Menegaskan bahwa Indonesia adalah "mitra terpercaya Maroko", Bourita mengingatkan bahwa kedua negara "mempertahankan prinsip penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah negara".
Dalam kunjungannya, Retno berdiskusi dengan rekannya dari Maroko tentang berbagai persoalan.
Pertama, kedua menteri membahas kolaborasi antara institusi dan perusahaan kesehatan kedua negara untuk mendorong pertukaran pengetahuan mengenai pembuatan vaksin serta penelitian dan produksi bersama, termasuk antara Pasteur du Maroc Institute dan Biofarma Indonesia.
"Saya menyambut baik kunjungan Pasteur du Maroc Institute ke Indonesia dan berharap diskusi kerja sama terus berlanjut," ujar Retno dalam siaran persnya.
Dalam bidang perdagangan, Indonesia menyambut baik perdagangan bilateral kedua negara yang mencapai lebih dari AS$308,5 juta pada tahun lalu. Ini merupakan nilai tertinggi dalam lima tahun terakhir. Perdagangan bilateral saat ini mengalami peningkatan besar dari $35,99 juta pada tahun 2003.
Indonesia mengekspor barang senilai $195,4 juta ke Maroko, sedangkan Maroko mengekspor barang senilai $114,4 juta ke Indonesia pada tahun 2022. Indonesia terutama mengekspor minyak sawit, kopi, teh, rempah-rempah, karet, kertas, produk kulit, furnitur, makanan, minuman dan produk akuatik ke Maroko, sementara mengimpor kalsium fosfat alami, garmen, besi dan baja, bahan kimia dan pupuk mineral atau kimia dari Maroko.
 "Untuk lebih meningkatkan perdagangan bilateral, Indonesia berharap mendapat respon positif dari Maroko atas usulan Preferential Trade Agreement [PTA]," jelas Retno.
Untuk meningkatkan hubungan ekonomi, kedua negara membentuk Komisi Bersama pada tahun 2013.
Terkait penyediaan kalium dan fosfat, saat ini sedang berlangsung kerjasama B-to-B antara PT Pupuk Indonesia dan OCP Group Maroko.
Saya berharap kerja sama ini dapat berlanjut pada kerja sama investasi dan produksi pupuk bersama, tutur Retno.
Di bidang kerja sama sosial, Indonesia menyambut baik penandatanganan Letter of Intent antara Kantor Manajemen Prakerja Indonesia dan Badan Nasional Pemberantasan Buta Huruf Maroko pada September lalu untuk menjajaki kerja sama teknis bagi pencari kerja, baik di Indonesia maupun Maroko, guna memenuhi kebutuhan industri.