Mohon tunggu...
anjar setyoko
anjar setyoko Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Menulis adalah caraku untuk mengeluarkan isi kepala yang susah untuk aku keluarkan kepada orang sekitar melalui lisan

Do the best

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sensasi Mudik dengan Moda Transportasi Darat, Laut dan Udara

5 Juni 2017   18:09 Diperbarui: 6 Juni 2017   03:53 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di moda transportasi kapal klotok di penyebrangan kampung baru (dokpri)

Setiap tahun di penghujung bulan suci ramadhan adalah sebuah momen yang paling saya tunggu. Setelah kurang lebih setahun menghabiskan waktu di Jakarta dan melewati hampir 3 minggu bulan ramadhan tanpa keluarga. Akhirnya kesempatan untuk pulang kampung itu datang juga. 

Sebelumnya, aktivitas seperti sahur dan buka puasa saya lakukan hanya dengan beberapa teman satu perantauan. Tidak jarang, saya harus keliling kompleks untuk membeli makan sahur dan takjil buka puasa. Tentu aktivitas ini tidak akan saya lakukan lagi setelah pulang kampung ke Tanah Grogot Kalimantan Timur. Oleh karena itu mudik lebaran ini sangat saya rindukan bagaikan melepas beban berat yang telah dipikul di pundak.  Antusiasme mudik lebaran mungkin dirasakan oleh semua orang yang sedang merantau. Baik itu kerja maupun kuliah. Di saat datang bulan puasa mendekati hari raya idhul fitri maka semua orang akan berbondong-bondong untuk pulang ke kampung halamannya. Oleh karena itu, di Indonesia mudik lebaran sudah menjelma menjadi tradisi tahunan. Saking besarnya antusiasme masyarakat menyambut mudik lebaran ini. Dari tahun ke tahun jumlah pemudik terus meningkat.  Terakhir tahun 2015 jumlah pemudik menurut litbang kementerian perhubungan. Jumlah pemudik sampai menyentuh angka 23.395.367 orang.

Banyaknya pemudik mewajibkan saya untuk mempersiapkan tradisi lebaran ini jauh-jauh hari.  Terlebih perjalanan mudik saya memakan waktu hampir 8 jam perjalanan darat, laut dan udara. Setidaknya sebulan sebelum bulan ramadhan. Saya sudah mulai melihat harga tiket pesawat dari bandara Soekarno Hatta menuju bandara sepinggan Balikpapan. Sekedar antisipasi jika harga tiket pesawat melonjak di kala arus mudik lebaran, syukur jika dapat tiket promo yang harganya relatif miring.

Sebenarnya ada juga moda transportasi kapal laut dari tanjung priok menuju Balikpapan. Harganya pun lebih murah dibanding dengan pesawat. Tetapi karena saya belum pernah naik kapal laut dan belum tau teknisnya. Jadi saya putuskan untuk memilih moda transportasi pesawat.  Nggak pa pa mahal dikit asal aman dan lebih cepat.

Saya memesan tiket pesawat dua minggu sebelum keberangkatan. Saya sesuaikan juga jadwal ujian terakhir kuliah dengan hari keberangkatan saya mudik. Biasanya saya mengambil penerbangan pagi sekitar jam 08.00 dari Jakarta. Saya perkirakan sampai di rumah sore hari dan bisa berbuka di rumah bersama keluarga saat itu juga.

H-1 sebelum berangkat pulang kampung. Saya terbiasa untuk menelepon ibu dan keluarga. Kemudian berpamitan dengan beberapa teman satu kost dan tetangga. Berharap doa mereka menyertai perjalanan saya sampai tiba rumah. Kondisi tubuh juga sangat saya jaga sebelum mudik. Malam hari sebelum mudik saya biasakan tidur lebih awal untuk menjaga tubuh tetap prima.

Kebiasaan saya dulu, malam hari sebelum mudik pasti begadang karena tidak sabar menunggu dan membayangkan momen bertemu keluarga.. Hasilnya ketika mudik badan terasa letih dan ngantuk di perjalanan. Tentu ini berbahaya bagi keamanan saya selama di perjalanan. Sekarang meskipun sudah tidak sabar mudik. Saya tetap istirahat yang cukup.

Puasa ramadhan juga tetap saya jalankan ketika mudik. Ketika sahur saya konsumsi makanan yang manis-manis kemudian tidak lupa ditambah daging dan kurma. Menu makanan ini menyuplai tenaga yang tahan lebih lama. Jika memang nanti di perjalanan sudah tidak kuat menjalankan puasa. Saat itu juga saya akan batalkan.  

Untuk barang bawaan maksimal saya membawa 1 tas ransel dan 1 koper berukuran sedang. Selebihnya seperti barang pribadi atau oleh-oleh saya kirimkan via jasa kurir. Selain faktor keamanan, saya juga tidak terlalu rempong jika harus oper ke beberapa angkutan umum.  

Dari kost yang berada di Cempaka Putih saya berangkat setelah subuh menuju terminal Rawamangun. Pikir saya lebih baik menunggu di bandara daripada terburu-buru di perjalanan apalagi sampai ketinggalan pesawat. Dari terminal rawamangun saya menggunakan angkutan bus Damri. Bus ini aman dan nyaman, harga yang di tawarkan pun sangat ekonomis yakni Rp 40.000. Di terminal rawamangun bus sudah parkir rapi berderet ke belakang. Setiap 30 menit sekali bus Damri di berangkatkan. Saya terbiasa memilih bus yang paling depan parkirnya, karena sudah dipastikan bus itu akan berangkat terlebih dahulu.

Sampai di bandara Soekarno Hatta terminal B kurang lebih 45 menit. Lumayan cepat karena bus angkutan bandara ini melewati jalur tol. Terlebih ketika waktu masih terbit fajar suasana lalu lintas tidak seramai jam sibuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun