Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Delapan Bodhisattva Guru Padmasambhava: Penjaga Alam Spiritual Bhutan

8 Desember 2023   18:54 Diperbarui: 8 Desember 2023   19:37 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Padmasambhava. | Sumber: bhutanpilgrimage.wordpress.com

Oleh Veeramalla Anjaiah

Kerajaan Bhutan adalah negara yang terkurung daratan di Asia Selatan. Negara tersebut adalah negara pegunungan dan dikenal sebagai Druk Yul atau "Tanah Naga Guntur", sebuah nama yang mencerminkan warisan budayanya. Buddhisme Vajrayana adalah agama negara Bhutan.

Bhutan adalah negeri yang kaya akan spiritualitas. Warisannya yang dinamis terjalin dengan mitos-mitos kuno, ajaran-ajaran mendalam dan pengabdian yang tak tergoyahkan. Di tengah lanskap suci ini ada Guru Padmasambhava, guru tantra terhormat yang membawa agama Buddha ke Bhutan pada abad ke-8.

Menurut situs lionsroar.com, Padmasambhava, juga dikenal sebagai Guru Rinpoche, adalah seorang guru tantra India yang memainkan peran utama dalam membawa Buddhisme Vajrayana ke Tibet pada abad kedelapan. Pada masa pemerintahan Raja Trisong Selain itu, Padmasambhava membantu mendirikan biara Buddha pertama di Samye dan ia dianggap sebagai pendiri aliran Nyingma ("kuno"), yang tertua dari empat tradisi utama Buddha Tibet.

Di sekeliling Guru Padmasambhava, bagaikan mandala pelindung dan pembimbing yang bercahaya, berdirilah delapan Bodhisattva yang agung.

"Makhluk surgawi ini, yang dilukis dengan warna cerah di seluruh thangka dan dipahat dalam patung yang rumit, lebih dari sekadar figur penghormatan. Mereka adalah perwujudan kualitas spesifik yang bergema di hati setiap orang Bhutan: kebijaksanaan, kasih sayang, kekuatan dan banyak lagi. Setiap Bodhisattva memiliki atribut unik, senjata simbolis, atau tangan lembut yang terulur untuk memberkati, yang mencerminkan esensi individu dan jalan yang mereka terangi," lapor surat kabar The Bhutan Live baru-baru ini.

Mari kita berdiskusi tentang legenda dan mitos yang beredar di sekitar para penjaga surgawi ini, mengungkap hubungan mendalam mereka dengan masa lalu dan masa kini Bhutan.

Avalokiteshvara, perwujudan kasih sayang, menatap ke bawah dengan seribu mata, selalu waspada terhadap penderitaan dunia. Tangannya yang terulur, memegang permata pengabul keinginan, melambangkan tekadnya yang tak tergoyahkan untuk mewujudkannya. Para ibu di Bhutan membisikkan namanya saat mereka menggendong anak-anak mereka, mencari perlindungan lembut darinya.

Vajrapani, si murka yang tak terkalahkan, mengacungkan petir, melambangkan kekuatan untuk menghancurkan ketidaktahuan dan kenegatifan. Wajahnya yang galak dan bentuk ototnya mewakili kekuatan kebenaran yang tak tergoyahkan. Para pejuang Bhutan memanggil namanya sebelum berperang, mencari keberanian dan tekad yang tak tergoyahkan.

Manjushri, perwujudan kebijaksanaan, memegang pedang yang menyala-nyala, memutuskan ikatan yang mengikat kita pada ilusi. Wajah mudanya dan kitab kebijaksanaannya memberikan isyarat kepada kita menuju pencerahan. Para pelajar Bhutan melantunkan mantranya sebelum ujian, mencari kejernihan dan kecerdasannya yang tajam.

Kshitigarbha, penjaga dunia bawah, memegang permata pengabul keinginan, menawarkan penghiburan bagi mereka yang terjebak di alam penderitaan. Sikapnya yang lembut dan tongkatnya, dihiasi dengan lonceng, membimbing jiwa-jiwa yang tersesat menuju pembebasan. Keluarga-keluarga Bhutan mengingatnya saat pemakaman, berdoa untuk perjalanan damai orang yang mereka cintai.

Samantabhadra, perwujudan kebaikan universal, mengendarai gajah putih, melambangkan kekuatan perbuatan bajik. Sepuluh tangannya, masing-masing memegang alat musik, mewakili banyak cara untuk memberi manfaat bagi orang lain. Para peziarah Bhutan memanggil namanya saat mereka memulai perjalanan, mencari berkah darinya untuk jalan yang sukses dan bermakna.

Maitreya, calon Buddha, duduk bermeditasi, memancarkan janji pencerahan bagi semua makhluk. Senyuman damai dan jubah emasnya menandakan potensi belas kasih yang tak terbatas yang ada dalam diri kita masing-masing. Anak-anak Bhutan diajarkan untuk meniru kesabaran dan kebaikannya, memupuk benih-benih calon Buddha.

Vajrasattva, sang pemurni, memegang vajra dan lonceng, melambangkan kekuatan untuk membersihkan negativitas dan mengubah kekotoran batin. Wujudnya yang putih dan ekspresinya yang damai melambangkan kemurnian tertinggi, yang dapat dicapai melalui latihan yang tak tergoyahkan. Para biksu Bhutan melantunkan mantranya selama ritual penyucian, mencari rahmat pembersihannya.

Dan terakhir, Akasagarbha, perwujudan kebijaksanaan bagaikan ruang angkasa, muncul dari awan, memegang permata yang mengabulkan segala keinginan. Ia mewakili potensi pikiran yang tak terbatas, bagaikan hamparan langit yang luas. Seniman Bhutan memanggil namanya saat mereka memulai kreasinya, mencari inspirasi dan imajinasinya yang tak terbatas.

"Delapan Bodhisattva ini bukan sekadar sosok yang dihormati; mereka adalah kekuatan aktif dalam jiwa orang-orang Bhutan. Ikonografi mereka menghiasi biara-biara dan rumah-rumah, mantra-mantra mereka bergema melalui roda doa dan bisikan devosi. Mereka dimintai berkah di saat-saat sulit, bimbingan di saat-saat ragu dan perlindungan dalam perjalanan hidup," komentar The Bhutan Live.

Guru Padmasambhava. | Sumber: bhutanpilgrimage.wordpress.com
Guru Padmasambhava. | Sumber: bhutanpilgrimage.wordpress.com

Bodhisattva ini mempunyai hubungan dengan India, tempat agama Buddha pertama kali berkembang, menggarisbawahi warisan spiritual bersama yang mengikat kedua negara. Biara Padmasambhava Mahavihara, juga dikenal sebagai Biara Thupten Mindolling, terletak di Jeerango, distrik Gajapati, di negara bagian Odisha, India, sebagai biara utama milik Keturunan Ripa. Konon biara ini merupakan biara Buddha terbesar di India Timur.

Sama seperti delapan jari-jari sebuah roda yang memancar dari pusatnya, demikian pula para penjaga surgawi ini mengulurkan berkah mereka, mengingatkan kita bahwa jalan kita, meskipun unik, pada akhirnya saling berhubungan.

Mereka memiliki kekuatan untuk mengatasi hal-hal negatif dan keyakinan tak tergoyahkan yang membimbing kita menuju pencerahan. Karena di dalam diri kita masing-masing terdapat potensi untuk menjadi Bodhisattva, penjaga tidak hanya alam spiritual Bhutan, namun juga cinta dan kasih sayang tak terbatas yang menerangi dunia.

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun