Lai mengatakan dalam pidato pelantikannya bahwa Taiwan tidak akan menjadi "bawahan" China.
Ia berjanji untuk melindungi stabilitas dan mempertahankan status quo dalam hubungan buruk pulau itu dengan China, dan meminta Beijing "untuk menghentikan intimidasi politik dan militer mereka" di tengah meningkatnya kekhawatiran akan konflik.
Surat kabar Global Times, menurut BBC, telah menganggapnya "sombong" dan "sembrono", dan CCTV menulis bahwa ia "pasti akan dipakukan pada pilar rasa malu dalam sejarah" dan mengecamnya karena "menjual dua-teori bangsa".
Dugaan kejahatan yang dilakukan Lai adalah dalam pidato pengukuhannya ia menggunakan kata China untuk menggambarkan China. Beijing mengatakan bahwa dengan melakukan hal tersebut, Lai mengungkapkan pemikirannya yang sebenarnya bahwa Taiwan bukanlah China, dan mereka adalah dua negara yang berbeda. Di mata mereka, ini adalah pengakuan atas ideologi "separatis" yang dianutnya.
Menurut kantor berita Associated Press, Pentagon mengatakan Amerika Serikat "memantau dengan sangat cermat" latihan gabungan China. Dikatakan bahwa tindakan Beijing "ceroboh, berisiko meningkatkan eskalasi dan mengikis norma-norma lama yang telah menjaga perdamaian dan stabilitas regional selama beberapa dekade".
"Kami sangat mendesak Beijing untuk bertindak menahan diri," katanya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menolak seruan AS agar China menahan diri sehubungan dengan latihan terbaru tersebut. AS "tidak dalam posisi untuk membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab seperti itu", lapor Associated Press mengutip ucapan Wang di Beijing.
AS telah membantu untuk meningkatkan peralatan dan pelatihan Taiwan, meskipun kebijakan resminya masih ambigu mengenai apakah pasukan Amerika dan sekutu regional akan dikirim untuk membela Taiwan jika terjadi serangan China.
Sementara itu, juru bicara pemerintah Jepang menekankan perlunya berbicara terus terang dengan China mengenai masalah Taiwan.
"Penting bagi Jepang untuk terus berkomunikasi secara langsung dan tegas dengan pihak China mengenai perlunya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat serta mitra lainnya untuk menyampaikan posisi ini dengan jelas," lapor The Japan Times mengutip pernyataan Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi pada konferensi pers di Tokyo.