Mohon tunggu...
Anjar Rahmulyana
Anjar Rahmulyana Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

saya seorang yang memiliki pemikiran dan jiwa bebas

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional Siswa

27 Oktober 2024   10:27 Diperbarui: 27 Oktober 2024   10:27 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Kejadian tersebut memberi kesan seakan-akan bangsa kita sedang mengalami krisis moral, etika dan krisis kepercayaan diri yang berkepanjangan. Di samping itu, bangsa Indonesia yang merupakan negara berkembang tidak terlepas dari masuknya budaya asing terutama di era globalisasi dan pasar bebas. Hal ini akan menjadikan bangsa Indonesia rentan akan dampak terhadap masuknya budaya asing yang bertentangan dengan moral dan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Hal ini tentunya akan memicu tergerusnya budaya dan nilai luhur bangsa serta serta terdegradasinya nilai-nilai moral anak bangsa.

Berdasarkan kenyataan tersebut, pendidikan karakter memang sangat perlu dimulai sejak usia dini untuk membentengi para generasi penerus bangsa dari pengaruh-pengaruh negatif yang bertentangan dengan moral dan nilai-nilai keagamaan. Bangsa Indonesia harus memiliki karakter mulia sesuai norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pembelajaran sosial emosional bagi anak usia dini sangat penting dalam menanamkan karakter mulia, karena masa usia dini adalah masa keemasan atau golden age. Selama masa keemasan anak cepat dan mudah menerima stimulus-stimulus dari alam sekitarnya dan melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menyikapi lingkungannya.

Perkembangan sosial emosional adalah proses perkembangan kemampuan anak untuk menyelesaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas. Pada masa ini, anak menjadi lebih peka terhadap perasaannya sendiri dan perasaan orang lain. Siswa akan lebih baik mengatur ekspresi emosionalnya dalam situasi sosial dan mereka dapat merespons tekanan emosional orang lain. Pada masa perkembangan sosial-emosional siswa peran orang tua dan guru sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perkembangan sosial-emosional yang baik. Perkembangan sosial-emosional usia dasar perlu diperhatikan untuk mendapatkan perhatian khusus dari pihak orang tua maupun pihak sekolah karena perkembangan sosial-emosional merupakan pengarah bagi siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara baik kepada setiap kelompok sosial dan mampu menyesuaikan diri terhadap emosi yang dimiliki.

Pembelajaran sosial emosional (PSE) adalah kegiatan pembelajaran yang membantu anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang diperlukan untuk keberhasilan dalam kehidupannya. PSE meliputi empat keterampilan utama, yaitu kesadaran diri, regulasi emosi, keterampilan sosial, dan tanggung jawab sosial. Dalam konteks pendidikan, PSE dapat membantu meningkatkan motivasi belajar anak di sekolah dasar. Kesadaran diri ialah kesanggupan dalam memahami dan mengenali perasaan dan emosi sendiri. Dalam konteks pembelajaran, kesadaran diri dapat membantu anak-anak memahami kekuatan dan kelemahan mereka dalam belajar.

Dorongan internal timbul karena adanya keinginan dari dalam, yaitu sebab adanya kebutuhan, sebaliknya dorongan ekternal ada sebab adanya keinginan yang berasal dari luar seperti lingkungan. Pada proses pembelajaran hal dari luar yg bisa mensugesti keinginan belajar peserta didik merupakan kinerja pendidik. Keinginan belajar peserta didik mempunyai efek yang cukup bertenaga terhadap kesuksesan aktivitas hasil belajar peserta didik. Salah satu acuan mutu pembelajaran ialah terdapatnya dorongan maupun semangat belajar yang berasal dari para peserta didik.

Casel, (2012) berpendapat bahwa program -- program PSE memuat praktik dan kebijakan yang membantu anak-anak dan orang dewasa untuk mendapatkan dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku, membangun hubungan interpersonal yang memuaskan, dan memimpin kerja etis, efektif, dan produktif. Praktik dan kebijakan tersebut adalah kompetensi untuk memahami dan mengelola emosi, mengatur dan meraih tujuan positif, merasakan dan menunjukkan perhatian kepada orang lain, menegakkan dan mengelola hubungan positif, dan membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Mulyani, (2014:145) berpendapat bahwa anak mempunyai beberapa dimensi perkembangan, salah satunya yaitu dimensi sosial-emosional. Walaupun "sosial" dan "emosional" ialah dua kata dengan arti yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena kedua dimensi tersebut tumpang tindih. Senada dengan itu Musringati, (2017:1) menyatakan bahwa Tujuan perkembangan sosialemosional ini adalah supaya anak mempunyai rasa percaya diri, keterampilan sosial dan kemampuan mengelola emosi.

Optimalisasi perkembangan sosial-emosi dipengaruhi oleh mutu kolaborasi diantara wali murid, pendidik dan lingkungan. Hal tersebut bisa dicapai menggunakan cara anak belajar mengenali diri dan lingkungannya. Proses pengenalan ini bisa hubungan antara anak dengan keluarga sehingga anak mampu membangun rasa diri. Mereka bisa bermain dengan teman seumurannya yang akan mengasah dan meningkatkan keterampilan sosial anak. selanjutnya wali murid dan pendidik dapat mengembangkan aspek tersebut dengan menggunakan beberapa contoh/teladan, seperti ibadah, interaksi timbal balik dengan orang lain, kerjasama, pakaian, tipe belajar, cara hidup dan lain-lain (Ricky Avandra, 2023).

Oleh karena itu, seyogyanya untuk wali murid dan pendidik agar dapat mengajak peserta didik bermain game yang melibatkan kerjasama dalam dunia nyata sesering mungkin yang dapat melatih kemampuan sosial dan emosional anak. Wali murid dan pendidik juga bisa melakukan ini dengan bercerita, bermain peran, dll. Ketika wali murid dan guru memasukkan saran dan penekanan yang baik dan lingkungan yang mendukung mereka, keterampilan sosial-emosi anak berkembang secara baik..

Mayar, (2013:459) berpendapat bahwa perkembangan sosial adalah kemampuan seorang anak untuk berhubungan dengan teman seumurannya, orang dewasa, dan masyarakat luas sehingga bisa menyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan harapan bangsa dan negara.  PSE ialah pembelajaran yang dilaksanakan secara kerjasama lintas satuan pendidikan. Proses kolaboratif ini dapat membuat peserta didik dan orang di satuan pendidikan mendapatkan dan mengaplikasian pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang baik tentang dimensi sosial dan emosional.

Tujuan PSE adalah untuk mengajarkan 1) pemahaman, penghargaan, dan kemampuan mengontrol emosi, 2) menetapkan dan mencapai tujuan yang baik, 3) merasakan dan menunjukkan empati terhadap orang lain, 4) menjalin dan memelihara hubungan yang baik, dan 5) membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun