Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemerkosaan di Pakistan: Perempuan Terus Merasa Tidak Aman di Tengah Rendahnya Tingkat Hukuman

14 September 2024   17:29 Diperbarui: 14 September 2024   17:29 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivis dari Front Demokrasi melakukan protes melawan perkosaan di Islamabad, Pakistan. | Sumber: Khaleej Times

Survei yang dilakukan oleh Unit Investigasi (SIU) SAMAA TV berdasarkan data yang dikumpulkan dari departemen dalam negeri provinsi Punjab dan Kementerian Hak Asasi Manusia, juga menemukan bahwa tingkat hukuman di negara itu berada pada angka yang menyedihkan, yakni 0,2 persen.

"Data yang baru dikumpulkan dan dikompilasi menunjukkan bahwa sebanyak 21.900 wanita dilaporkan telah diperkosa di negara ini dari tahun 2017 hingga 2021. Ini berarti bahwa sekitar 12 wanita diperkosa di seluruh negeri setiap hari, atau satu wanita setiap dua jam," kata survei tersebut seperti dikutip oleh media tersebut.

Laporan tersebut juga menunjukkan bagaimana pernikahan dini anak-anak tetap menjadi pelanggaran hak asasi manusia yang signifikan di Pakistan, yang melibatkan sekitar 18 persen wanita di negara tersebut.

Masih ada 19 juta pengantin anak di negara ini.

Menurut laporan Human Rights Watch tahun ini, Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) memperkirakan bahwa 18,9 juta anak perempuan di Pakistan menikah sebelum usia 18 tahun dan 4,6 juta sebelum usia 15 tahun.

Banyak gadis yang sudah menikah dipaksa melakukan kehamilan yang berbahaya di usia muda dan kehamilan yang jaraknya terlalu dekat. Perempuan dari komunitas minoritas agama tetap rentan terhadap pernikahan paksa. Pemerintah tidak berbuat banyak untuk menghentikan pernikahan dini dan pernikahan paksa tersebut, katanya.

Hampir tidak ada harapan akan perubahan situasi di negara yang baru memilih pemerintahan baru beberapa bulan lalu kecuali anomali hukum dan prosedural serta prasangka sosial ditangani.

Data yang ada tentang pemerkosaan di Pakistan ini hanya mewakili puncak gunung es karena berbagai hambatan yang dihadapi para penyintas, termasuk stigma, ketakutan, menyalahkan korban dan bias sistemik dalam sistem peradilan.

Penulis adalah jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun