwijk dan C. Palm. 2001. Methods for Sampling Carbon Stocks Above and Below Ground. International Centre for Research in Agroforestry. Bogor. 31 hal.
Heriyanto, N. M dan E. Subiandono. 2012. Komposisi dan Struktur Tegakan, Biomassa dan Potensi Kandungan Karbon Hutan Mangrove di Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 9 (1) : 023-032.
Kauffman, J. Boone dan D. C. Donato. (2012). Protocols for The Measurement, Monitoring and Reporting of Structure, Biomass and Carbon Stocks in Mangrove Forest. CIFOR.
Kusmana, C., S. Sabiham., K. Abe and H. Watanabe. 2000. Pengelolaan Ekosistem Mangrove Secara Berkelanjutan Dan Berbasis Masyarakat. Karya ilmiah. Tidak diterbitkan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Agustini, N. T., Z. Ta'alidin dan D. Purnama. Struktur Komunitas Mangrove di Desa Kahyapu Pulau Enggano. Jurnal Enggano 1 (1): 19-31.
Sutaryo, D. 2009. Perhitungan Biomassa Sebuah Pengantar Untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. WIIP. Bogor.
Pandit, I.K.N. dan H. Ramdan. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu Sebagai Bahan Bangunan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Pemda, KalTeng. 2018. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Kalimantan Tengah. GeoPortal : KalTeng.
Pidwirny, M. 2006. The Carbon Cycle “Fundamentals of Physical Geography 2nd Edition”..Date..Viewed..http://www.physicalgeography.net/fundamentals/9s.html.
Tomlinson, P. B. 1994. The Botany of Mangroves. Buku. Cambridge University Press. 413p.
Wanatorei, H. K. 2013. Identifikasi Jenis – Jenis Tumbuhan Mangrove di Kampung Sanggei Distrik Urei – Faisei Kabupaten Waropen. Skripsi. Universitas Negeri Papua. Manokwari. 40p.
Windusari, Y., Nur, A.P., Sari, Indra, Y., Hilda, Z., 2012. Dugaan Cadangan Karbon Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah di Kawasan Suksesi Alami Pada Area Pengendapan Tailing PT Freeport Indonesia. Biospecies. 5 (1): 22 – 28.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H