"Hei rocky saya ini ya baca Maw Brouwer, Gus Dur, Leo Tolstoy itu SD saya sudah baca, jadi kau ga usah ngomong kea begitu"
 Silfester tak berkutik ketika Rocky Gerung menyuruhnya menyebutkan satu saja karya Leo Tolstoy. Sastrawan asal rusia yang katanya sudah ia baca sejak SD tersebut seketika hanya diperalat Silfester buat gagah-gagahan saja. Alih-alih membela martabat keilmuanya, Silfester justru semakin memperlihatkan kebobrokan pendidikan di Indonesia. Ia meladeni Rocky Gerung tidak berdasarkan argumentatif yang jelas. Hal tersebut kemudian membuat saya kepo mengapa ia bisa menyandang gelar sarjana hukum ?
Â
Menurut saya akan lebih cocok jika masa kecil Silfester dilengkapi dengan anime seperti Naruto dan One Piece. Silfester akan tetap mendapatkan pemahaman politik dari dua anime tersebut. Tentu ilmu politik Masashi Kishimoto dan Eiichiro Oda tidak kalah hebat dari dosen Silfester di universitas ruko.
Implementasi Pacta Sunt Servanda dari Anime Naruto
Salah satu pilar hukum utama dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian adalah asas pacta sunt servanda. Konsep yang sering dikenal sebagai asas otonomi ini dipandang sebagai asas kontrak suci yang mengutamakan hak kebebasan berkontrak. Konsep pacta sunt servanda dalam hukum positif ada pada KUHPerdata khususnya ayat (1) dan (2) pasal 1338.
Dalam serial Naruto, implementasi dari asas pacta sunt servanda ini dapat dilihat di episode 368. Di episode tersebut diperlihatkan Hashirama Senju dan Madara Uciha berjabat tangan setelah keduanya bertarung. Pertemuan antara dua simbah sinobi tersebut disaksikan oleh seluruh anggota klan Uchiha dan Senju. Pertemuan itu sekaligus mengakiri perang panjang antar klan.
"Semua itu seperti mimpi, Uchiha dan Senju bisa membuat aliansi. Tidak akan ada lagi korban jiwa yang jatuh, ataupun anak-anak yang harus mati, lalu kami mulai membangun desa kami"Â
Â
Sejak keduanya berjabat tangan maka tanggung jawab untuk selalu menaati perjanjian pun berlaku. Kedua klan tidak boleh melanggar asas Pacta Sunt Servanda, yang secara literal dapat diartikan "perjanjian harus ditepati".
Sebagai NPC, anggota klan tidak akan berani mengkhianati janji tersebut, lawanya aja simbahe sinobi. Kira-kira sama dengan apa yang dirasakan NPC rezim. Hidup  mereka yang diciptakan hanya sebagai pelengkap tidak bisa berbuat apa-apa.Â
Di era setelah Hashirama Senju, timbul usaha pengkhianatan Pacta Sunt Servanda dari klan Uchiha. Peralihan kepemimpinan dari klan Senju ke klan Sarutobi yang terjadi, sepertinya membuat perjanjian damai melemah. Klan Uciha yang pada saat itu merupakan POLISI desa pun merencanakan kudeta. Mungkin begitulah yang juga akan terjadi kepada rezim Jokowi apabila ia lupa menganak emaskan aparat. Â
Implementasi Pacta Sunt Servanda dari Anime One Piece
Melihat sepak terjang Silfester Matutina selaku militan Jokowi mengingatkan saya pada Bartolomeo si kanibal pada serial One Piece. Di akhir arc Dressrosa (episode 746) diperlihatkan Bartolomeo beserta 6 kelompok bajak laut lainnya membuat kesepakatan untuk beraliansi dengan kelompok Topi Jerami. Kesepakatan tersebut tentu menganut asas Pacta Sunt Servanda.Â
Â
Sejak aliansi tersebut terbentuk. Perjanjian untuk saling melindungi satu sama lain, termasuk juga melindungi orang-orang tercinta luffy di luar aliansi pun wajib ditaati. Lebih dari itu, anggota aliansi pun wajib mematuhi apa saja yang luffy perintahkan. Perjanjian semacam ini pastinya juga terjadi pada Jokowi beserta kroninya.
Â
Kocaknya, di antara 6 kapten lainnya, si jambul ayam dengan kekuatan buah iblis Bari Bari no Mi tersebut terlihat paling militan. Ia tidak tanggung-tanggung menjadikan Luffy sebagai maskot kapalnya. Bahkan pada chapter 875 diperlihatkan bagaimana Bartolomeo membakar bendera bajak laut Akagami. Damn Â
Sebagai seorang militan top cer, si kepala ayam itu pun sampai berani toh nyawa. Sama seperti Silfester. Ia bahkan sampai dipenjara gara-gara membela Jokowi. Masih ingat bagaimana Silfester menuding Jusuf Kala melakukan korupsi dan nepotisme ?
Tindakan Silfester demi Jokowi itupun membuatnya harus mendekam di penjara selama satu tahun enam bulan. Dari cerita Bartolomeo dan Silfester dapat disimpulkan bahwa militansi harus dibarengi dengan disiplin pengetahuan yang tinggi pula.
Hanya tuhan yang bisa mengalahkan Jokowi- Silfester Matutina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H