Mohon tunggu...
Anjani Ningrum
Anjani Ningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi

Remember Allah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Menanamkan Budaya Literasi pada Anak Usia Dini (PAUD)

14 Januari 2023   16:41 Diperbarui: 14 Januari 2023   16:49 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari permasalahan yang telah tersampaikan di atas, ada beberapa metode yang bisa diterapkan oleh guru PAUD maupun orangtua dalam menanamkan sekaligus mengembangkan budaya literasi pada anak:

  • Metode mendongeng; Mendongeng adalah seni rakyat tertua (karya sastra) yang masih bisa digunakan untuk generasi muda terkait sejarah, budaya, dan nilai moral. Dongeng sangat efektif diterapkan pada anak-anak sebab terdapat pembelajaran yang menguatkan karakter anak serta dapat merangsang suatu proses pola pikir anak yang kritis dan inovatif. Di dalam dongeng terdapat karakter kesukaan anak, bersifat kreatif, imajinatif, karena berkaitan dengan dunia fiksi, seperti kurcaci, binatang yang berbicara, dan lainnya. Literasi dengan metode ini mengandung aspek perkembangan kejiwaan dan untuk belajar terkait emosi. Dalam memberikan anak dongeng harus dengan baik dan yang bermutu, maka harus menentukan tujuan, pemilihan materi yang akan diceritakan pada anak, menentukan media sesuai dengan usia anak. Dan yang paling penting untuk mengetahui pemahaman, maka diperlukan umpan balik (adanya interaksi maupun diskusi) dalam pelaksanaannya.
  •  Media Big Book; Big book adalah buku bergambar dengan penuh wana dan berukuran besar sebagai media membaca, sebagai alat guru dalam menyampaikan cerita di kelas. Media ini bertujuan memperkenalkan tata bahasa dan kosakata yang dapat dikemas dalam bentuk cerita.
  • Permainan Tradisioanal; Bermain merupakan proses persiapan diri untuk anak memasuki dunia selanjutnya. Dalam permainan anak dapat belajar eksplorasi, mengembangkan keterampilan fisik, dan berpikir melalui imajinasi, sekaligus memberikan peluang yang besar untuk anak berinteraksi dengan teman sebayanya, orang dewasa atau orang lain. Sehingga dalam prosesnya anak mampu dalam mengembangkan keterampilan bahasa dan kosakata baru, mengembangkan kreativitas, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial. Oleh karena itu selain sebagai pendukung anak, permainan tradisional juga sebagai pelestarian aset budaya, dan di lembaga pendidikan perlu adanya permainan tradisional. Seperti; bakiak, egrang, gobak sodor, dan permainan tradisional lainnya. Ketika permainan sudah tersedia, anak-anak dapat memainkan di sela waktu istirahat atau pun setelah pulang yang sekaligus upaya untuk mengurangi anak pada kencanduan handphone.
  • Media buku besar dan boneka jari; Media tersebut digunakan dalam bercerita atau biasa disebut story telling dan membaca story reading. Selanjutnya para guru bermain peran, mempraktekkan hasil pelatihan. Selama praktek guru menggunakan media boneka tangan agar menghibur para anak.

Permasalahan rendahnya budaya literasi (minat baca) masyarakat Indonesia khususnya pada anak-anak, harus segera ditangani agar masyarakat Indonesia lebih cerdas dan mampu berfikir positif, berkembang menjadi bangsa yang maju, mampu menciptakan sumber daya manusia yang unggul. 

Oleh karena itu budaya literasi sangat perlu ditanamkan sejak dini, agar anak sudah mengenali literasi sejak dini dan terbiasa melakukannya di dalam kegiatan sehari-hari hingga dalam tingkatan selanjutnya. Dalam proses berliterasi tidak hanya membaca dan menulis saja, melainkan banyak hal yang berhubungan dengan bahasa yaitu, menyimak dan berbicara (berkomunikasi).

Di sini lah peran seorang para guru yang menjadi faktor utama dalam mendorong terlaksananya budaya literasi pada anak didik melalui teknik dan media yang simpel dan menyenangkan agar mudah diterima oleh anak-anak sekaligus penentu keberhasilan atau penghambat upaya-upaya peningkatan suatu inovasi dan mutu pendidikan dalam tingkat sekolah, terkhusus di satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yang dimana guru PAUD bertugas dalam mendidik, mengajar, membimbing, melatih, mengarahkan, menilai, mengevaluasi anak usia dini. 

Dengan berkembangnya literasi maka anak bisa menguasai kemampuan dalam membaca dan menulis pada tingkat setelahnya. Guru PAUD juga sangat diharapkan harus sangat mampu menyesuaikan cara-cara pembelajaran yang efektif sesuai kondisi terkini, guru harus cepat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan kebijakan yang berlaku adanya agar anak tetap mendapat layanan pendidikan yang terbaik sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran serta anak tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Referensi:

Devega, Evita. "Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos." www.kominfo.go.id . Diakses pada Sabtu 14 Januari 2023. https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media.  

Dwi, Vidya, "Upaya Untuk Meningkatkan Minat Literasi Anak Usia Dini." Bunga Rampai Usia Ema, Vol.4, No.1 (2018): 18-19.

Garzia, Meyke, "Permainan Tradisional Dalam Literasi Budaya Dan Perkembangan Anak Usia Dini Pada Abad 21." Jurnal Educhild (Pendidikan & Sosial), Vol.9, No.2 (2020): 83-88.

Gunanti & Amir, "Pengembangan Media Big Book Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Anak Usia 5-6 Tahun." Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.9, No.1 (2019): 19-28.

KBBI Daring "Literasi" kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses pada Sabtu 14 Januari 2023. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Literasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun